Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Monday, November 29, 2010

Diana, istri yang dirayu

Nama saya Diana. Saya sedang
bingung sekali saat ini. Saya
tidak tahu harus berbuat apa.
Karenanya saya akan mencoba
menceritakan sedikit
pengalaman hidup saya yang
baru saya hadapi baru-baru ini.
Saya berumur 27 tahun. Saya
sudah berkeluarga dan sudah
mempunyai anak satu. Saya
menikah dengan seorang pria
bernama Niko. Niko adalah suami
yang baik. Kami hidup
berkecukupan. Niko adalah
seorang pengusaha yang
sedang meniti karir.
Karena kesibukannya, dia sering
pergi keluar kota. Dia kasihan
kepada saya yang tinggal sendiri
dirumah bersama anak saya
yang berusia 2 tahun. Karenanya
ia lantas mengajak adiknya yang
termuda bernama Roy yang
berusia 23 tahun untuk tinggal
bersama kami. Roy adalah
seorang mahasiswa tingkat akhir
di sebuah PTS. Kehidupan rumah
tangga saya bahagia, hingga
peristiwa terakhir yang saya
alami.
Selama kami menikah kehidupan
seks kami menurut saya normal
saja. Saya tidak tahu apa yang
dimaksud dengan orgasme.
Tahulah, saya dari keluarga yang
kolot. Memang di SMA saya
mendapat pelajaran seks, tetapi
itu hanya sebatas teori saja. Saya
tidak tahu apa yang dinamakan
orgasme.
Saya memang menikmati seks.
Saat kami melakukannya saya
merasakan nikmat. Tetapi tidak
berlangsung lama. Suami saya
mengeluarkan spermanya hanya
dalam 5 menit. Kemudian kami
berbaring saja. Selama ini saya
sangka itulah seks. Bahkan
sampai anak kami lahir dan kini
usianya sudah mencapai dua
tahun. Dia seorang anak laki-laki
yang lucu.
Di rumah kami tidak mempunyai
pembantu. Karenanya saya yang
membersihkan semua rumah
dibantu oleh Roy. Roy adalah
pria yang rajin. Secara fisik dia
lebih ganteng dari suami saya.
Suatu ketika saat saya
membersihkan kamar Roy, tidak
sengaja saya melihat buku
Penthouse miliknya. Saya
terkejut mengetahui bahwa Roy
yang saya kira alim ternyata
menyenangi membaca majalah
‘begituan’.
Lebih terkejut lagi ketika saya
membaca isinya. Di Penthouse
ada bagian bernama Penthouse
Letter yang isinya adalah cerita
tentang fantasi ataupun
pengalaman seks seseorang.
Saya seorang tamatan
perguruan tinggi juga yang
memiliki kemampuan bahasa
Inggris yang cukup baik.
Saya tidak menyangka bahwa
ada yang namanya oral seks.
Dimana pria me’makan’ bagian
yang paling intim dari seorang
wanita. Dan wanita melakukan
hal yang sama pada mereka.
Sejak saat itu, saya sering secara
diam-diam masuk ke kamar Roy
untuk mencuri-curi baca cerita
yang ada pada majalah tersebut.
Suatu ketika saat saya sibuk
membaca majalah itu, tidak saya
sadari Roy datang ke kamar. Ia
kemudian menyapa saya. Saya
malu setengah mati. Saya salting
dibuatnya. Tapi Roy tampak
tenang saja. Ketika saya keluar
dari kamar ia mengikuti saya.
Saya duduk di sofa di ruang TV.
Ia mengambil minum dua gelas,
kemudian duduk disamping
saya. Ia memberikan satu gelas
kepada saya. Saya heran, saya
tidak menyadari bahwa saya
sangat haus saat itu. Kemudian ia
mengajak saya berbicara
tentang seks. Saya malu-malu
meladeninya. Tapi ia sangat
pengertian. Dengan sabar ia
menjelaskan bila ada yang masih
belum saya ketahui.
Tanpa disadari ia telah membuat
saya merasa aneh. Excited saya
rasa. Kini tangannya menjalari
seluruh tubuh saya. Saya
berusaha menolak. Saya berkata
bahwa saya adalah istri yang
setia. Ia kemudian memberikan
argumentasi bahwa seseorang
baru dianggap tidak setia bila
melakukan coitus. Yaitu dimana
sang pria dan wanita melakukan
hubungan seks dengan penis
pada liang kewanitaan.
Ia kemudian mencium bagian
kemaluan saya. Saya mendorong
kepalanya. Tangannya lalu
menyingkap daster saya,
sementara tangan yang lain
menarik lepas celana dalam saya.
Ia lalu melakukan oral seks pada
saya. Saya masih mencoba untuk
mendorong kepalanya dengan
tangan saya. Tetapi kedua
tangannya memegang kedua
belah tangan saya. Saya hanya
bisa diam. Saya ingin meronta,
tapi saya merasakan hal yang
sangat lain.
