Berikut ini adalah kisah kehidupan dan pengalaman sex kku selanjutnya. Setelah pengalamanku sebelumnya sudah aku tuangkan di dalam situs ini (( Wanita Berkeringat Menaikan Libidoku)) mungkin berikut ini adalah kisah selanjutnya dari beberapa kejadian yang mewarnai kehidupan sex ku.
*****
Entah kenapa, semakin aku sering melakukan Making Love dengan seseorang, membuat kehidupan sex aku bersama ustriku semakin romantis saja. Dan entah semua itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku lagi mood, tidak jarang setelah siangnya atau sorenya aku melakukan dengan teman kencanku, malamnya aku ganti menservice istriku. Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di kantor, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemah apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang belumnya belum pernah mereka rasakan dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang
g ibu rumah tangga, yang entah bagaimana ceritanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui
nomor cellulerku. Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di
kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi. "Hallo, selamat siang Dandy"
suara perempuan yang manja
terdengar.
"Hallo juga, siapa ya ini?"
tanyaku serius.
"Namaku Maya" kata perempuan
tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP
saya darimana?" tanyaku
menyelidik.
"Oya, aku temannya Via dan dari
dia aku dapat nomor kamu"
jelasnya.
"Ooo, Mbak Via" kataku datar.
Aku mengingat kembali kisahku
sebelumnya yang berjudul Kisah
bersama Ibu Muda. Via seorang
sekretaris yang juga ikut
'mewarnai' kehidupan sex aku.
"Gimana khabar Mbak Via?"
tanyaku.
"Baik, dia titip salam kangen
sama kamu" jelas Maya.
Sekitar 5 menit, kami berdua
mengobrol layaknya orang yang
sudah kenal lama. Suara Maya
yang lembut dan manja,
membuat aku menerka-nerka
bagaimana bentuk fisik dari
wanita tersbut. Saat aku
membayangkan bentuk fisiknya,
Maya membuyarkan lamunanku.
"Hallo.. Dandy, kamu masih
disitu?" tanya Maya.
"Iya.. iya Mbak.." kataku gugup.
"Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via
ya?" tanyanya menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin
Mbak Maya tuh" celetukku.
"Masa sih.. Jadi GR nih" dengan
suara yang menggoda.
"Dandy, boleh kan kalau aku mau
ketemu kamu?" tanya Maya.
"Boleh aja Mbak.. Dengan senang
hati" jawabku semangat.
"Oke deh, kita mau ketemuan
dimana?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Dandy
ngikut aja" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu
kamu di excelso di Tunjungan
Plasa" katanya.
"Oke, sampai nanti Dandy.. Aku
tunggu jan 18.00" sambil berkata
demikian, HP nya langsung off.
Waktu menunjukkan pukul
16.30, tiba saatnya aku pulang
kantor dan segera meluncur ke
Tunjungan Plaza. Sebelumnya
aku prepare di kantor, aku mandi
dan membersihkan diri setelah
seharian aku bekerja. Untuk
perlengkapan mandi, memang
setiap hari aku membawa karena
memang aku sering olahraga
setelah jam kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir
mobil starletku yang butut di
lantai 3. Jam ditanganku
menunjukkan pukul 18 kurang
seperempat. Aku segera menuju
ke excellso seperti yang
dikatakan Maya.
Aku segera mengambil tempat
duduk disisi pagar kaca,
sehingga aku bisa melihat orang
hilir mudik di area pertokoan
terbesar di Surabaya ini. Saat
mataku melihat situasi di
sekelilingku, bola mataku
berhenti pada seorang wanita
setengah baya yang duduk
sendirian. Menurut tebakan aku,
wanita ini berumur sekitar 35
tahun ke atas. Wajahnya yang
lumayan putih, membuat aku
tertegun. Mataku yang mulai
nakal, berusaha menjelajahi
pemandangan yang sangat
menggiurkan di depanku.
