Kring… kring… kring!! Telepon diruang kerjaku berdering. “Hallo, pap. Mama pulangnya agak malam, Istri pemilik usaha ini minta di temani jalan.” Dan bla-bla-bla, istriku mengoceh terus, tanpa kuperhatikan isinya. Tapi yang pasti, dia memintaku untuk menggantikannya dilulur. Dia merasa tidak enak dan kasihan sama Bu Eka (tukang lulur langganannya) kalau membatalkan janjian lulurnya. Akhirnya aku pun menyanggupi permintaan istriku untuk dilulur, walaupun aku tidak mempunyai masalah kebersihan pada tubuhku. Jam 04.00 sore aku sudah sampai di rumah. Rupanya Bu Eka belum datang. Aku pun memutuskan untuk menyantap hidangan ringan sedikit. Belum habis kudapannya, Bu Eka sudah berada di muka pintu gerbang rumahku. Karena sudah terbiasa, dia langsung saja masuk dan segera membereskan kamar olah raga (biasanya dipakai istriku untuk senam dan luluran, dan dipakaiku untuk berolahraga kalau malas pergi ke pusat kebugaran). Sebelumnya pembantuku, Ning namanya, sudah aku beritahu kalau istriku tidak luluran. Akulah yang menggantikannya luluran. Sambil membawakan air minum, pembantuku memberitahuku kalau Bu Eka sudah menungguku dan siap untuk melulur. "Sore Bu..” sapaku sambil membuka pakaianku dan juga celananya. Kulihat Bu Eka terkesima saat melihatu telanjang. Aku pun merasa maklum dan tidak merasa heran setiap kali melihat kaum wanita yang terkesima melihatku telanjang. Walau sudah berusia lebih dari setengah abad, tetapi fisikku masih layak dan pantas untuk dilihat, tidak kalah dengan fisik pria-pria yang lebih muda. Sekarang aku hanya memakai celana dalam saja. Harusnya seperti istriku, kalau luluran tidak memakai apa-apa. Tetapi karena aku seorang lelaki, dan baru kali ini akan dilulur, tidak enak juga rasanya kalau harus telanjang bulat. Bisa dibilang baru kali ini aku mengobrol banyak dengan Bu Eka. Meskipun aku sudah sering melihatnya melulur istriku, tetapi aku jarang berkata-kata padanya. Dari obrolan kami, kutahu dia sudah lama menjadi tukang lulur. Kira-kira 10 tahun dan menjadi tulang punggung keluarganya. Dia bercerai dengan suaminya sudah sekitar 5 tahunan, dengan menanggung 2 anak yang beranjak remaja. Sambil tiduran (karena di lulur), Aku perhatikan Bu Eka secara seksama. Umurnya kira-kira 35 tahun. Kulitnya putih (turunan tionghoa) dan tingginya kira-kira 172 cm dengan berat sekitar 67 kg. Wajah menarik, kalau tidak bisa dibilang cantik. Sesekali Bu Eka menunduk, sambil menggosok badanku dengan lulur. Wah… tangan Bu Eka ini ternyata lembut juga. Mungkin karena pekerjaannya, tangannya jadi lembut. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Bu Eka ini memiliki payudara yang besar. BHnya berukuran kira-kira 36 D. Saat dia menunduk, payudaranya seakan tumpah ke bawah karena bagian penutup dadanya yang rendah. Aku menelan ludahku, menyaksikan pemandangan yang indah itu. Langsung saja kontolku ikut bergetar, terangsang dengag deindahan payudara dan keharuman tubuhnya. Ingin rasanya kutiduri dirinya. Ingin juga aku memasukkan kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Hanya saja aku tidak mempunyai keberanian untuk itu, takut ketahuan istri dan pembantuku. Kalau ketahuan, alamat cilaka tiga belas!
