Di tempat aku tinggal ada
pembantu baru, lelaki, orangnya
sepantaran aku, tinggi besar,
lumayan ganteng, malah terlalu
ganteng untuk jadi pembantu,
harusnya jadi cover boy.
Namanya Budi. Aku tertarik
padanya karena dia type cowok
idaman buatku. Aku kerap kali
membayangkan gimana kalo aku
dientot olehnya, memekku
dienjot kontolnya yang dari luar
celananya kelihatan
menggembung, pertanda
kontolnya besar.
Satu hari, aku tidak kerja
sehingga dirumah seharian. Aku
cuma pake daster yang mini
tanpa bra, sehingga toketku
bergerak2 kalo aku jalan. Kalo
papasan dengan dia, kulihat
matanya lekat menatap toketku
yang bergerak2 itu, aku sih gak
perduli. Siang itu gak ada siapa2
di tempat tinggalku. Aku duduk
di meja makan membaca koran
setelah menyantap makan
siangku. Dia sedang ngepel di
ruang makan. Aku sengaja
mengangkangkan pahaku,
sehingga dasterku yang mini itu
makin tersingkap ke atas dan
pastinya cd ku akan bisa dilihat
dengan jelas oleh dia yang
sedang ngepel itu. Aku tau
bahwa dia pasti sedang melotot
melihat paha dan cdku walaupun
aku tidak melihatnya karena
terhalang meja makan, karena
dia tidak selesai2 ngepel lantai di
sekitar meja makan itu. Aku
kaget juga karena ternyata dia
berani banget. Aku merasa ada
rabaan di pahaku. Paha makin
kukangkangkan karena aku tau
pasti dia sedang ngelus2 pahaku.
Aku jadi menggeliat2 karena
rabaannya pada paha bagian
dalam, “Aah”, erangku, karena
napsuku mulai naik. “Kenapa
Nes, napsu ya”, katanya. Dia
memang memanggil semua yang
sepantaran dia di tumah itu
dengan namanya. “Tanganmu
nakal sih”, kataku terengah.
“Abis kamu nantang duluan sih.
Udah tau aku lagi ngepel pake
ngangkangin paha segala”,
jawabnya dengan tetap ngelus2
pahaku, elusannya makin lama
makin naik ke atas. Kini
tangannya mulai meraba dan
meremes memekku dari luar
cdku, Aku semakin terangsang
karena ulahnya, “Aah Bud, ines
jadi napsu nih”, erangku. “Iya
Nes, cd kamu udah basah begini.
Kamu ternyata napsunya besar
ya, mau ngentot gak dengan
aku”, katanya terus terang. Aku
terdiam mendengar ajakannya
yang to the point itu. Aku yakin
kontolnya pasti udah ngaceng
berat. Terasa jarinya menyusup
kedalam cdku lewat samping.
Memang aku pake cd yang
minim sekali sehingga dia
mudah mengakses memekku
dari samping cdku. Terasa sekali
jarinya mengorek2 memekku
mencari itilku, setelah ketemu
langsung saja dikilik2nya.
“Bud…”, erangku. Memekku
menjadi makin basah. Aku
duduknya menjadi setengah
melorot sehingga dasterku
makin terangkat keatas,
membebaskan selangkanganku.
Dia makin nakal ulahnya, pahaku
makin dikangkangkannya dan
terasa hembusan napasnya yang
hangat di pahaku. Dia mulai
menjilati pahaku, dari bawah
bergerak perlahan keatas sambil
digigit2nya pelan. Aku menggigil
menahan geli saat lidahnya
menyelisuri pahaku. “Bud, kamu
pinter banget ngerangsang Ines,
udah biasa ngerangsang cewek
ya”, kataku terengah. CD ku yang
minim itu dengan mudah
disingkirkan disingkirkan
kesamping dan tak lama
kemudian terasa lidahnya
menghunjam ke memekku yang
sudah sangat basah. Aku hanya
pasrah saja atas perlakuannya,
aku hanya bisa mengerang
karena rangsangan pada
memekku itu. Lidahnya
menyusup ke dalam memekku
dan mulai bergerak keatas. Aku
makin mengejang ketika dia
mulai menjilati itilku. “Aah Bud,
Ines sudah pengen dientot”, aku
mengerang saking napsunya. Dia
menghentikan aksinya, berdiri
dan menarikku berdiri juga.
