Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, November 30, 2010

Salah Sambung Membawa Kenikmatan Surga Dunia

Untuk menyelesaikan tugas
kuliah, aku harus meminjam
buku dari teman. Tapi, sayang
bukunya sedang dipinjam oleh
teman ceweknya. Dia
menyarankan untuk menelepon
temannya, siapa tahu sudah
selesai. Dia lalu memberi nomor
telepon, kucatat dan langsung
aku menelponnya.
telepon diangkat, suara cewek
menyapa dari seberang sana.
Waktu kutanya nama teman
tersebut, dijawab tidak ada.
Rupanya salah sambung. Entah
temanku yang salah memberi
nomor, atau aku yang salah
catat. Yang pasti, karena aku
merasa cewek penerima telepon
itu tidak mau terburu-buru
memutuskan hubungan, aku
juga tidak langsung menutup
telepon. Pendek kata, terjadilah
perkenalan dan dialog yang
cukup panjang. Aku jadi tahu dia
tinggal di daerah Lebak Bulus
bersama pembantu, adik
perempuan dan anak ceweknya.
Erni, begitu namanya, berumur
36 tahun, dan sudah lama
menjanda.
Telepon salah sambung itu
berlanjut dengan pertemuan.
Sebab, Erni bilang lebih nikmat
kalau kita ngobrol langsung, jadi
dia memintaku datang ke
rumahnya, saat itu juga. Tidak
peduli dengan tugas kuliah,
buru-buru aku tancap gas ke
Lebak Bulus. Sampai di sana Erni
sudah menyambutku, cuma
memakai daster, seperti yang
tadi dia bilang di telepon.
Setelah berkenalan, Erni
mengajakku masuk ke ruang
tamu. Dia bertanya, aku mau
minum apa?, Seperti biasa, aku
minta kopi. Sambil menunggu
Erni membuat kopi, aku
memperhatikan suasana rumah.
Di ruang tengah yang
bersebelahan dengan ruang
tamu cuma ada pembantunya
sedang asyik nonton TV bersama
adik perempuannya.
Tidak lama Erni keluar membawa
secangkir kopi panas. Waktu
meletakkan cangkir kopi di meja,
badannya membungkuk, dan
karena dia tidak memakai BH,
tanpa tedeng aling-aling aku
menyaksikan dua gunung putih
indah tergantung di dadanya,
seperti mau jatuh ke lantai. Tapi
tidak lama, karena dia segera
berdiri dan langsung duduk.
Kami lalu ngobrol akrab
meneruskan omongan di telepon
tadi. Di tengah pembicaraan, aku
memintanya untuk
mengambilkan segelas air putih
karena leherku terasa kering.
Mungkin karena selama ngobrol
aku terus-terusan
membayangkan payudaranya
yang indah. Apalagi,
pembicaraan mulai mengarah
kesana.
Sekali lagi, waktu meletakkan
gelas di meja, aku menyaksikan
keindahan "buah
menggelantung" di dadanya. Kali
ini aku tidak tahan lagi.
"Sebenernya sih sekarang yang
paling nikmat minum susu, tapi
adanya cuma air putih..", kataku.
Dia langsung sadar apa yang
terjadi. Refleks tangannya
menutupi dasternya. Sambil
senyum dia berkata, "Susunya
ada, tapi cuma buat Ingrid (nama
anaknya).."
Aku makin berani, "Kalo gitu, aku
mau pinjem sama Ingrid, pasti
diberi, Mana dia?"
Rupanya si gadis cilik sudah
tidur. Aku makin nekat dan
memaksa, "Tolong bangunin deh,
aku ngomong sebentar mau
pinjem botol susunya, nanti dia
juga tidur lagi.."
Erni tertawa, tapi tampaknya
tahu kalau aku sudah bernafsu
kepadanya. Tidak lama
kemudian, dia pindah duduk ke
sampingku.
Lalu bicara pelan seperti berbisik,
"Beneran mau pinjem sama
Ingrid?".
Aku menggangguk dan langsung
berdiri. Dia juga berdiri dan
mengajakku masuk. Di ruang
tengah cuma ada adik
perempuannya sendirian asyik
nonton TV sambil tiduran di
karpet. Pembantunya rupanya
sudah tidur duluan.
Erna, begitu nama adik Erni,
sudah menikah, belum
mempunyai anak, tapi sedang
pisah ranjang dengan suaminya.
Dia lebih cantik dan seksi
dibanding Erni. Apalagi dengan
busananya malam itu, singlet
tipis tanpa BH memperlihatkan
putingnya dan short super
pendek yang memamerkan
keputihan, kemulusan, dan
kepadatan pahanya. Erna tidak
kelihatan risih, atau berusaha
menutupi bagian tubuhnya yang