Hanya saja pemandangan payudaranya yang menggiurkan, yang terus berulang ketika dia menunduk untuk melulurku, membuat darahku bergerak liar. Seketika nafsu birahiku terpancing, dan arah petualangku kembali naik ke kepala. Membuatku laksana cacing yang kepanasan. Jadi tidak ya, kukerjai janda cantik ini? Jadi/tidak. Jaadi/tidaak.. Jaaadi/tiidaak. Akhirnya kuputuskan untuk mengerjainya, selagi istriku belum pulang, dan pembantuku asyik merumpi dengan pembantu tetangga. Sambil tak lepas-lepasnya mengamati payudaranya, dengan jakun yang turun naik, coba-coba kupancing dirinya. "Bu… pernah nggak ngelulur laki-laki?” sambil bertanya, kusibakkan celana dalamku. Maksudku supaya dia turut melulur selangkanganku juga. "Sering Pak. Malah beberapa langganan saya suaminya juga sering luluran…” terangnya. "Nggak malu Bu? Kalau sampai ada yang buka celana gimana? Ibu’kan bisa melihat barang antiknya?” pancingku sambil tersenyum nakal, dan sengaja menekankan kata "barang antik" padanya. Nah… nah… nah.. Nelihatannya dia sudah mulai terbawa suasana mesum yang kutebarkan. Sambil tersipu-sipu, dia menjawab dengan sedikit tertawa; “Ya nggak dong Pak. "Kan cuma melihat saja. Tidak diapa-apain. Paling-paling cuma dipegang saja" mendengar jawabannya, aku berteriak Yes! dalam hati. Perasaanku berkata; ”Kayaknya Perempuan ini nakal juga nih" pikiran kotorku mulai beraksi. Dia sama saja dengan perempuan-perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. "Kalau gitu, saya buka celana
dalamnya ya Bu, biar bisa dilulur sekalian selangkangannya. Kayaknya dakinya banyak disitu” Tanpa ba-bi-bu, celana dalam segera kulepas. Kontol kesayanganku ini sontak berdiri tegak ke atas. Berdiri tegak dengan jantannya. Kini
dihadapan Bu Eka berbaring dalam posisi menantang, seorang pria bertubuh tinggi, tegap, padat, kekar, dan atletis. Juga kontolnya yang sudah dalam keadaan siap tempur. Kulihat ekspresi mukanya yang berubah sedikit. Entah kaget atau aakjub melihat kontolku yang besar, panjang, dan berotot ini. "Lho… koq? Bisa gede juga Pak, adik kecilnya?” tanya Bu Eka sambil meledekku. Matanya tetap tidak berkedip memandang kontol ini. Bisa kurasakan kalau birahinya mulai menggelora dan terbakar dari tatapan matanya ke tubuh bugil dan ke kontolku ini. "Wah… ini sih belum apa-apa Bu. Kalau dipanasi bisa tambah jreng lho!” ujarku sambil memegang tangannya. Kuarahkan tangan lembut itu ke batang kontolku. Tapi ternyata Bu Eka tidak kelihatan menolak. Bukannya mengelak, malah tangannya mulai memain-mainkan batang dan kepala kontolku. Gila! acara lulurannya pun jadi berubah! Jadi acara remas-remas tongkat sakti lelaki! Kurasakan kenikmatan yang menyebar saat tangan-tangan Bu Eka yang lembut dan halus itu memainkan kontolku dengan mesranya. Diremas, diusap, dan dikocoknya pelan, membuat batang dan kepala kontolku kian membesar dan memanjang. Aku dapat melihat ekspresi wajah Bu Eka yang semakin terangsang, saat dia memainkan kontolku dan mendengarkan desahan
nikmatku. "Aah… mmhh…” Tidak kusia-siakan kesempatan ini. Setelah nengocok kontolku beberapa saat, segera kulepas tangannya dari kontolku. Spontan langsung kumasukkan kontolku ke mulut Bu Eka. Bibir lembut dan seksinya segera beraksi, untuk mengkulum dan menyedot kontolku. “Whoom… whoomm.. Whoop… whoopp” Bunyi mulutnya tatkala mengocok kontolku. “Besar sekali… Pak, sampe nggak muat ke mulut saya”, Sambil tersenyum nakal Bu Eka kembali beraksi. Masuk-keluar, maju-mundur, kontolku masuk ke mulut Bu Eka. “Uuhh.. Ooohh… nikmat sekali.. Buuhh.. Teruusshh… Buusshh… aduh.. Ennakkhh bangetthhh!” jerit nikmatku.