Karena rumah sedang sepi, dia
langsung memelukku dan
mencium bibirku dengan
napsunya. Lidahnya menerobos
bibirku dan mencari lidahku,
segera aku bereaksi yang sama
sehingga lidah kami saling
membelit didalam mulutku.
Pelukannya makin erat, Terasa
ada sesuatu yang mengganjal
diperutku, kontolnya rupanya
sudah ngaceng berat seperti
dugaanku. Tangannya mulai
bergerak kebawah, meremas
pantatku dari luar dasterku,
sedang tangan satunya masih
ketat mendekapku. Aku
menggelinjang karena remasan
dipantatku dan tekanan
kontolnya yang ngaceng itu
makin terasa diperutku. “Aah”,
lenguhku sementara bibirku
masih terus dikulumnya dengan
penuh napsu juga. Lidahnya
kemudian dikeluarkan dari
mulutku, bibirku dijilati
kemudian turun ke daguku.
Tangannya bergeser dari
pantatku ke arah memekku,
“Aah”, kembali aku mengerang
ketika jarinya mulai mengilik
memekku dari luar cdku.
Lidahnya mengarah ke leherku,
dijilatinya sehingga aku
menggeliat2 kegelian. Sementara
itu jarinya sudah menyusup
kembali ke dalam cdku lewat
samping dan mulai mengelus2
memekku yang sudah sangat
basah itu dan kemudian
menjadikan itilku sasaran
berikutnya.Digerakkannya
jarinya memutar menggesek
itilku. Aku menjadi lemes dan
bersender dipelukannya. “Nes
kekamarmu aja yuk”, katanya
sambil menyeret tubuhku yang
lemes itu kekamarku.
Di kamar aku didorongnya
dengan keras sehingga terbaring
diranjang, sementara dia
mengunci pintunya. Korden
jendela ditutupnya sehingga
ruangan menjadi agak gelap. Dia
segera menghampiriku, cdku
ditariknya sehingga lepas dan
dia mulai menggarap memekku
lagi. “Nes, jembut kamu lebat
sekali, gak heran napsu kamu
gede banget. Dikilik sebentar aja
udah basah begini”, katanya
sambil mengangkangkan pahaku
lagi. Jembutku disingkirkannya
dan langsung saja mulutnya
menyosor memekku lagi. Bibir
memekku diemutnya, lidahnya
menyyusup masuk melalui bibir
memekku. Tanpa sadar aku
meremes2 rambutnya. Lidahnya
mulai menjilati itilku, perutku
mengejang karena menahan
kenikmatan rangsangannya.
“Aah terus Bud, enak”, teriakku.
Kepalanya kutekan sehingga
menempel erat di memekku.
Lidahnya makin seru saja
mengilik memek dan itilku. Cairan
memekku diisepnya, itu
membuatku makin melayang2.
Ketika aku udah hampir nyampe,
dia menghentikan aksinya,
“Kenapa brenti”, protesku. “ines
sudah ampir nyampe”. Dia
membuka baju dan celannya,
sekaligus dengan cdnya, benar
dugaanku. Ternyata kontolnya
besar dan panjang, berdiri tegak
karena sudah ngaceng berat.
Aku ditariknya bangun
kemudian disuruh menelungkup
dipinggir ranjang, saat itu aku
masih memakai daster miniku.
Dia memposisikan dirinya
dibelakangku, punggungku
didorong sedikit sehingga aku
menjadi lebih nungging. Pahaku
digesernya agar lebih membuka.
Aku menggelinjang ketika
merasa ada menggesek2
memekku. Memekku yang sudah
sangat licin itu membantu
masuknya kontol besarnya
dengan lebih mudah. Kepala
kontolnya sudah terjepit di
memekku. Terasa sekali
kontolnya sesek mengganjal di
selangkanganku. “Aah, gede
banget kontolmu”, erangku. Dia
diam saja, malah terus
mendorong kontolnya masuk
pelan2. Aku menggeletar ketika
kontolnya masuk makin dalam.