Kakinya yang jenjang, ditambah
dengan belahan pahanya yang
putih di balik rok mininya,
membuat semakin aku gemas.
Dalam hatiku, wah betapa
bahagianya aku jika orang
tersebut adalah Maya yang
menghubungi aku siang tadi.
Disaat aku membayangkan
sosok di depan mataku, tiba-tiba
wanita itu berdiri dan
menghampiri tempat dudukku.
Dadaku berdegup kencang
ketika dia benar-benar
mengambil tempat duduk semeja
dengan aku.
"Maaf, kamu Dandy ya?"
tanyanya sambil menatapku.
"Iy.. iyaa.. Kamu Maya?" tanyaku
balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh
tanganku untuk bersalaman dan
darahku terasa mendesir ketika
tangannya yang halus meremas
tanganku dengan halus.
"Silahkan duduk May" kataku
sambil menarik satu bangku di
depanku.
"Terima kasih" kata Maya sambil
tersenyum.
"Dari tadi anda duduk disitu kok
tidak langsung kesini?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu, apakah
kamu memang Dandy" jelasnya.
"Aku tadi juga berpikir, apakah
wanita yang cakep ini kamu?"
kataku sambil senyum.
Kami bercerita panjang lebar
tentang apapun yang bisa
diceritakan, kadang-kadang kami
berdua saling canda, saling
menggoda dan sesekali bicara
yang 'nyerempet' ke arah sex.
Lesung pipinya yang dalam,
menambah sempurna saja
wajahnya yang semakin matan.
Dari pembicaraan tersebut,
terungkaplah kalau Maya adalah
seorang wanita yang sedang
tugas di Surabaya. Maya adalah
seorang pengusaha dan
kebetulan selama 3 hari dinas di
Surabaya.
"May, kamu kenal Via dimana?"
tanyaku mnyelidik.
"Via adalah teman chattingku di
YM, aku dan via sering online
bersama. Dan kami terbuka satu
sama lain dalam hal apapun.
Begitu juga untuk kisah rumah
tangga, bahkan masalah sex
sekalipun." mulut mungil Maya
menjelaskan dengan penuh
semangat.
"OOo, begitu.." kataku sambil
manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di
Surabaya dan aku berencana
menginap 3 hari, sampai urusan
kantorku selesai" jelasnya tanpa
aku tanya.
"Sebenarny tadi Via juga mau
dateng tetapi karena ada acara
keluarga, mungkin besok baru
bisa dateng" jelasnya kembali.
"Memang Mbak Maya nginap
dimana?" tanyaku.
"Kebetulan sama perwakilan
kantor disini, di bookingin di
Hotel E.." jelasnya.
"Mmm, emang Mbak sama sapa
sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Dandy.. Makanya
saat itu aku tanya Via" kata
Maya.
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa
temanin aku selama di Surabaya"
kata Maya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor
celluler kamu" lanjutnya.
Tanpa terasa jam tanganku
menunjukkan pukul 21.15 wib,
dan aku liat sekelilingku
pertokoan mulai sepi karena
memang sudah mau tutup.
"Dan.. Kamu mau anter aku balik
ke hotel?" tanya Maya.
"Boleh, masa iya aku tega biarin
Mbak Maya sendirian balik ke
hotel" kataku.
Setelah obrolan singkat, kami
segera menuju parkiran mobil
dan segera meluncur ke Hotel E..
Yang tidak jauh dari pusat
pertokoan Tunjungan Plasa.
Aku dan Maya bergegas menuju
lift untuk naik ke lantai 3, dan
sesampainya di kamar nomor
306, Maya menawarkan aku
untuk masuk sejenak. Bau
parfum yang menggugah syaraf
kelaki-lakianku serasa berontak
ketika aku berjalan di
belakangnya.
"Silahkan duduk Dan, aku mau
mandi dulu" kata Maya sambil
melempar tas kecilnya, diatas
ranjang.