Aku benar-benar merasakan kenikmatan dioral oleh tukang lulur seseksi ini. Hampir saja aku keluar, tapi aku berusaha ,enahannya. Aku ingin spermaku keluar di dalam lubang memeknya Bu Eka. Sementara aku asyik mengerang-erang penuh kenikmatan, Bu Eku semakin menjadi-jadi tingkahnya. Dia menjadi tambah semangat dalam mengoral kontolku di mulutnya. ”Uuhhh.. Bbuhh… ennaakhhh sekalliihh... Ooohh… nikmaatthh… terusshh.. Bbuhhh… Oohhh…” begitulah racauan nikmatku sambil terus meremas-remas kepalanya dan membelai-belai sayang rambut indahnya yang harum. Aku tidak puas dengan kulumannya. Aku ingin merasakan kuluman payudaranya juga. Selain itu aku ingin menyetubuhinya sebelum pembantuku selesai merumpi. Mulailah aku buka bajunya. Kupegang payudaranya yang tadi membuatku terangsang. Payudaranya yang indah dan besar itu, kuremas-remas dengan lembut. Sepasang puting susunya, kupelintir bergantian. Merasakan kenakalan tanganku di payudaranya, Bu Eka tambah terangsang dan kuluman ,ulutnya menjadi semakin liar. Aku terus berusaha membuka bajunya, sementara dia tetap asyik dengan kontolku. Dari rintihan-rintihan nikmatnya, aku tahu, dia sudah terangsang berat. Dia juga tampaknya sudah di bawah kendaliku. Aku menjadi semakin bernafsu.. kuminta dia hentikan sejenak kulumannya. Lalu dengan penuh semangat dia membantuku melepas semua pakaiannya. Tak lama kami pun sudah sama-sama telanjang. Aku menelan ludahku berkali-kali ketika menatap tubuhnya yang nyaris bugil itu. Walaupun usianya sudah kepala 3 dan punya anak 2, tapi keindahan fisiknya tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda.
Setelah kami sama-sama
telanjang, tanpa dikomando aku
langsung menyergap bibirnya
yang indah dan seksi itu.
Sementara tanganku mulai
bergerilya di payudaranya. Tak
lama aku Bu Eka seperti lepas
kendali… saling cium, peluk, raba,
remas, dan sebagainya. Tubuhku
yang masih berbalut cairan lulur
menambah hangatnya
pergumulan itu. Payudaranya
yang besar terasa nikmat
menempel di bukit dadaku.
Bergetar nafsuku merasakan
kekenyalan payudaranya itu.
“ Aaah..” Bu Eka sedikit
mengerang, sewaktu
payudaranya kujelajahi. Aku
membuat gerakan mencium,
menyedot, menjilat, dan
menggigit di kedua
payudaranya. Bibir dan lidah
kasarku bergerak berpindah-
pindah. Terkadang bermain di
payudaranya, di lain waktu
bermain di leher, ketiak, dan
wajahnya yang cantik. Tanpa
kami sadari, posisi pergumulan
ini sudah berubah, aku sekarang
asyik menindihnya. Puas
bermain di payudaranya,
kutelusuri perutnya. Lidahku
mulai bermain di perutnya yang
langsing dan ramping itu. Semua
detil kulit perutnya kucium,
kujilati, dan kusedot-sedot. Tak
lama lidahku pun meluncur ke
bawah perutnya, ke arah paha
dan betisnya. Aroma tubuh Bu
Eka begitu harum. Mungkin
karena dia suka melulur,
tubuhnya juga ikutan harum.
Paha dan betisnya juga indah.
Tidak tampak lemak sedikitpun
pada keduanya. Tampaknya dia
rajin berolahraga juga. Puas
bermain di paha dan betisnya,
lidahku pun mulai bergerak ke
tujuan utamanya. Lidahku terus
melata dan melata hingga
akhirnya aku sampai di daerah
kemaluannya.
Kutemukan bulu-bulu halusnya
yang menyembul dari balik
celana dalamnya. Sedikit usaha
terlepas sudah celana dalamnya.
Kelihatan bulu-bulu hitam
menyembul di daerah
kewanitaannya yang harum itu.