Nikmat banget rasanya
kemasukan kontolnya yang
besar itu. Pelan2 dia menarik
kontolnya keluar dan
didorongnya lagi dengan pelan
juga, gerakan keluar masuk
kontolnya makin cepat sehingga
akhirnya dengan satu hentakan
kontolnya nancep semua di
memekku. “Aah, enak banget
Bud kontolmu”, jeritku.
“memekmu juga peret banget
deh Nes. baru sekali aku
ngerasain memek seperet
memekmu”, katanya sambil
mengenjotkan kontolnya keluar
masuk memekku. “Huh”,
dengusku ketika terasa
kontolnya nancep semua di
memekku, Terasa biji pelernya
menempel ketat di pantatku.
Memekku terasa berdenyut
meremes2 kontolnya yang
nancep dalem sekali karena
panjangnya. Tangannya yang
tadinya memegang pinggulku
mulai menyusup kedalam
dasterku dan meremes toketku
dengan gemesnya. Aku menjadi
menggelinjang karenanya,
sementara itu enjotan keluar
masuk kontolnya makin
dipercepat. Tubuhku makin
bergetar merasakan gesekan
kontolnya di memekku. “Enak
Bud, enjotin yang keras, aah,
nikmatnya. Ines mau deh kamu
entot tiap hari”, erangku gak
karuan. Keluar masuknya
kontolnya di memekku makin
lancar karena cairan memekku
makin banyak, seakan menjadi
pelumas kontolnya. Dia
menelungkup dibadanku dan
mencium kudukku. Aku menjadi
menggelinjang kegelian. Pinter
banget dia merangsang dan
memberi aku nikmat yang luar
biasa. Toketku dilepaskannya
dan tangannya menarik wajahku
agar menengok ke belakang,
kemudian bibirku segera
diciumnya dengan napsunya.
Lidahnya kembali menyusup
kedalam mulutku dan membelit
lidahku. Tangannya kembali
menyusup kedalam dasterku dan
meneruskan tugasnya
meremes2 toketku. Sementara
itu, kontolnya tetep dienjotkan
keluar masuk dengan cepat dan
keras. Jembutnya yang kasar
dan lebat itu berkali2 menggesek
pantatku ketika kontolnya
nancep semuanya di memekku.
Aku menjadi mengerang
keenakan berkali2, ini
menambah semangatnya untuk
makin mgencar mengenjot
memekku. Pantatku mulai
bergerak mengikuti irama
enjotan kontolnya. Pantatku
makin cepat bergerak maju
mundur menyambut enjotan
kontolnya sehingga rasanya
kontolnya nancep lebih dalem
lagi di memekku. “Terus Bud,
enjot yang keras, aah nikmat
banget deh dientot kamu”,
erangku. Dia makin seru saja
mengenjot memekku dengan
kontolnya. Aku tersentak.
Perutku terasa kejang menahan
kenikmatan yang luar biasa.
Bibirku kembali dilumatnya, aku
membalas melumat bibirnya
juga, sementara gesekan
kontolnya pada memekku tetep
saja terjadi. Akhirnya aku tidak
dapat menahan rangsangan
lebih lama, memekku mengejang
dan “Bud, Ines nyampe aah”,
teriakku. Memekku berdenyut
hebat mencengkeram kontolnya
sehingga akhirnya, kontolnya
mengedut mengecretkan
pejunya sampe 5 semburan.
Terasa banget pejunya yang
anget menyembur menyirami
memekku. Kontolnya terus
dienjotkan keluar masuk seiring
ngecretnya pejunya. Akhirnya
aku ambruk keranjang dan dia
menindihku. Napasku memburu,
demikian juga napasnya.
Kontolnya terlepas dari jepitan
memekku sehingga terasa
pejunya ikut keluar mengalir di
pahaku. Dia segera telentang
diranjangku supaya tidak
menindih aku. “Nes, nikmat
banget deh memek kamu, peret
dan empotannya kerasa banget”,
katanya. “Kamu sudah sering
ngentot ya Bud, ahli banget bikin
Ines nikmat. Kamu ngentot ama
siapa aja”, tanyaku. “Kalo enggak
anak majikan ya istri majikan”,
jawabnya sambil cengar cengir.