Tidak lama saya merasakan
sesuatu yang belum pernah saya
alami seumur hidup saya. Saya
mengerang pelan. Kemudian
dengan lembut menyuruhnya
untuk berhenti. Ia masih belum
mau melepaskan saya. Tetapi
kemudian anak saya menangis,
saya meronta dan memaksa
ingin melihat keadaan anak saya.
Barulah ia melepaskan
pegangannya. Saya berlari
menemui anak saya dengan
beragam perasaan bercampur
menjadi satu.
Ketika saya kembali dia hanya
tersenyum. Saya tidak tahu
harus bagaimana. Ingin saya
menamparnya kalau mengingat
bahwa sebenarnya ia memaksa
saya pada awalnya. Tetapi niat
itu saya urungkan. Toh ia tidak
memperkosa saya. Saya lalu
duduk di sofa kali ini berusaha
menjaga jarak. Lama saya
berdiam diri.
Ia yang kemudian memulai
pembicaraan. Katanya bahwa
saya adalah seorang wanita
baru. Ya, saya memang
merasakan bahwa saya seakan-
akan wanita baru saat itu.
Perasaan saya bahagia bila tidak
mengingat suami saya. Ia
katakan bahwa perasaan yang
saya alami adalah orgasme. Saya
baru menyadari betapa saya
telah sangat kehilangan momen
terindah disetiap kesempatan
bersama suami saya.
Hari kemudian berlalu seperti
biasa. Hingga suatu saat suami
saya pergi keluar kota lagi dan
anak saya sedang tidur. Saya
akui saya mulai merasa bersalah
karena sekarang saya sangat
ingin peristiwa itu terulang
kembali. Toh, ia tidak berbuat hal
yang lain.
Saya duduk di sofa dan
menunggu dia keluar kamar.
Tapi tampaknya dia sibuk belajar
di kamar. Mungkin dia akan
menghadapi mid-test atau
semacamnya. Saya lalu mencari
akal supaya dapat berbicara
dengannya. Saya kemudian
memutuskan untuk
mengantarkan minuman
kedalam kamar.
Disana ia duduk di tempat tidur
membaca buku kuliahnya. Saya
katakan supaya dia jangan lupa
istirahat sambil meletakkan
minuman diatas meja belajarnya.
Ketika saya permisi hendak
keluar, ia berkata bahwa ia
sudah selesai belajar dan
memang hendak istirahat
sejenak. Ia lalu mengajak saya
ngobrol. Saya duduk ditempat
tidur lalu mulai berbicara
dengannya.
Tidak saya sadari mungkin
karena saya lelah seharian, saya
sambil berbicara lantas
merebahkan diri diatas tempat
tidurnya. Ia meneruskan
bicaranya. Terkadang tangannya
memegang tangan saya sambil
bicara. Saat itu pikiran saya mulai
melayang teringat kejadian
beberapa hari yang lalu.
Melihat saya terdiam dia mulai
menciumi tangan saya. Saat saya
sadar, tangannya telah berada
pada kedua belah paha saya,
sementara kepalanya tenggelam
diantara selangkangan saya. Oh,
betapa nikmatnya. Kali ini saya
tidak melawan sama sekali. Saya
menutup mata dan menikmati
momen tersebut.
Nafas saya semakin memburu
saat saya merasakan bahwa
saya mendekati klimaks. Tiba-
tiba saya merasakan kepalanya
terangkat. Saya membuka mata
bingung atas maksud tujuannya
berhenti. Mata saya terbelalak
saat memandang ia sudah tidak
mengenakan bajunya. Mungkin
ia melepasnya diam-diam saat
saya menutup mata tadi.
Tidak tahu apa yang harus
dilakukan saya hanya menganga
saja seperti orang bodoh. Saya
lihat ia sudah tegang. Oh, betapa
saya ingin semua berakhir
nikmat seperti minggu lalu.
Tangan kirinya kembali bermain
diselangkangan saya sementara
tubuhnya perlahan-lahan turun
menutupi tubuh saya.
Perasaan nikmat kembali
bangkit. Tangan kanannya lalu
melolosi daster saya. Saya
telanjang bulat kini kecuali bra
saya. Tangan kirinya meremasi
buah dada saya. Saya
mengerang sakit. Tangan saya
mendorong tangannya, saya
katakan apa sih maunya. Dia
hanya tersenyum.
Saya mendorongnya pelan dan
berusaha untuk bangun.
Mungkin karena intuisinya
mengatakan bahwa saya tidak
akan melawan lagi, ia
meminggirkan badannya.
Dengan cepat saya membuka
kutang saya, lalu rebah kembali.
Ia tersenyum setengah tertawa.
Dengan sigap ia sudah berada
diatas tubuh saya kembali dan
mulai mengisapi puting susu
saya sementara tangan
kanannya kembali memberi
kehidupan diantara
selangkangan saya dan tangan
kirinya mengusapi seluruh
badan saya.
Selama kehidupan perkawinan
saya dengan Niko, ia tidak
pernah melakukan hal-hal seperti
ini saat kami melakukan
hubungan seks. Seakan-akan
seks itu adalah buka, mulai,
keluar, selesai. Saya merasakan
diri saya bagaikan mutiara
dihadapan Roy.