Bulu-bulu hitam itu tampak rapi,
tampaknya dia sangat telaten
dalam mencukurnya. Aku
mencoba melihat ke bawahnya,
bulu-bulu hitamnya kusibakkan
dan terlihat lubang kenikmatan
yang berwarna merah muda
menantang. Aku tidak tahan!
Kujilati semuanya… bulu-
bulunya, klitorisnya, lubang
memeknya. Sisi-sisi memek Bu
Eka tidak ada yang tidak kujilati.
Semuanya basah oleh ludahku,
aku hisap dan kujilat-jilat…
“Aahh… Oooh… aduh…
aadduuhh nggak tahan… Pak..!”
”Ohhh… aahh… Paakkk…
Ennaakhhh… Paakkhhh… Oohh…
Uuuhh… Terusshhh…” Erangan
nikmatnya menambah liar
nafsuku. Tidak henti-hentinya
kujilati memeknya dan kukulum
klitorisnya. Kugigit-gigit kecil
daerah memeknya sampai
akhirnya… “Aahh… Aadduuhh…
Oohh… Aaah…. Ssayaahh
keluaaarrrsshh….” jerit
nikmatnya. Sampailah dia di
puncak ejakulasinya yang
pertama. Kubiarkan dia
beristirahat sambil kusedot habis
cairan birahinya yang memancar
keluar. Rasanya gurih agak
sedikit asin dan manis. Karena
aku masih tegang oleh nafsu
birahi, begitu kurasa dia cukup
beristirahat, kutarik tangannya
agar dia duduk menghadap ke
arahku. Akupun langsung berdiri.
Segera kuarahkan kontolku yang
masih haus sentuhan
perempuan ini ke arah bibirnya…
“Slluurrppp… Whhomm…
Wwhhomm… Whhommm…”
dikulumnya sekali lagi kontolku.
“Oooh… aahhh… bagusshh
Buuuhh… terussshhh masukin
semuanya… hisaappphh….
Buuhhss….” erangku saat
merasakan kulumannya yang
membuatku mabuk kepayang
ini. Dari ujung kontol hingga ke
bola-bolanya semua bersih
dijilat, dihisap, dikulum, masuk-
keluar… “Oohh… Bbuhhh…
Aahsss… Ooohhss….”
Tidak puas dengan itu, kusuruh
dia menjepit kontolku dengan
payudaranya. Ternyata nikmat
sekali rasanya kontolku dijepit
oleh sepasang payudara besar
yang indah dan montok ini.
” Aaahhh… aahhh… ooohhh…
bagusshh… bangethhhss…
toketthh Ibbuuhh…” ujarku
penuh kenikmatan, sambil asyik
memajumundurkan kontolku
yang tengah dijepit rapat
payudaranya.
” Ayo Pak… terus pompa adik
kecilnya…” ujar Bu Eka dengan
senyuman nakal
menyemangatiku. Karena birahi
kami sudah semakin memuncak,
kutarik kontolku dari jepitan
payudaranya. Berikutnya
kembali kupagut dengan ganas
bibirnya, lalu kudorong lembut
tubuhnya untuk berbaring di
atas matras olahraga itu.
Pahanya kubuka, betisnya
kusampirkan ke bahuku, hingga
tampak lubang kenikmatannya
terbuka. Pelan tapi pasti
kudorong kontolku masuk ke
liang surganya, sambil dituntun
oleh tangan halusnya. “Blleepp…”
sedikit basah… ”Sreet… blleep…
Blleeppp…” kontolku maju-
mundur, mencoba menembus
lubang kenikmatan Bu Eka.
” Blleepp… ssrettt… bbleeppp…”
Semakin lama semakin dalam aku
benamkan kontolku, hingga
menembus bagian dalamnya
memeknya. Cairan birahi Bu Eka
semakin banyak keluar. Cairan
itu juga mempermudah kontol
kesayanganku untuk menembus
lapisan terdalam memeknya.
Mulailah aku melakukan
pemompaan. Semakin lama
semakin cepat, kasar, dan
bertenaga. ”Pllookk… Pllookkk…
Plloookkk…” terdengar irama
indah kala pahaku dan paha Bu
Eka beradu akibat semakin
kencangnya sodokan kontolku di
memeknya.