Mataku menyelidik, apakah
benar Maya sendirian dalam
kamar. Dan memang benar
kelihatannya dia sendirian. Aku
lihat kopor kecilnya yang masih
rapi, nampak hanya beberapa
helai gaun yang berada di atas
ranjang. Saat mataku masih asyik
menjelajahi ruangan kamar
Maya, tiba-tiba sesosok tubuh
yang jenjang dengan hanya
mengenakan sehelai handuk
yang menutupi tubuhnya yang
molek.
"Dandy, aku minta tolong nih
buangan airnya di bathup nggak
bisa dibuang" kata Maya sambil
tetap berdiri di muka pintu
kamar mandi.
Aku segera bangkit dari dudukku
dan berjalan menuju kamar
mandi. Ketika aku melewati
tubuh Maya, mataku yang nakal
sedikit mencuri pandang di
belahan dada Maya yang
terkesan menyembul keluar
karena terhimpit ketatnya
handuk yang menutupi
tubuhnya. Aroma sabun lux
kuning merasuk menusuk
hidungku, aku segera menuju
bathup yang dimaksud oleh
Maya.
Aku menggunakan tangkai
sendok untuk mencungkil karet
penutup bathup yang memang
rapat sekali. Aku berusaha
membuka secepatnya karena
pikiran kotor mulai menjejali
otakku. Dan
akhirnya"sswaasshh.." suara air
langsung keluar ketika karet
penutupnya sudah terlepas.
"Oke May.. Sudah terbuka nih,
silahkan lanjutin mandinya"
kataku sambil masih
membelakangi tubuh Maya yang
sedang berdiri di belakangku.
Ketika aku membalikkan
badanku, betapa kagetnya aku
dengan pemandangan di depan
mataku. Tubuh Maya tidak
dibalut lagi oleh handuk putih
yang melekat di tubuhnya tadi.
"Ma-Maaff.. Aku mau keluar May"
kataku gugup.
Maya tidak menjawab dan
bahkan tidak memberiku jalan.
Wanita itu langsung
berhamburan memeluk tubuhku,
dan merangkul leherku dengan
erat.
"Dan, Via sudah ceritakan
kehebatan permainan sex kamu"
aroma bau mulutnya yang segar,
membuat jantungku semakin
berdetak kencang.
"Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via
terlalu berlebihan" kataku.
"Berikan aku kenikmatan itu
Dan.." sambil berkata demikian,
bibir mungil Maya langsung
mendarat di bibirku. Lidahnya
yang liar serasa menggeliat
mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai
terpancing birahi, langsung
menyambut keliaran lidah Maya.
Tanganku yang tadi hanya
berdiam diri, sekarang aku
beranikan memeluk tubuhnya
yang sexy bagaikan Britney
Spears. Aku merasakan dadanya
yang montok mendesak dadaku
yang bidang. Sesekali tanganku
mulai semakin berani menjelajahi
pinggul Maya, pantatnya yang
masih terlihat kencang walaupun
sudah menginjak 35 tahun. Aku
meremas pantatnya berkali-kali
sehingga hal itu membuat nafsu
Maya semakin naik.
Bibirku yang sudah mulai murka
dan terbawa birahiku yang mulai
merangkak ke kepalaku.
Lehernya yang jenjang menjadi
sasaran empuk bibirku yang
mulai menari-nari di atasnya.
"Ooohh.. Dandy.. Geelli.." desah
Maya.
Serangan bibirku semakin
menjadi di leher Maya, sehingga
dia hanya bisa merem melek
mengikuti jilatan lidahku.
Setelah aku puas dilehernya, aku
mulai menurunkan tubuhkan
sehingga bibirku sekarang
berhadapan dengan 2 buat bukit
kembarnya yang masih ketat
dan kencang. Aku semakin
terbawa dalam aliran birahi yang
meledak-ledak, bibir Maya yang
mulai terasuki nafsu birahinya
sendiri mulai ganas melahap
bibriku.