Kemudian Roy mulai mencium
bibir saya. Saya balas dengan
penuh gairah. Sekujur tubuh
saya terasa panas sekarang.
Kemudian saya rasakan alatnya
mulai mencari-cari jalan masuk.
Dengan tangan kanan saya, saya
bantu ia menemukannya. Ketika
semua sudah pada tempatnya, ia
mulai mengayuh perahu cinta
kami dengan bersemangat.
Kedua tangannya tidak henti-
hentinya mengusapi tubuh dan
dada saya. Saya hanya bisa
memejamkan mata saya. Aduh,
nikmatnya bukan kepalang.
Tangannya lalu mengalungkan
kedua tangan saya pada
lehernya. Saya membuka mata
saya. Ia menatap mata saya
dengan sejuta arti. Kali ini saya
tersenyum. Ia balas tersenyum.
Mungkin karena gemas melihat
saya, bibirnya lantas kembali
memagut.
Oh, saya merasakan waktunya
telah tiba. Kedua tangan saya
menarik tubuhnya agar lebih
merapat. Dia tampaknya
mengerti kondisi saya saat itu.
Ini dibuktikannya dengan
mempercepat laju permainan.
Ahh, saya mengerang pelan.
Kemudian saya mendengar
nafasnya menjadi berat dan
disertai erangan saya merasakan
kemaluan saya dipenuhi cairan
hangat.
Sejak saat itu, saya dan dia selalu
menunggu kesempatan dimana
suami saya pergi keluar kota
untuk dapat mengulangi
perbuatan terkutuk itu. Betapa
nafsu telah mengalahkan
segalanya. Setiap kali akan
bercinta, saya selalu
memaksanya untuk melakukan
oral seks kepada saya. Tanpa itu,
saya tidak dapat hidup lagi. Saya
benar-benar memerlukannya.
Dia juga sangat pengertian.
Walaupun dia sedang malas
melakukan hubungan seks, dia
tetap bersedia melakukan oral
seks kepada saya. Saya benar-
benar merasa sangat dihargai
olehnya.
Ceritanya dulu suami saya Niko
punya komputer. Kemudian oleh
Roy disarankan agar
berlangganan internet.
Menurutnya juga dapat dipakai
untuk berbisnis. Suami saya
setuju saja. Pernah Roy melihat
saya memandangi Niko saat dia
menggunakan internet,
kemudian dia tanya kepada
saya, apa saya kepingin tahu.
Niko yang mendengar lalu
menyuruh Roy untuk mengajari
saya menggunakan komputer
dan internet. Pertama-tama saya
suka karena banyak yang
menarik. Hanya tinggal tekan
tombol saja. Bagus sekali. Tetapi
saya mulai bosan karena saya
kurang mengerti mau ngapain
lagi.
Saat itulah Roy lalu menunjukkan
ada yang namanya Newsgroup
di internet. Saat pertama kali
baca saya terkejut sekali. Banyak
berita dan pendapat yang
menarik. Tetapi waktu saya tidak
terlalu banyak. Saya harus
mengurus anak saya. Dia baru
dua tahun. Saya sayang sekali
kepadanya. Kalau sudah
tersenyum dapat menghibur
saya walaupun dalam keadaan
sedih.
Saya tidak mengerti program ini.
Hanya Roy ajarkan kalau mau
menulis tekan tombol ini. Terus
begini, terus begini, dan
seterusnya. Tetapi saya tidak
cerita-cerita sama dia kalau
kemarin saya sudah kirim berita
ke Newsgroup. Takut dia marah
sama saya. Saya hanya bingung
mau cerita sama siapa.
Masalahnya saya benar-benar
sudah terjerumus. Saya tidak
tahu bagaimana harus
menghentikannya.
Kini saya bagaikan memiliki dua
suami. Saya diperlakukan
dengan baik oleh keduanya.
Saya tahu suami saya sangat
mencintai saya. Saya juga sangat
mencintai suami saya. Tetapi
saya tidak bisa melupakan
kenikmatan yang telah
diperkenalkan oleh Roy kepada
saya.
Suami saya tidak pernah curiga
sebab Roy tidak berubah saat
suami saya ada di rumah. Tetapi
bila Niko sudah pergi keluar kota,
dia memperlakukan saya
sebagaimana istrinya. Dia
bahkan pernah memaksa untuk
melakukannya di kamar kami.
Saya menolak dengan keras. Biar
bagaimana saya akan merasa
sangat bersalah bila
melakukannya ditempat tidur
dimana saya dan Niko menjalin
hubungan yang berdasarkan
cinta.
Saya katakan dengan tegas
kepada Roy bahwa dia harus
menuruti saya. Dia hanya
mengangguk saja. Saya merasa
aman sebab dia tunduk kepada
seluruh perintah saya. Saya tidak
pernah menyadari bahwa saya
salah. Benar-benar salah.
Suatu kali saya disuruh untuk
melakukan oral seks kepadanya.
Saya benar benar terkejut. Saya
tidak dapat membayangkan apa
yang harus saya lakukan atas
‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia
terus memaksa saya. Karena
saya tetap tidak mau menuruti
kemauannya, maka akhirnya ia
menyerah.