” Sshhh… Oohhhss… Paakkhh…
Paakhhh… Oohhhss…
Ennaakhhh… Oohss…”
”Aahhsss… aaahhsss… apaahhh
Bbuhh… yang ennaakhhhss…?”
”Paakkhhh… Oohhsss…
Adikkhhh… kecilnyaahh…
ennaakhhh…”
”Aahhss… aahhhss… yangg…
beneerrsshh Bbuhhsss…?”
”Summpaahh… Paakhhh…
Ennnaakhh… gilaahsss…
terasaa… bangethhhss…
Oouuhh…”
Kutatap Bu Eka yang sedang
asyik berah, uh, oh kala
kupompa liang surganya dengan
kontolku. Wajah cantiknya
tampak semakin menggemaskan.
Mulutnya yang indah tampak
komat-kamit dengan racauan
nikmat yang terus terdengar.
Payudaranya indah tampak
bergoyang-goyang liar
menantang. Tidak tahan melihat
pemandangan itu, segera
kupagut bibirnya, dan sesaat
kami saling berpagutan dengan
liar. Sepasang payudaranya tidak
lepas kuremas-remas dan kujilati
bergantian.
” Oouuhh… Bbuhhhss…
Ibbuuhh… Suddaahh…
laaammaahhh… nggaakk
ngentothhss… yaaahhh…?”
”Iyaahh.. Paahhss.. oouuhh…
yaahh… sayaahhh… sudaahh…
lamaahh… nggaakk
dientotsshhh… samaahhh
lelakihhh…oouhhh”
”Emangnyaahhh kenapaahhh…
Ouuhh… aahhh… aahhh…
Paaakkhss…?”
”Ouuhh… aahhh… oohhh…
inihhh… jepitannnyaahh…
kerasaahhh… bangethhss…”
”Aahhh… aahhh… mmasaahh
sihhss… Paakkhhss…?”
”Sumpaahhss… Bbuhhss…
Ennakkhh… Gilaahhss…
Sempiithhss.. Ohhss…
assooyysshhh…”
”Ouuhh… paakkkhh…
punyaaahhh… bapaakkhhh…
jugaahhh… besarsshh
bangethhss…”
”Iyaahh Bbuhh…
benerrsshhh…?”
”Aahhh… oohhh… besaarrrhhh…
keraasshhh… panjanggg
laggihhh… oohhh…”
”Ennakhhh… Bbuhhh…
Ennakhhh…?”
”Pasttihhh… Paakkkhhh…
Bangethhss… Ennakkhhhss
bangethsss…” ….
”Beruntungnyaahh… Bu
Dianhhss… punyaaahhh…
suamiihh… sepertihhss…
Bapakkhh…”
”Udaahsss… gantenghhss…
tinggihhh… machooo… oouhhh…
aahhh… adiiikkhhh…
kecilnyahhh… dahssyyatthh… ”
”Kalauuhhss… sayaahhss…
beruntunghhss… kenallsshh..
Saamaahh… Ibbuhss…,
cantikkhhss… seksiihh…
wangihhss… memeknyahhss
legithhss…”
”Aahhss… Oohhss… Bapakhhss…
bisaahhh ajaahhss…”
Begitulah racauan birahiku
dengan Bu Eka sambil asyik
memompa dan dipompa. Ketika
pandanganku berlabuh ke kaca
di ruang olahraga itu, aku
melihat bayangan lelaki dan
perempuan yang sedang asyik
bergumul beradu kelamin
dengan keringat yang mengalir
deras. Bayangan persetubuhan
di cermin itu, membuat nafsuku
semakin menggelora, dan
akibatnya aku semakin ganas
memompa kemaluanku di liang
surganya Bu Eka. Setelah beradu
kelamin cukup lama, sampailah
Bu Eka di puncak orgasmenya
yang kedua. Beberapa sodokan
berikutnya, lalu… ”Oooohhhh…
aaahhh… sayahhsss
keluaaarrrssshh… Ppakkkhhh!”
jeritnya dengan mata yang
terbelalak.