Jari jemarinya yang lentik,
sepertinya terlatih untuk
membuka semua kancing yang
menempel di hem yang aku
kenakan.
Disaat aku mulai telanjang dada,
bibirnya mulai menjalar ke arah
leherku dan sesaat kemudian
bibirnya sudah mendarat pada
dadaku. Jilatan lidahnya yang
semakin liar, sepertinya tidak
ingin menyisakan sedikitpun
dada bidangku.
Darahku mendesir hebat hingga
membuat aku terangsang hebat,
ketika lidahnya menari di
puntingku. Daerah yang paling
sensitif di tubuhku, yang bisa
menggugah nafsu birahiku
secara sepontan.
"Ohh.. May.. Aaakh" aku merintih
sambil menekan tengkuknya ke
dada bidangku.
Maya benar-benar sudah di
kuasai oleh birahi yang tinggi,
dan tanpa aku sadari ketika aku
sudah merasakan kaki sudah
dingin. Ternyata Maya sudah
melepas jeans yang aku pakai
sebelumnya, sehingga sekarang
aku hanya menganakan celana
dalam saja.
Lidahnya semakin lama semakin
ke bawah dan sampailah
lidahnya memainkan pusarku.
Tangannya meremas kedua
pantatku sehingga aku benar-
benar terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih,
giginya berusaha menarik celana
dalamku dari depan. Kedua
tanganya dengan mudah
menarik CD ku dari belakang.
"Gila.. Pantes Via puas, habis
penismu gede seperti ini" kata
Maya memuji.
Adik kecilku yang tadi sudah
ingin melepaskan diri dari
belenggu CD yang membatasinya
akhirnya bisa lepas. Aku melihat
kebawah dan melihat Maya yang
sedang tertegun dengan
besarnya penisku. Penisku
berdiri tegak sekali dan sesaat
kemudian.
"Mmm.. Srup.. Srupp" mulut Maya
yang mungil mulai mengulum
batang penisku.
"Aakhh.. May.. Nikmmaat..
Sekkalii" rintihku.
Tanganku menekan dalam-dalam
kepala belakang Maya, utnuk
memudahkan bergerak maju
mundur dan ketika penisku
benar-benar terlean dalam mulut
Maya, kenikmatan yang luar
biasa aku rasakan ketika ujung
penisku menthok pada dasar
mulut Maya.
"Sss.. Maayy.. Uhh" aku
mendesah kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan
desahan, rintihan dan
eranganku, wanita itu denagn
buasnya mengulum, menjilat,
mengocok dan mengoral batang
kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.
Setelah Maya puas dengan
aksinya, Maya bangkit dari posisi
pertama yang sebelumnya
jongkok di bawah selangkangan
aku. Kesempatan ini tidak aku
sia-siakan untuk mendorong
tubuhnya sehinga tubuh Maya
terduduk di kloset. Aku langsung
jongkok dan membuka kedua
pahanya yang putih. Lubang
vaginanya yang memerah dan
disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari
lubang kewanitaannya,
membuat tubuhku berdesir
hebat. Tanpa menunggu lama
lagi, lidahku langsung aku
julurkan ke permukaan bibir
vagina.
Tanganku bereaksi untuk
menyibak rambut yang tubuh
disekitar selangkangannya untuk
memudahkan aksiku menjilati
vaginanya.
"Sss.. Dandyy.. Nikmaat sekali..
Ughh" rintih Maya.
Tubuhnya menggelinjang,
sesekali diangkat menghindari
jilatan lidahku di ujung
clitorisnya. Gerak tubuh Maya
yang terkadang berputa-putar
dan naik turun, membuat lidahku
semakin berani menghujam lebih
dalam ke lubang vaginanya.
"Daanndy.. Gilaa banget lidah
kamu.." rintih Maya.