Kejadian ini berlangsung
beberapa kali, dengan akhir dia
mengalah. Hingga terjadi pada
suatu hari dimana saat saya
menolak kembali dia mengancam
untuk tidak melakukan oral seks
kepada saya. Saya bisa
menikmati hubungan seks kami
bila dia telah melakukan oral seks
kepada saya terlebih dahulu.
Saya tolak, karena saya pikir dia
tidak serius. Saya berpikir bahwa
dia masih menginginkan seks
sebagaimana saya
menginginkannya. Ternyata dia
benar-benar melakukan
ancamannya. Dia bahkan tidak
mau melakukan hubungan seks
lagi dengan saya. Saya bingung
sekali. Saya membutuhkan cara
untuk melepaskan diri dari
kerumitan sehari-hari. Bagi saya,
seks merupakan alat yang dapat
membantu saya menghilangkan
beban pikiran.
Selama beberapa hari saya
merasa seperti dikucilkan. Dia
tetap berbicara dengan baik
kepada saya. Tetapi setiap kali
saya berusaha mengajaknya
untuk melakukan hubungan seks
dia menolak. Saya tidak tahu
harus berbuat apa. Saya
berusaha semampu saya untuk
merayunya, tetapi dia tetap
menolak.
Saya bingung, apa saya tidak
cukup menarik. Wajah saya
menurut saya cukup cantik. Pada
masa-masa kuliah, banyak sekali
teman pria saya yang berusaha
mencuri perhatian saya. Teman
wanita saya bilang bibir saya
sensual sekali. Saya tidak
mengerti bibir sensual itu
bagaimana. Yang saya tahu saya
tidak ambil pusing untuk hal-hal
seperti itu.
Saya tidak diijinkan terlalu
banyak keluar rumah oleh orang
tua saya kecuali untuk keperluan
les ataupun kursus. Saya
orangnya supel dan tidak pilih-
pilih dalam berteman. Mungkin
hal ini yang (menurut saya
pribadi)menyebabkan banyak
teman pria yang mendekati saya.
Sesudah melahirkan, saya tetap
melanjutkan aktivitas senam
saya. Dari sejak masa kuliah saya
senang senam. Saya tahu saya
memiliki tubuh yang menarik,
tidak kalah dengan yang masih
muda dan belum menikah. Kulit
saya putih bersih, sebab ibu
saya mengajarkan bagaimana
cara merawat diri.
Bila saya berjalan dengan suami
saya, selalu saja pria melirik
kearah saya. Suami saya pernah
mengatakan bahwa dia merasa
sangat beruntung memiliki saya.
Saya juga merasa sangat
beruntung memiliki suami
seperti dia. Niko orangnya jujur
dan sangat bertanggung jawab.
Itu yang sangat saya sukai
darinya. Saya tidak hanya
melihat dari fisik seseorang,
tetapi lebih dari pribadinya.
Tetapi Roy sendiri menurut saya
sangatlah ganteng. Mungkin itu
pula sebabnya, banyak teman
wanitanya yang datang
kerumah. Katanya untuk belajar.
Mereka biasa belajar di teras
depan rumah kami. Roy selain
ganteng juga pintar menurut
saya. Tidaklah sulit baginya
untuk mencari wanita cantik
yang mau dengannya.
Saya merasa saya ditinggalkan.
Roy tidak pernah mengajak saya
untuk melakukan hubungan seks
lagi. Dia sekarang bila tidak
belajar dikamar, lebih banyak
menghabiskan waktunya
dengan teman-teman wanitanya.
Saya kesepian sekali dirumah.
Untung masih ada anak saya
yang paling kecil yang dapat
menghibur.
Hingga suatu saat saya tidak
dapat menahan diri lagi. Malam
itu, saat Roy masuk ke kamarnya
setelah menonton film, saya
mengikutinya dari belakang.
Saya katakan ada yang perlu
saya bicarakan. Anak saya sudah
tidur saat itu. Dia duduk di
tempat tidurnya. Saya bilang
saya bersedia melakukannya
hanya saya tidak tahu apa yang
harus saya perbuat.
Dengan gesit dia membuka
seluruh celananya dan kemudian
berbaring. Dia katakan bahwa
saya harus menjilati penisnya
dari atas hingga bawah.
Walaupun masih ragu-ragu, saya
lakukan seperti yang disuruh
olehnya. Penisnya mendadak
‘hidup’ begitu lidah saya
menyentuhnya. Kemudian saya
disuruh membasahi seluruh
permukaan penisnya dengan
menggunakan lidah saya.
Dengan bantuan tangan saya,
saya jilati semua bagian dari
penisnya sebagaimana seorang
anak kecil menjilati es-krim. Tidak
lama kemudian, saya disuruh
memasukkan penisnya kedalam
mulut saya. Saya melonjak kaget.
Saya bilang, dia sendiri tidak
memasukkan apa apa kedalam
mulutnya saat melakukan oral
seks kepada saya, kenapa saya
harus dituntut melakukan hal
yang lebih.