“Wah nikmat banget kamu, ada
yang muasin kamu sembari
kerja”, jawabku sambil
menelentangkan badanku
disebelahnya.
Dia bangun dan masuk kamar
mandi, memang kamarku ada
kamar mandi didalemnya.
Terdengar grujuan air, dia
rupanya sedang membersihkan
dirinya, sementara aku masih
saja telentang di ranjang
menikmati sisa2 kenikmatan
yang baru saja aku rasakan. Dia
keluar dari kamar mandi,
dasterku yang sudah basah
karena keringat dilepasnya
sehingga aku terkapar telanjang
bulat. “kamu napsuin deh Nes,
toket kamu gede dan kenceng,
mana pentilnya gede lagi. sering
diemut ya Nes, kamu nentotnya
sama siapa sih”, tanyanya. Aku
hanya tersenyum mendengar
ocehannya. “Aku paling suka liat
jembut kamu, lebat banget sih.
Aku paling napsu ngeliat cewek
kayak kamu ini, toketnya gede
kenceng dan jembutnya lebat,
nikmat banget dientotnya,”
katanya lagi. Dia berbaring
disebelahku dan memelukku,
“Nes aku pengen lagi deh”,
katanya. Aku kaget juga
dengernya, baru aja ngecret
udah napsu lagi, tapi aku suka
cowok kaya begini, udah
kontolnya gede dan panjang,
kuat lagi ngentotnya. Dia mulai
menciumi leherku dan lidahnya
menjilati leherku. Aku
menggelinjang dan mulai
terangsang juga. Bibirku segera
diciumnya, lidahnya kembali
menyusup kedalam mulutku dan
membelit lidahku. Sementara itu
tangannya mulai meremes2
toketku dengan gemes. Dia
melepaskan bibirku tetapi
lidahnya terus saja menjilati
bibirku, daguku, leherku dan
akhirnya toketku. Pentilku yang
sudah mengeras dijilatinya
kemudian diemutnya dengan
rakus. Aku menggeliat2 karena
napsuku makin memuncak juga.
“Aash, kamu napsu banget sih
Bud, tapi Ines suka banget”,
erangku. Toketku yang sebelah
lagi diremes2nya dengan gemes.
Jari2nya menggeser kebawah,
keperutlu, Puserku dikorek2nya
sehingga aku makin
menggelinjang kegelian.
Akhirnya jembutku dielus2nya,
tidak lama karena kemudian
jarinya menyusup melalui
jembutku mengilik2 memekku.
Pahaku otomatis kukangkangkan
untuk mempermudah dia
mengilik memekku. “Aah”, aku
melenguh saking nikmatnya. Dia
membalik posisinya sehingga
kepalanya ada di memekku,
otomatis kontolnya yang sudah
ngaceng ada didekat mukaku.
Sementara dia mengilik memek
dan itilku dengan lidahnya,
kontolnya kuremes dan
kukocok2, keras banget
kontolnya. Kepalanya mulai
kujilati dan kuemut pelan,
lidahnya makin terasa menekan2
itilku sehingga pantatku
terangkat dengan sendirinya.
Enggak lama aku mengemut
kontolnya sebab dia segera
membalikkan badannya dan
menelungkup diatasku,
kontolnya ditancapkannya di
memekku dan mulai ditekennya
masuk kedalam. Setelah nancep
semua, mulai dia mengenjotkan
kontolnya keluar masuk dengan
cepat da keras. Bibirku kembali
dilumatnya dengan penuh
napsu, sementara itu terasa
banget kontolnya mengisi
seluruh ruang memekku sampe
terasa sesek. Nikmat banget
ngentot sama dia. Aku
menggeliat2kan pantatku
mengiringi enjotan kontolnya
itu. Cukup lama dia
mengenjotkan kontolnya keluar
masuk, tiba2 dia berhenti dan
mencabut kontolnya dari
memekku. Dia turun dari ranjang
dan duduk di kursi, aku
dimintanya untuk duduk
dipangkuannya mengangkang
diantara kedua kakinya. Dia
memelukku dengan erat. Aku
sedikit berdiri supaya dia bisa
mengarahkan kontolnya yang
masih ngaceng itu masuk ke
memekku. Aku menurunkan
badanku sehingga sedikit2
kontolnya mulai ambles lagi di
memekku. Aku menggeliat
merasakan nikmatnya kontolnya
mendesak masuk memekku
sampe nancep semuanya.