"Terus.. Sayang.. Jangan
lepaskan.." pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk
dalam lubang vaginanya,
sesekali aku memancing
clitorisnya untuk segera keluar
dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali
sehingga memudahkan lidahku
untuk menjilat, mengulum, dan
sesekali menghisap dalam-dalam
clitorisnya. Aku perhatikan Maya
merem melek menikmati
nakalnya lidahku dan sesekali
aku perhatikanl, wanita tersebut
mengigit bibir bawahnya seakan
menahan rasa nikmat yang
bergejolak di hatinya.
"OOhh.. Dandy, aku nggak tahan..
Ugh.." rintihnya.
Semakin Maya merintih,
mendesah dan mengerang,
semakin membuat nafsuku
bergejolak. Sampai aku rasakan
beberapa cairan yang terasa
asin, dan aku semakin bernafsu
untuk menjilatinya.
"Danddy.. Danddyy.. Ooogghh.."
Maya merintih panjang.
Dibarengi dengan tubuhnya
yang kejang-kejang, dan terasa
pahanya menggapit kepalaku
dengan kencang. Jari nya yang
lentik meremas rambutkuyang
sedikti gondrong.
Maya terpejam sejenak
menikmati lelehnya cairan yang
meluber dari lubang vaginanya,
lidahku tiada henti menerima
luapan cairan bening yang
wangi tersbut. Seakan-akan aku
tidak peduli dengan orgasme
yang didapat Maya pertama
kalinya. Dan ketika aku rasakan
cairan tersebut sudah bersih, aku
membimbing tubuh Maya yang
masih lemas. Aku mendekap
tubuh Maya dari belakang, kami
berdua menghadap cermin.
"Ohh.. Dandy.." Maya mendesah
ketika lidahku mulai menyentuh
bagian belakang telinganya.
Tangannya menggapai leherku,
dan tanganku sepontan meraih
buah dadanya dari belakang.
Dengan sentuhan yang sangat
halus, pantatnya yang sintal
bergerak memutar di gesekan
batang kemaluanku yang dari
tadi masih tegang. Jari telunjuk
kananku bergerak menggesek
clitoris Maya yang sduah mulai
basah kemabli.
"Danddyy.." Maya kembali
mendesah.
Peralahan aku mengangkat kaki
kanan Maya dan aku sandarkan
di wastafel kamar mandi.
Sehingga Maya hanya berdiri
dengan satu kaki saja, batang
kemaluanku sudah mulai
mencari lubang kewanitaan
Maya dan sekali hentak.
"Bleesst.." kepala penisku
mengoyak vagina Maya.
"Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali
Dan.. Punya kamu" Maya
merintih.
Perlahan aku beregark maju
mundur di lubang vagina Maya,
sampai akhirnya aku merasakan
cairan yang cukup di lubang
vagina Maya. Sekali tekan "bless"
seluruh batang kemaluanku
masuk dalam lubang senggama
Maya dan bersama dengan itu,
tubuh Maya sedikit terangkat.
"Hekk.. Danndyy.. Nikmatt sekalii..
Oooh" Maya merintih kembali.
Gerakan maju mundur pinggulku
membuat tubuh Maya
menggelinjang hebat dan
sesekali memutar pinggulnya
sehingga menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa di
batang kemaluanku.
"Danddy.. Jangan berhenti
sayang.. Oogghh" pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat
wajahnya yang begitu
menikmati tusukan batang
kemaluanku semakin menjadi.
Aku merasakan sekali ujung
penisku bergerak masuk sampai
di ujung kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang
kepalanya kekanan dan kekiri
seirama dengan penisku yang
menghujam dalam pada lubang
kewanitaannya. Kedua tanganku
meremas kedua bukit kembar
Maya dan sesekali membantu
pinggul Maya utnuk berputar-
putar.
"Danddy.. Kamu.. Memang..
Jagoo.. Ooohh" tangan Maya
bersandar di cermin sedangkan
kepalanya bergerak ke atas
kebawah, kesmaping kiri kanan
seperti orang yang lagi triping.