Tubuhnya tampak berkejat-kejat
karena gelombang orgasme
yang menimpanya, sementara di
bawah sana aku merasa
kontolku seperti disiram cairan
hangat dari bibir rahimnya.
Kuperlambat tempo sodokan
kontolku, hingga akhirnya
berhenti sama sekali. Kubiarkan
Bu Eka untuk beristirahat
sejenak, tanpa melepaskan
kontolku dari jepitan memeknya.
Kuciumi Bu Eka, bibir, leher, dan
payudaranya. Bu Eka membalas
mesra tindakanku dengan
mengelus-elus rambut dan
kepalaku. Tak lama beristirahat,
giliran Bu Eka yang berinisiatif.
Ditariknya kontolku keluar dari
memeknya, dan mulai
dikulumnya kembali. Tanpa rasa
jijik kontolku yang masih
belepotan cairan ejakulasinya,
keluar-masuk bibirnya yang
indah itu. Pelan tapi pasti nafsu
birahiku naik kembali.
Sambil terus mengerang nikmat,
kuminta Bu Eka menyudahi
kulumannya, lalu kuminta Bu Eka
naik ke atas pangkuanku.
Dengan antusias dan wajah
nakal, Bu Eka segera
mengarahkan kontolku ke
kemaluannya. Setelah digesek-
gesekkan beberapa saat, lalu…
”Blleeppp… bblleepp… blleepp…”
masuk sudah kontolku ditelan
memeknya kembali.
”AAAAAHHHHH….!!!” erangan
nikmat kami terdengar
bersamaan, mengiringi
amblasnya kontolku ditelan liang
surganya.
Mulailahkami memompa dan
dipompa. Sodokan kontolku
semakin lama semakin cepat,
sementara Bu Eka naik-turun
semakin liar… sepasang
tanganku tidak lepas
mempermainkan payudaranya
yang bergoyang-goyang liar.
Meraba, meremas, memuntir
puting susunya, bergantian
dengan bibir dan lidahku. Bu Eka
tidak mau kalah action
denganku. Jari-jemarinya yang
berkuku panjang tapi terawat,
dia cakarkan ke kulit dada, bahu
dan punggungku yang liat.
Bibirnya membuat cupangan di
bahu, dan dadaku. Puting susuku
yang besar ini sudah basah
kuyup karena jilatan lidahnya.
Tidak puas dengan itu, tangan
kirinya bergerak turun untuk
meremasi kantung spermaku.
Sesekali kami asyik berpagutan
bertukar lidah dan menghisap
bibir-bibir lawannya.
Tak lama kemudian, dengan
semakin tingginya intensitas
persetubuhan kami, sampailah
Ibu Eka di puncak orgasmenya
yang ketiga. Seperti tadi, dia
menjerit nikmat dengan tubuh
yang berkejat-kejat akibat
terpaan gelombang orgasmenya.
Rupanya posisi kali ini
merupakan titik lemahnya Bu
Eka. Kalau tadi dia baru keluar
setelah 30 menit kupompa
memeknya, pada posisi kali ini
tidak lebih dari 15 menit, dia
sudah sampai di puncaknya.
“Ppaakkkhhh… saaayyyaaahhh…
keluaarrrsshhh….!!!”
Kulirik jam tanganku. Sudah
menunjukkan pukul 5 lebih 10.
Karena aku masih belum keluar,
kuminta dia untuk menungging.
Kuuruh dia berpegangan pada
palang barbel seberat 50 kg
yang biasa kupakai untuk
berolahraga. Aku ingin
menyetubuhinya dengan gaya
anjing. Lubang pantatnya
kelihatan jelas, aku gosok-
gosokkan kontolku di lubang
duburnya, sambil kontolku turun
ke bawah mencari lubang
kenikmatan Bu Eka. Kuintip
sejenak lubang memeknya, gila!
Bagaikan sumur dalam yang
tidak ada ujungnya. Aku segera
mengarahkan senjataku tepat di
lubang surganya, lalu…
“Aahhhh…”
“Blesshhh… bllesshhh…
blleeppp… Sreet… bleep…”
kontolku dengan lancarnya
tertelan lubang memeknya. Lalu
mulai kupompa Bu Eka…
“Bleepp… sreet….”
terdengar bunyi kontolku dan
memek Bu Eka, bersatu padu.