Jembutnya menggesek jembutku
dan biji pelernya terasa
menyenggol2 pantatku. Aku
muali menaik turunkan badanku
mengocok kontolnya dengan
memekku. Dia mengemut
pentilku sementara aku aktif
bergerak naik turun. Nikmat
banget, kayanya lebih nikmat
dari tadi. “Aah Bud, enak banget
deh, lebih nikmat dari yang tadi”,
erangku sambil terus menurun
naikkan badanku mengocok
kontolnya yang terjepit erat di
memekku. Memekku mulai
berdenyut lagi meremes2
kontolnya, gerakanku makin liar,
aku berusaha menancepkan
kontolnya sedalam2nya di
memekku sambil mengerang2.
Tangannya memegang
pinggulku dan membantu agar
aku terus mengocok
kontolnya dengan memekku.
Aku memeluk lehernya supaya
isa tetep mengenjot kontolnya,
denyutan memekku makin
terasa kuat, dia juga melenguh
saking nikmatnya’ “Nes,
empotan memekmu kerasa
banget deh, mau deh aku
ngentot ama kamu tiap hari”.
Akhirnya aku gak bisa menahan
rangsangan lebih lama dan “Bud,
Ines nyampe, aah”, teriakku dan
kemudian aku terduduk lemas
dipangkuannya.
Hebatnya dia belum ngecret
juga, kayanya ronde kedua
membuat dia bisa ngentot lebih
lama. “Cape Nes”, tanyanya
tersenyum sambil terus
memelukku. “He eh”, jawabku
singkat. Pelan dia mengangkat
badanku dari pangkuannya
sehingga aku berdiri, kontolnya
lepas dari jepitan memekku.
Kontolnya masih keras dan
berlumuran cairan memekku.
Kembali aku dimintanya
nungging dipinggir ranjang,
doyan banget dia dengan
doggie style. aku sih oke aja
dengan gaya apa saja karena
semua gaya juga nikmat buat
aku. Dia menjilati kudukku
sehingga aku menggelinjang
kegelian, perlahan jilatannya
turun ke punggung. Terus turun
ke pinggang dan akhirnya
sampe dipinggulku. Otot perutku
terasa tertarik karena
rangsangan jilatan itu. Mulutnya
terus menjilati, yang menjadi
sasaran sekarang adalah
pantatku, diciuminya dan
digigitnya pelan. Apalagi saat
lidahnya mulai menyapu daerah
sekitar lubang pantatku. Geli
rasanya. Jilatannya turun terus
kearah memekku, kakiku
dikangkangkannya supaya dia
bisa menjilati memekku dari
belakang, Aku lebih
menelungkup sehingga pantatku
makin menungging dan
memekku terlihat jelas dari
belakang. Dia menjilati memekku,
sehingga kembali aku berteriak2
minta segera dientot, “Bud, nakal
deh kamu, ayo dong Ines
cepetan dientotnya”. Dia berdiri
dan memposisikan kontolnya
dibibir memekku dan
dienjotkannya kedalam dengan
keras sehingga nancep semua
dengan sekali enjotan. Dia mulai
mengenjot memekku dengan
kontolnya, makin
lama makin cepat. Aku kembali
menggeliat2kan pantatku
mengimbangi enjotan kontolnya
dimemekku. Jika dia
mengejotkan kontolnya masuk
aku mendorong pantatku
kebelakang sehingga
menyambut kontolnya supaya
nancep sedalam2nya di
memekku. Toketku berguncang2
ketika dia mengenjot memekku.
Dia merems2 toketku dan
memlintir2 pentilnya sambil
terus mengenjotkan kontolnya
keluar masuk. “Terus Bud, nikmat
banget deh”, erangku lagi.