Beberapa saat kemudian Maya
seperti orang kesurupan dan
ingin memcau birahinya
sekencang mungkin. Aku
berusaha mempermainkan
birahinya, disaat Maya semakin
liar. Tempo yang semula tinggi
dengan spontan aku kurangi
sampai seperti gerakan lambat,
sehingga centi demi centi batang
kemaluanku terasa sekali
mengoyak dinding vagina Maya.
"Danddy.. Terus.. Sayangg..
Jangan berhenti.." Maya
meminta.
Permainanku tersebut benar-
benar memancing birahi Maya
untuk mencapai kepuasan
birahinya. Sesaat kemudian,
Maya benar-benar tidak bisa
mengontrol birahinya. Tubuhnya
bergetar hebat.
"Danddyy.. Aakuu.. Kelluuarr..
Aaakkhkhh.. Goyang sayang"
rintih Maya.
Gerakan penisku seperti
goyangan anisa bahar yang
patah-patah, membuat birahi
Maya semakin tak terkendali.
"Dann.. Ddy.. Aaammppunn"
rintih Maya panjang.
Bersamaan dengan rintihan
tersebut, aku menekan penisku
dengan dalam hingga mentok
dilangit-langit vagina Maya. Aku
merasakan semburan cairan
membasahi seluruh batang
kemaluanku.
"Creek.. Crek.. Crek.." suara
penisku masih bergerak keluar
masuk di lubang vagina Maya.
Aku semakin tidak peduli dengan
Maya yang sudah mendapatkan
kedua orgasmenya, karena aku
sendiri lagi berusaha untuk
mencari kepuasan birahiku.
Perlahan, aku turunkan kaki
kanan Maya yang pada posisi
pertama aku naikkan ke atas
wastafel.
Posisi Maya, sekarang sedikit
menungging dengan posisi
berdiri. Penisku yang masih
tertancap pada lubang
vaginanya langsung aku
hujamkan kembali ke lubang
vagina Maya.
"Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang..
ahli.." kata Maya sambil merintih.
Kedua telapak tanganku
mencengkeram pinggul Maya
dan menekan tubuhnya supaya
penisku bisa lebih menusuk ke
dalam lubang vaginanya.
"May.. vagina kamu memang
asyik banget" pujiku.
"Kamu suka minum jamu ya kok
masih seret?" tanyaku.
Maya hanya tersenyum dan
kembali memejamkan matanya
menikmati tusukan penisku yang
tiada hentinya. Batang
kemaluanku terasa dipijat oleh
vagina Maya dan hal tersebut
menimbulkan kenikmatan yang
luar biasa. Permainan sexku
benar-benar bisa diterima Maya
karena ternyata wanita tersebut
bisa mengimbangi permainan
aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa
menahan kenikmatan yang mulai
tadi sudah mengoyak birahiku.
"May.. Aku mau.. Keluuar.." kataku
mendesah.
"Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat
terus.. Terus.." Maya merintih.
"Dandyy.. Keluarin didalam.. Aku
ingin rasain semprotan kamu.."
pinta Maya.
"Iya May.. Ooogh.. Akakhh.."
rintihku.
Gerakan maju mundur
dibelakang tubuh Maya semakin
kencang, semakin cepat dan
semakin liar. Kami berdua
berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
"Danddy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh" rintih Maya. "Aku juga May.. Oohh.. Maayy" Aku merintih. "crut.. Crut.. Crut.." spermaku muncrat membanjiri vagina Maya. Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku. "Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa" kata Maya merintih. "Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja" kataku merendah. "Kamu luar biasa.." Maya tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu. Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Maya yang molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, Aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Maya, sesekali jariku yang nakal memilin punting Maya. "Ughh.. Danddy.." Maya merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah. Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali Maya seorang wanita yang sedang butuh kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu birahinya yang tidak pernah kenyang. Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. Aku meninggalkan Hotel E. Sambil menikmati sisa-sisa kenimatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.
*****
No comments:
Post a Comment