Dia berkata bahwa itu
disebabkan karena memang
bentuk genital dari pria dan
wanita berbeda. Jadi bukan
masalah apa-apa. Dia bilang
bahwa memang oral seks yang
dilakukan wanita terhadap pria
menuntut wanita memasukkan
penis pria kedalam mulutnya.
Sebenarnya saya juga sudah
pernah baca dari majalah-
majalah Penthouse miliknya,
saya hanya berusaha
menghindar sebab saya merasa
hal ini sangatlah tidak higienis.
Karena khawatir saya tidak
memperoleh apa yang saya
inginkan, saya menuruti
kemauannya. Kemudian saya
disuruh melakukan gerakan naik
dan turun sebagaimana bila
sedang bercinta, hanya bedanya
kali ini, penisnya berada di dalam
mulut saya, bukan pada liang
senggama saya.
Selama beberapa menit saya
melakukan hal itu. Saya perlahan-
lahan menyadari, bahwa oral
seks tidaklah menjijikkan seperti
yang saya bayangkan. Dulu saya
membayangkan akan mencium
atau merasakan hal-hal yang
tidak enak. Sebenarnya hampir
tidak terasa apa-apa. Hanya
cairan yang keluar dari penisnya
terasa sedikit asin. Masalah bau,
seperti bau yang umumnya
keluar saat pria dan wanita
berhubungan seks.
Tangannya mendorong kepala
saya untuk naik turun semakin
cepat. Saya dengar nafasnya
semakin cepat, dan gerakan
tangannya menyebabkan saya
bergerak semakin cepat juga.
Kemudian menggeram pelan,
saya tahu bahwa dia akan
klimaks, saya berusaha
mengeluarkan alatnya dari mulut
saya, tetapi tangannya menekan
dengan keras. Saya panik. Tidak
lama mulut saya merasakan
adanya cairan hangat, karena
takut muntah, saya telan saja
dengan cepat semuanya, jadi
tidak terasa apa-apa.
Saat dia sudah tenang, dia
kemudian melepaskan
tangannya dari kepala saya. Saya
sebenarnya kesal karena saya
merasa dipaksa. Tetapi saya
diam saja. Saya takut kalau dia
marah, semua usaha saya
menjadi sia-sia saja. Saya bangkit
dari tempat tidur untuk pergi
berkumur. Dia bilang bahwa
saya memang berbakat.
Berbakat neneknya, kalau dia
main paksa lagi saya harus hajar
dia.
Sesudah nafasnya menjadi
tenang, dia melakukan apa yang
sudah sangat saya tunggu-
tunggu. Dia melakukan oral seks
kepada saya hampir 45 menit
lebih. Aduh nikmat sekali. Saya
orgasme berulang-ulang.
Kemudian kami mengakhirinya
dengan bercinta secara ganas.
Sejak saat itu, oral seks
merupakan hal yang harus saya
lakukan kepadanya terlebih
dahulu sebelum dia melakukan
apa-apa terhadap saya. Saya
mulai khawatir apakah menelan
sperma tidak memberi efek
samping apa-apa kepada saya.
Dia bilang tidak, malah
menyehatkan. Karena sperma
pada dasarnya protein. Saya
percaya bahwa tidak ada efek
samping, tetapi saya tidak
percaya bagian yang
‘menyehatkan’. Hanya saya jadi
tidak ambil pusing lagi.
Tidak lama berselang, sekali
waktu dia pulang kerumah
dengan membawa kado. Katanya
untuk saya. Saya tanya apa
isinya. Baju katanya. Saya
gembira bercampur heran
bahwa perhatiannya menjadi
begitu besar kepada saya. Saat
saya buka, saya terkejut melihat
bahwa ini seperti pakaian dalam
yang sering digunakan oleh
wanita bila dipotret di majalah
Penthouse. Saya tidak tahu apa
namanya, tapi saya tidak bisa
membayangkan untuk
memakainya.
Dia tertawa melihat saya
kebingungan. Saya tanyakan
langsung kepadanya sebenarnya
apa sih maunya. Dia bilang
bahwa saya akan terlihat sangat
cantik dengan itu. Saya bilang
“No way”. Saya tidak mau dilihat
siapapun menggunakan itu. Dia
bilang bahwa itu sekarang
menjadi ’seragam’ saya setiap
saya akan bercinta dengannya.
Karena saya pikir toh hanya dia
yang melihat, saya mengalah.
Memang benar, saat saya
memakainya, saya terlihat
sangat seksi. Saya bahkan juga
merasa sangat seksi. Saya
menggunakannya di dalam,
dimana ada stockingnya,
sehingga saya menggunakan
pakaian jeans di luar selama saya
melakukan aktivitas dirumah
seperti biasa. Efeknya sungguh
di luar dugaan saya. Saya
menjadi, apa itu istilahnya, horny
sekali.
Saya sudah tidak tahan
menunggu waktunya tiba.
Dirinya juga demikian
tampaknya. Malam itu saat saya
melucuti pakaian saya satu
persatu, dia memandangi
seluruh tubuh saya dengan sorot
mata yang belum pernah saya
lihat sebelumnya. Kami bercinta
bagaikan tidak ada lagi hari esok.