Enjotan berjalan terus, sementara
itu aku mengganti gerakan
pantatku dengan memutar
sehingga efeknya seperti
meremes kontolnya. Dengan
gerakan memutar, itilku tergesek
kontolnya setiap kali dia
mengenjotkan kontolnya masuk.
Denyutan memekku makin
terasa keras, diapun melenguh,
“Nes, nikmat banget empotan
memek kamu”. Akhirnya kembali
aku kalah, aku nyampe lagi
dengan lenguhan panjang, “Aah
nikmatnya, Ines nyampeee”.Otot
perutku mengejang dan aku
ambruk ke ranjang karena
lemesnya.
Aku ditelentangkan di ranjang
dan segera dia menaiki tubuhku
yang sudah terkapar karena
lemesnya. Pahaku
dikangkangkannya dan segera
dia menancapkan kembali
kontolnya di memekku.
Kontolnya dengan mudah
meluncur kedalam sehingga
nancep semuanya karena
memekku masih licin karena
cairan yang berhamburan ketika
aku nyampe. Dia mulai
mengenjotkan lagi kontolnya
keluar masuk. Hebat sekali
staminanya, kayanya gak ada
matinya ni orang. Aku hanya
bisa terkapar menikmati sisa
kenikmatan dan rangsangan
baru dari enjotan kontolnya. Dia
terus mengejotkan kontolnya
dengan cepat dan keras. Dia
kembali menciumi bibirku, lherku
dan dengan agak
membungkukkan badan dia
mengemut pentilku. Sementara
itu enjotan kontolnya tetap
berlangsung dengan cepat dan
keras. Aku agak sulit bergerak
karena dia agak menindih
badanku, keringatku sudah
bercampur aduk dengan
keringatnya. Enggak tau sudah
berapa lama dia mengentoti ku
sejak pertama tadi. Dia
menyusupkan kedua tangannya
kepunggungku dan menciumku
lagi. Kontolnya terus saja
dienjotkan keluar masuk.
Pertutku mengejang lagi, aku
heran juga kok aku cepet banget
mau nyampe lagio dientot dia.
Aku mulai menggeliatkan
pantatku, kuputar2
mengimbangi enjotan kontolnya.
Memekku makin mengedut
mencengkeram kontolnya,
pantatku terkadang terangkat
menyambut enjotannya yang
keras, sampe akhirnya, “terus
Bud, yang cepet, Ines udah mau
nyampe lagi”, teriakku. Dia
dengan gencarnya
mengenjotkan kontolnya keluar
masuk dan, “Aah Ines nyampe
lagi”, aku berteriak keenakan.
Berbarengan dengan itu terasa
sekali semburan pejunya yang
kuat di memekku. Diapun
ngecret dan ambruk diatas
badanku. Kami sama2 terkulai
lemes, lebih2 aku karena aku
udah nyampe 3 kali sebelum dia
akhirnya ngecret dimemekku.
“Bud, kamu kuat banget deh
ngentotnya, mana lama
lagi. Nikmat banget ngentot ama
kamu. Kapan kamu ngentotin
Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum
mendengar sanjunganku. “Kalo
ada kesempatan ya aku sih mau
aja ngentotin kamu. memek
kamu yang paling nikmat dari
semua cewek yang pernah aku
entot”, jawabnya memuji. Dia
kemudian meninggalkanku
terkapar telanjang karena
nikmat.
Malemnya, aku sudah tertidur,
terdengar garukan di pintu
kamarku. Aku terbangun, “Siapa”
kataku lirih. “Aku Nes”, terdengar
suara Budi, rupanya dia belum
puas ngentotin aku tadi siang,
minta nambah lagi malem ini.
Gak ada matinya rupanya dia.
Aku bangun dan membukakan
pintu. Segera dia masuk dan
memeluk tubuhku yang hanya
terbalut cd minim. “Nes, aku
pengen ngerasain empotan
memek kamu lagi ya, boleh kan”,
katanya. Aku kalo tidur hanya
pake cd saja karena gerah
hawanya dikamar. Dia lalu
berbaring telentang di ranjang,
lalu aku mulaijongkok di atasnya
dan menciumi nya, tangannya
mengusap-usap punggungku.