“ Aahh.. aahhh… aduhhhss…
Pakkhh….” Bu Eka menjerit-jerit
kecil. Pada posisi ini aku benar-
benar seperti kuda liar, lepas
kendali. Sepasang tanganku tidak
henti-hentinya meremasi
payudaranya yang bergoyang-
goyang liar itu. Sementara
sepasang tanganku asyik
menampar-tampar pantatnya
bergantian hingga tak lama kulit
pantatnya yang putih berubah
menjadi kemerahan karena ulah
nakal tanganku ini. Gerakan
sodokanku kupercepat, karena
aku ingin membuatnya keluar
kembali. Kurasakan memeknya
mulai membasah tanda dia
kembali terangsang akibat
sodokan kontolku di memeknya.
” Aaahhh… Paakhhhss… oohhh…
ayyoohh… terusshhh…
Paakhhhss…” terdengar raungan
nikmat Bu Eka, menyusul
semakin gencarnya irama
sodokanku di liang surganya. Dia
tidak henti-hentinya meracau,
dan memberiku semangat agar
lebih ganas lagi. Akibatnya
konsentrasiku hilang. Tidak
sampai memompa 30 menit, aku
pun mulai merasakan akan
keluar. Dengan nafas yang
mendengus-dengus, aku
meracau… ”Hhuuhh… hhhohhh…
hhhohhh… Bbuhhh… Bbuhhh…
Ekkaahhhss… akkuuhh mauuhh…
kkeluaarr…nnihhh”
”Oohhh… aaahhh… aayoohhh…
Paakhhh… sayaahhhss…
jugaaahhh mauuhhh
keelluuarrsshhh…”
”Ooouhh… aahhh… hhohhh…
hhhohhh… di dalammhhss…
atauhhhsss… di luarsshhh
Bbuhhh…?”
”Aahhhsss… Oouuhhh…
Aaahhsss… Ddiii ddaalaammsss
saajaahhh… Paakkhhh…”
Lima menit kemudian dengan
perasaan yang melayang-layang,
sampailah aku dan Bu Eka di
puncak kenikmatan dengan
tempo yang bersamaan. “Aahh…
oohh… oohhh… ssaayaahhh…
kkeeluuaarrss Bbuhh…!”
”Oouhhh… aahhhh… oohhh…
ssaayaaahhss jugaahh
kkeeluaarrrsshhh…!!”
”Croot… croottt… ccroottt!!”
Kontolku muntah berkali-kali di
lubangnya. Mungkin ada sekitar
6 kali semburan spermaku di
memeknya. Terasa hangat sekali
di permukaan kulit kontolku.
Tampaknya selain spermaku,
kontolku juga tersiram cairan
birahi Bu Eka yang meleleh
keluar dari dalam rahimnya.
Untuk sesaat kubiarkan kontolku
terbenam di memeknya.
Kupastikan agar tidak ada sisa
sperma yang tertinggal di kepala
kontolku. Saat itulah aku merasa
kontol kebanggaanku itu
disedot-sedot. Ternyata itu ulah
nakal Bu Eka, yang sengaja
memainkan lubang nikmatnya.
Sesudahnya, Bu Eka berbalik lalu
kami pun asyik berpagutan.
Sesaat kami asyik berpagutan
sambil berpelukan mesra
sebelum akhirnya kami segera
bergegas untuk berbenah.
Jam 09.00 malam istriku sampai
di rumah, di antar supir
kantornya. Panjang lebar dia
cerita tentang kegiatannya hari
itu dengan istri bosnya pemilik
perusahaan. Sambil terus
mengoceh, dia melihat tubuhku
dan memujinya;
“ Papa tambah gagah lho… kulit
papa tampak putih dan bersih…
Pinter ya Pa, Bu Eka melulurnya?”
Aku hanya mengangguk saja.
”No comment!” Padahal dalam
hati, pikiranku melayang
membayangkan lubang Bu Eka!
Untungnya sebelum kami
berpisah tadi, aku menawarinya
untuk bercinta lagi di lain waktu
dan Bu Eka menanggapinya
dengan antusias…
No comments:
Post a Comment