Sejak saat itu, saya lebih sering
lagi dibelikan pakaian dalam
yang seksi olehnya. Saya tidak
tahu dia mendapatkan uang
darimana, yang saya tahu semua
pakaian ini bukanlah barang
yang murah. Lama-kelamaan
saya mulai khawatir untuk
menyimpan pakaian ini dilemari
kami berdua (saya dan Niko)
sebab jumlahnya sudah
termasuk banyak. Karenanya,
pakaian ini saya taruh di dalam
lemari Roy.
Dia tidak keberatan selama saya
bukan membuangnya. Katanya,
dengan pakaian itu kecantikan
saya bagai bidadari turun dari
langit. Pakaian itu ada yang
berwarna hitam, putih maupun
merah muda. Tetapi yang paling
digemari olehnya adalah yang
berwarna hitam. Katanya sangat
kontras warnanya dengan
warna kulit saya sehingga lebih
membangkitkan selera.
Saya mulai menikmati hal-hal
yang diajarkan oleh Roy kepada
saya. Saya merasakan semua
bagaikan pelajaran seks yang
sangat berharga. Ingin saya
menunjukkan apa yang telah
saya ketahui kepada suami saya.
Sebab pada dasarnya, dialah pria
yang saya cintai. Tetapi saya
takut bila dia beranggapan lain
dan kemudian mencium
perbuatan saya dan Roy.
Saya tidak ingin rumah tangga
kami hancur. Tetapi sebaliknya,
saya sudah tidak dapat lagi
meninggalkan tingkat
pengetahuan seks yang sudah
saya capai sekarang ini.
Suatu ketika, Roy pulang dengan
membawa teman prianya.
Temannya ini tidak seganteng
dirinya, tetapi sangat macho.
Pada mukanya masih tersisa
bulu-bulu bekas cukuran
sehingga wajahnya sedikit
terlihat keras dan urakan. Roy
memperkenalkan temannya
kepada saya yang ternyata
bernama Bari.
Kami ngobrol panjang lebar. Bari
sangat luas pengetahuannya.
Saya diajak bicara tentang politik
hingga musik. Menurut
penuturannya Bari memiliki
band yang sering main dipub. Ini
dilakukannya sebagai hobby
serta untuk menambah uang
saku. Saya mulai menganggap
Bari sebagai teman.
Bari semakin sering datang
kerumah. Anehnya, kedatangan
Bari selalu bertepatan dengan
saat dimana Niko sedang tidak
ada dirumah. Suatu ketika saya
menemukan mereka duduk
diruang tamu sambil meminum
minuman yang tampaknya
adalah minuman keras. Saya
menghampiri mereka hendak
menghardik agar menjaga
kelakuannya.
Ketika saya dekati ternyata
mereka hanya minum anggur.
Mereka lantas menawarkan saya
untuk mencicipinya. Sebenarnya
saya menolak. Tetapi mereka
memaksa karena anggur ini lain
dari yang lain. Akhirnya saya
coba walaupun sedikit. Benar,
saya hanya minum sedikit.
Tetapi tidak lama saya mulai
merasa mengantuk. Selain rasa
kantuk, saya merasa sangat
seksi.
Karena saya mulai tidak kuat
untuk membuka mata, Roy lantas
menyarankan agar saya pergi
tidur saja. Saya menurut. Roy lalu
menggendong saya ke kamar
tidur. Saya heran kenapa saya
tidak merasa malu digendong
oleh Roy dihadapan Bari. Padahal
Bari sudah tahu bahwa saya
sudah bersuami. Saya
tampaknya tidak dapat berpikir
dengan benar lagi.
Kata Roy, kamar saya terlalu
jauh, padahal saya berat, jadi dia
membawa saya ke kamarnya.
Saya menolak, tetapi dia tetap
membawa saya ke kamarnya.
Saya ingin melawan tetapi badan
rasanya lemas semua.
Sesampainya dikamar, Roy mulai
melucuti pakaian saya satu
persatu. Saya mencoba
menahan, karena saya tidak
mengerti apa tujuannya. Karena
saya tidak dalam kondisi sadar
sepenuhnya, perlawanan saya
tidak membawa hasil apa apa.
Kini saya berada diatas tempat
tidur dengan keadaan telanjang.
Roy mulai membuka pakaiannya.
Saya mulai merasa bergairah.
Begitu dirinya telanjang,
lidahnya mulai bermain-main
didaerah selangkangan saya.
Saya memang tidak dapat
bertahan lama bila dia
melakukan oral seks terhadap
saya. Saya keluar hanya dalam
beberapa saat. Tetapi lidahnya
tidak kunjung berhenti.
Tangannya mengusapi payudara
saya. Kemudian mulutnya
beranjak menikmati payudara
saya.
Kini kami melakukannya dalam
‘missionary position’. Begitulah
istilahnya kalau saya tidak salah
ingat pernah tertulis dimajalah-
majalah itu. Ah, nikmat sekali.