terbuka, waktu diperkenalkan
kepadaku.
Erni kemudian menarik lenganku
untuk mengikutinya sambil
bicara kepada Erna, "Pintunya
jangan lupa dikunci ya..". Yang
menakjubkan, Erni bukannya
mengajakku ke kamar Ingrid,
anaknya, tapi malah masuk ke
kamarnya yang agak
berantakan. Sebuah ranjang
ukuran king size seperti menanti
kedatangan kita. Tanpa basa-basi
lagi, aku cium Erni. aku jilatin
kuping dan lehernya. Sementara
tanganku memeluk pantatnya
keras-keras sambil ngeremas-
remas. Tanganku yang satu lagi
langsung menelusup ke balik
dasternya untuk meremas-remas
payudaranya. Erni tertawa kecil
melihatku sudah begitu
bernafsu. Dia segera mencopot
daster dan CD-nya, lalu
membantuku melepaskan
pakaian.
Setelah sama-sama polos, dia
menarikku ke atas ranjang.
Tanpa memberi kesempatan
sedikit juga, dia langsung
menindihku. Dengan gerakan
yang sangat agresif dan
berpengalaman dia mencium
habis bibirku, menjilati badanku,
sementara liang kewanitaannya
digesek-gesek naik-turun di atas
penisku. Asyik benar. Apalagi
jilatannya benar-benar yahud.
Dari leher, dada, terus turun
sampai ke selangkangan. Bijiku
dijilatin, terus ditelen dan
disedotnya dengan lembutnya.
Lubang pantatku juga dijilatin
habis. Dan tentu saja, penisku
jadi santapan utamanya. Mula-
mula dijilatin bagian bawahnya,
terutama pada lipatan di bawah
kepala penis. Setelah itu dia
masukkan penisku ke dalam
mulutnya, mula-mula cuma
kepalanya, batangnya, terus
dimasukkan lagi sampai mentok
di kerongkongannya. Lalu dia
kulumnya penisku seperti anak
kecil makan es lilin.
Diservis begitu rupa, aku tidak
cuma tinggal diam. Tanganku
gerayangan ke sana kemari,
melakukan serangan balik. Mula-
mula cuma mengelus-elus
punggung dan pahanya. Terus
ngeremas-remas payudaranya.
Pindah lagi ke liang
kewanitaannya. Sampai-sampai
dia yang awalnya seperti 'mau
menang sendiri' menjadi pasrah,
membiarkan posisi badannya
kuputar. Sambil terus menjilati
dan menyedot penisku, kaki Erni
sekarang seperti menjepit
kepalaku. Berarti, kemaluannya
yang berbulu agak jarang tapi
kelihatan sangat tebal itu
menantang di depan mataku.
Tanpa buang-buang waktu,
kujilat lubang kenikmatan itu.
Dan itulah rupanya titik terakhir
pertahanan Erni.
Belum terlalu lama aku melahap
bibir kewanitaannya, Erni tiba-
tiba berubah menjadi seperti
kuda liar nan ganas. Dengan
penuh birahi dia memberikan
kenikmatan seks yang luar biasa.
Dia begitu ganas memberi
rangsangan di sekujur badanku.
Dia juga begitu agresif
menancapkan lubang
senggamanya ke penisku. Dan
dia sungguh liar ketika
menggoyang-goyangkan
pantatnya turun-naik, diputar ke
kiri ke kanan, turun-naik..,
penisku terasa dikucek-dikucek,
dibilas dan diperas--seperti
(mungkin) kalau dimasukkan ke
dalam lubang mesin cuci.
Permainan seks yang betul-betul
heboh itu berakhir dengan
semprotan spermaku di dalam
mulut Erni. Setelah istirahat
sebentar, ronde kedua dimulai.
Kali ini berlangsung jauh lebih
liar lagi, sampai badanku dan dia
penuh bekas gigitan dan
cakaran. Setelah ronde kedua
berakhir, Erni keluar kamar dan
masuk lagi diikuti Erna adiknya
yang rupanya sudah ketiduran
di depan TV. Dengan wajah tidak
peduli, seperti tidak ada sesuatu
yang luar biasa, Erna
merebahkan diri di atas ranjang,
persis di sampingku yang masih
bugil dan salah tingkah karena
tidak tahu mesti berbuat apa.
Erna cuma tersenyum melihatku,
kemudian membalikkan badan
sambil memeluk guling yang
dibawanya, dan meneruskan
tidurnya.
Terus terang, diam-diam, aku
sebenarnya pingin benar
menyetubuhi Erna. Tapi
bagaimana dengan Erni yang
tanpa sepotong benang di
badannya mendekatiku,
langsung menindih, memeluk
dan mencium leherku?

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?