Bibirnya kukulum, ”Hmmmhh…
hmmhhh…” dia mendesah-
desah. Setelah puas melumat
bibir dan lidahnya, aku mulai
bergerak ke bawah, menciumi
dagunya, lalu lehernya. Kaosnya
kusingkapkan dari bawah lalu
kuciumi dadanya. “Hmmmhhh…
aduh Nes enak ..” rintihnya. Dia
terus mendesah sementara aku
mulai menciumi perutnya, lalu
pusarnya, sesekali dia berteriak
kecil kegelian. Akhirnya
risleting celana pendeknya
kubuka, kusingkapkan cdnya,
kontolnya yang sudah ngaceng
berat kupegang dan kukocok2,
“Ahhhhh… Hhhh…. Hmmhmh…
Ohhh Nes…” dia cuman bisa
mendesah doang. Kontolnya
langsung kukenyot-kenyot,
sementara dia meemas-remas
rambutku saking enaknya,
“Ehmm… Ehmm…” Mungkin
sekitar 5 menitan aku ngemut
kontolnya, kemudian aku bilang,
“Bud… sekarang giliran kamu
yach?” Dia cuma tersenyum, lalu
bangkit sembari memelorotkan
celana pendek dan celana
dalamnya, sedangkan aku
sekarang yang ganti tiduran. Dia
mulai nyiumin bibirku, aku
mencoba ngelepasin kaosnya,
lalu dia langsung melepasnya
dan meletakkan di sebelahnya.
Dia pun mulai menciumi leherku
sementara tangannya meraba-
raba toketku dan diremasnya.
“Hmhmhhm… Hmhmhmh…”
ganti aku yang mendesah
keenakan. Apalagi ketika dia
menjilati pentilku yang tebal dan
berwarna coklat tua. Setelah
puas melumat pentilku
bergantian, dia mulai menjilati
perutku dan ingin memelorotkan
CDku. Aku mengangkat pantatku,
lalu dia memelorotkan CDku. Dia
langsung menciumi memekku
dengan penuh napsu, otomatis
pahaku mengangkang supaya
dia bisa mudah menjilati memek
dan itilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku
mengerang dan mendesah keras
keenakan. Sesekali kudengar
“slurrp… slurrp…” dia menyedot
memekku yang sudah
mulai basah itu. ”Ahhhh… Bud…
Enak …” desahan ku semakin
keras saja karena merasa nikmat,
seakan tidak peduli kalau
terdengar orang di luar. Napsuku
sudah sampe ubun2, dia kutarik
untuk segera menancapkan
kontol besarnya di memekku
yang sudah gatel sekali rasanya,
pengen digaruk pake kontol.
Pelan-pelan dia memasukkan
kontolnya ke dalam memekku.
dengan satu enjotan keras dia
menancapkan seluruh kontolnya
dalam memekku. “Uh… uhhh….
Ahhhhhhh…nikmat banget Bud”
desahku ketika dia mulai asyik
menggesek-gesekkan kontolnya
dalam memekku. Aku
menggoyang pinggulku seirama
dengan keluar masuknya
kontolnya di memekku. Dia
mempercepat gerakannya. Gak
lama dienjot aku sudah merasa
mau nyampe, “Ah…Bud…Aku
sepertinya mau… ahhh…” dia
malah mempergencar enjotan
kontolnya dimemekku, “Bareng
nyampenya ya Nes, aku juga dah
mau ngecret”, katanya terengah.
Enjotan kontolnya makin cepat
saja, sampe akhirnya, “Bud, Ines
nyampe aah”, badanku
mengejang karena nikmatnya,
terasa memekknu berdenyut2
meremas kontolnya sehingga
diapun menyodokkan kontolnya
dengan keras, “Nes, aku ngecret
aah”, terasa semburan pejunya
yang deres dimemekku. Dia
terkapar lemes diatas badanku,
demikian pula aku. Setelah
istirahat sejenak, dia mencabut
kontolnya , memakai pakaiannya
dan keluar meninggalkan aku
terkapar telanjang di ranjang.
Sejak itu setiap ada kesempatan,
aku selalu minta dientot sama
dia.
No comments:
Post a Comment