Saya hampir keluar kembali.
Tetapi ia malah menghentikan
permainan. Sebelum saya sempat
mengeluarkan sepatah katapun,
tubuh saya sudah dibalik
olehnya. Tubuh saya diangkat
sedemikian rupa sehingga kini
saya bertumpu pada keempat
kaki dan tangan dalam posisi
seakan hendak merangkak.
Sebenarnya saya ingin tiduran
saja, saya merasa tidak kuat
untuk menopang seluruh badan
saya. Tetapi setiap kali saya
hendak merebahkan diri, ia
selalu mengangkat tubuh saya.
Akhirnya walaupun dengan
susah payah, saya berusaha
mengikuti kemauannya untuk
tetap bangkit. Kemudian dia
memasukkan penisnya ke dalam
liang kewanitaan saya.
Tangannya memegang erat
pinggang saya, lalu kemudian
mulai menggoyangkan
pinggangnya. Mm, permainan
dimulai kembali rupanya.
Kembali kenikmatan membuai
diri saya. Tanpa saya sadari, kali
ini, setiap kali dia menekan
tubuhnya kedepan, saya
mendorong tubuh saya
kebelakang. Penisnya terasa
menghunjam-hunjam kedalam
tubuh saya tanpa ampun yang
mana semakin menyebabkan
saya lupa diri.
Saya keluar untuk pertama
kalinya, dan rasanya tidak
terkira. Tetapi saya tidak
memiliki maksud sedikitpun
untuk menghentikan permainan.
Saya masih ingin menggali
kenikmatan demi kenikmatan
yang dapat diberikan olehnya
kepada saya. Roy juga mengerti
akan hal itu. Dia mengatur irama
permainan agar bisa
berlangsung lama tampaknya.
Sesekali tubuhnya
dibungkukkannya kedepan
sehingga tangannya dapat
meraih payudara saya dari
belakang. Salah satu tangannya
melingkar pada perut saya,
sementara tangan yang lain
meremasi payudara saya. Saat
saya menoleh kebelakang,
bibirnya sudah siap menunggu.
Tanpa basa-basi bibir saya
dilumat oleh dirinya.
Saya hampir mencapai orgasme
saya yang kedua saat dia
menghentikan permainan. Saya
bilang ada apa, tetapi dia
langsung menuju ke kamar
mandi. Saya merasa sedikit
kecewa lalu merebahkan diri
saya ditempat tidur. Jari tangan
saya saya selipkan dibawah
tubuh saya dan melakukan
tugasnya dengan baik diantara
selangkangan saya. Saya tidak
ingin’mesin’ saya keburu dingin
karena kelamaan menunggu
Roy.
Tiba-tiba tubuh saya diangkat
kembali. Tangannya dengan
kasar menepis tangan saya.
Iapun dengan langsung
menghunjamkan penisnya
kedalam tubuh saya. Ah, kenapa
jadi kasar begini. Belum sempat
saya menoleh kebelakang, ia
sudah menarik rambut saya
sehingga tubuh saya terangkat
kebelakang sehingga kini saya
berdiri pada lutut saya diatas
tempat tidur.
Rambut saya dijambak
kebelakang sementara
pundaknya menahan punggung
saya sehingga kepala saya
menengadah keatas. Kepalanya
disorongkan kedepan untuk
mulai menikmati payudara saya.
Dari mulut saya keluar erangan
pelan memintanya untuk
melepaskan rambut saya.
Tampaknya saya tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun
saya memaksa. Malahan saya
mulai merasa sangat seksi
dengan posisi seperti ini.
Semua ini dilakukannya tanpa
berhenti menghunjamkan
dirinya kedalam tubuh saya.
Saya merasakan bahwa
penisnya lebih besar sekarang.
Apakah ia meminum semacam
obat saat dikamar mandi? Ah,
saya tidak peduli, sebab saya
merasakan kenikmatan yang
teramat sangat.
Yang membuat saya terkejut
ketika tiba-tiba dua buah tangan
memegangi tangan saya dari
depan. Apa apaan ini? Saya mulai
mencoba meronta dengan sisa
tenaga yang ada pada tubuh
saya. Kemudian tangan yang
menjambak saya melepaskan
pegangannya. Kini saya dapat
melihat bahwa Roy berdiri diatas
kedua lututnya diatas tempat
tidur dihadapan saya.
Jadi, yang saat ini menikmati
saya adalah… Saya menoleh
kebelakang. Bari! Bari tanpa
membuang kesempatan melumat
bibir saya. Saya membuang
muka, saya marah sekali, saya
merasa dibodohi. Saya melawan
dengan sungguh-sungguh kali
ini. Saya mencoba bangun dari
tempat tidur. Tetapi
Bari menahan saya. Tangannya
mencengkeram pinggang saya
dan menahan saya untuk berdiri.
Sementara itu Roy memegangi
kedua belah tangan saya. Saya
sudah ingin menangis saja.
Saya merasa diperalat. Ya, saya
hanya menjadi alat bagi mereka
untuk memuaskan nafsu saja.
Sekilas teringat dibenak saya
wajah suami dan anak saya.
Tetapi kini semua sudah
terlambat. Saya sudah semakin
terjerumus.
Roy bergerak mendekat hingga
tubuhnya menekan saya dari
depan sementara Bari menekan
saya dari belakang. Dia mulai
melumat bibir saya. Saya tidak
membalas ciumannya. Tetapi ini
tidak membuatnya berhenti
menikmati bibir saya. Lidahnya
memaksa masuk kedalam mulut
saya. Tangan saya
dilingkarkannya pada
pinggangnya, sementara Bari
memeluk kami bertiga.
Saya mulai merasakan sesak
napas terhimpit tubuh mereka.
Tampaknya ini yang diinginkan
mereka, saya bagaikan seekor
pelanduk di antara dua gajah.
Perlahan-lahan kenikmatan yang
tidak terlukiskan menjalar
disekujur tubuh saya. Perasaan
tidak berdaya saat bermain seks
ternyata mengakibatkan saya
melambung di luar batas
imajinasi saya sebelumnya. Saya
keluar dengan deras dan tanpa
henti. Orgasme saya datang
dengan beruntun.
Tetapi Roy tidak puas dengan
posisi ini. Tidak lama saya
kembali pada ‘dog style position’.
Roy menyorongkan penisnya
kebibir saya. Saya tidak mau
membuka mulut. Tetapi Bari
menarik rambut saya dari
belakang dengan keras. Mulut
saya terbuka mengaduh. Roy
memanfaatkan kesempatan ini
untuk memaksa saya mengulum
penisnya.
Kemudian mereka mulai
menyerang tubuh saya dari dua
arah. Dorongan dari arah yang
satu akan menyebabkan penis
pada tubuh mereka yang berada
diarah lainnya semakin
menghunjam. Saya hampir
tersedak. Roy yang tampaknya
mengerti kesulitan saya
mengalah dan hanya diam saja.
Bari yang mengatur segala
gerakan.
Tidak lama kemudian mereka
keluar. Sesudah itu mereka
berganti tempat. Permainan
dilanjutkan. Saya sendiri sudah
tidak dapat menghitung berapa
banyak mengalami orgasme.
Ketika mereka berhenti, saya
merasa sangat lelah. Walupun
dengan terhuyung-huyung, saya
bangkit dari tempat tidur,
mengenakan pakaian saya
seadanya dan pergi ke kamar
saya.
Di kamar saya masuk ke dalam
kamar mandi saya. Di sana saya
mandi air panas sambil
mengangis. Saya tidak tahu saya
sudah terjerumus kedalam apa
kini. Yang membuat saya benci
kepada diri saya, walaupun saya
merasa sedih, kesal, marah
bercampur menjadi satu, namun
setiap saya teringat kejadian itu,
saya merasa basah pada
selangkangan saya.
Malam itu, saat saya menyiapkan
makan malam, Roy tidak
berbicara sepatah katapun. Bari
sudah pulang. Saya juga tidak
mau membicarakannya. Kami
makan sambil berdiam diri.
Sejak saat itu, Bari tidak pernah
datang lagi. Saya sebenarnya
malas bicara kepada Roy. Saya
ingin menunjukkan kepadanya
bahwa saya tidak suka dengan
caranya menjebak saya. Tetapi
bila ada suami saya saya
memaksakan diri bertindak
biasa. Saya takut suami saya
curiga dan bertanya ada apa
antara saya dan Roy.
Hingga pada suatu kesempatan,
Roy berbicara bahwa dia minta
maaf dan sangat menyesali
perbuatannya. Dikatakannya
bahwa ‘threesome’ adalah salah
satu imajinasinya selama ini.
Saya mengatakan kenapa dia
tidak melakukannya dengan
pelacur. Kenapa harus menjebak
saya. Dia bilang bahwa dia ingin
melakukannya dengan ’someone
special’.
Saya tidak tahu harus ngomong
apa. Hampir dua bulan saya
melakukan mogok seks. Saya
tidak peduli kepadanya. Saya
membalas perbuatannya seperti
saat saya pertama kali dipaksa
untuk melakukan oral seks
kepadanya.
Selama dua bulan, ada saja yang
diperbuatnya untuk
menyenangkan saya. Hingga
suatu waktu dia membawa
makanan untuk makan malam.
Saya tidak tahu apa yang ada
dipikirannya. Hanya pada saat
saya keluar, diatas meja sudah
ada lilin. Saat saya duduk, dia
mematikan sebahagian lampu
sehingga ruangan menjadi
setengah gelap.
Itu adalah ‘candle light dinner’
saya yang pertama seumur
hidup. Suami saya tidak pernah
cukup romantis untuk
melakukan ini dengan saya.
Malam itu dia kembali minta
maaf dan benar-benar mengajak
saya berbicara dengan sungguh-
sungguh. Saya tidak tahu harus
bagaimana.
Saya merasa saya tidak akan
pernah memaafkannya atas
penipuannya kepada saya.
Hanya saja malam itu begitu
indah sehingga saya pasrah
ketika dia mengangkat saya ke
kamar tidurnya.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?