Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Monday, November 29, 2010

liburan ke villa berdua dengan tante

Pertama-tama perkenalkan saya
Andy (bukan nama sebenarnya).
Saat ini saya menginjak 17tahun,
dan kisah ini terjadi kira-kira 2
bulan yang lalu, saat aku liburan
akhir semester. Waktu itu aku
sedang libur sekolah. Aku
berencana pergi ke villa tanteku
di kota M. Tanteku ini namanya
Sofi, orangnya cantik, tubuhnya-
pun sangat padat berisi, dan
sangat terawat walaupun usia
nya memasuki 38 tahun. Aku
ingat betul, pagi itu, hari sabtu,
aku berangkat dari kota S
menuju kota M.
Sesampainya di sana, aku pun
disambut dengan ramah. Setelah
saling tanya-menanya kabar, aku
pun diantarkan ke kamar oleh
pembantu tanteku, sebut saja Bi
Sum, orangnya mirip penyanyi
keroncong Sundari Soekotjo,
tubuhnya yang indah tak kalah
dengan tanteku, Bi Sum ini
orangnya sangat polos, dan
usianya hampir sama dengan
tante Sofi, yang membuatku tak
berkedip saat mengikutinya dari
belakang adalah bongkahan
pantat nya yang nampak sangat
seksi bergerak Kiri-kanan, kiri-
kanan, kiri-kanan saat ia berjalan,
seeakan menantangku untuk
meremas nya.
Setelah sampai dikamar aku
tertegun sejenak, mengamati apa
yang kulihat, kamar yang luas
dengan interior yang ber-kelas
di dalamnya. sedang asyik-asyik
nya melamun aku dikagetkan
oleh suara Bi sum.
"Den, ini kamarnya."
"Eh iya Bi." jawabku setengah
tergagap.
Aku segera menghempaskan
ranselku begitu saja di tempat
tidur.
"Den, nanti kalau ada perlu apa-
apa panggil Bibi aja ya?"
ucapnya sambil berlalu.
"Eh, tunggu Bi, Bibi bisa mijit
kan? badanku pegel nih." Kataku
setengah memelas.
"Kalau sekedar mijit sih bisa den,
tapi Bibi ambil balsem dulu ya
den?"
"Cepetan ya Bi, jangan lama-lama
lo?"
"Wah kesempatan nih, aku bisa
merasakan tangan lembut Bi Sum
memijit badanku." ucapku dalam
hati.
Tak lama kemudian Bi Sum
datang dengan balsem di tangan.
"Den, coba Aden tiduran gih."
suruh Bi Sum.
"Eh, iya Bi." lalu aku telungkup di
kasur yang empuk itu, sambil
mencopot bajuku. Bi Sum pun
mulai memijit punggungku,
sangat terasa olehku tangan
lembut Bi Sum memijit-mijit.
"Eh, Bi, tangan Bibi kok lembut
sih?" tanyaku memecah
keheningan.
Bi Sum diam saja sambil
meneruskan pijatannya, aku
hanya bisa diam, sambil
menikmati pijitan tangan Bi Sum,
otak kotorku mulai berangan-
angan yang tidak-tidak.
"Seandainya, tangan lembut ini
mengocok-ngocok penisku, pasti
enak sekali." kataku dalam hati,
diikuti oleh mulai bangunnya
"Adik" kecilku.
Aku mencoba memecah
keheningan di dalam kamar
yang luas itu.
"Bi, dari tadi aku nggak melihat
om susilo dan Dik rico sih."
"Lho, apa aden belum dibilangin
nyonya, Pak Susilo kan sekarang
pindah ke kota B, sedang den
Rico ikut neneknya di kota L."
tuturnya.
"Oo.., jadi tante sendirian dong
Bi?" tanyaku
"Iya den, kadang Bibi juga
kasihan melihat nyonya, nggak
ada yang nemenin." kata Bi Sum,
sambil pijatannya diturunkan ke
paha kiriku. Lalu spontan aku
menggelinjang keenakan.
"Ada apa den?" tanyanya polos.
"Anu Bi, itu yang pegel." jawabku
sekenanya.
"Mm.. Bibi udah punya suami?"
kataku lagi.
"Anu den, suami Bibi sudah
meninggal 6bulan yang lalu."
jawabnya. Seolah berlagak
prihatin aku berkata.
"Maaf Bi, aku tidak tahu, trus
anak Bibi bagaimana?"
"Bibi titipkan pada adik Bibi"
katanya, sambil pijitannya
beralih ke paha kananku.
"Mm.. Bibi nggak pingin menikah
lagi?" tanyaku lagi.
"Buat apa den, orang Bibi udah
tua kok, lagian mana ada yang
mau den?" ucapnya.
"Lho, itu kan kata Bibi,
menurutku Bibi masih keliatan
cantik kok." pujiku, sambil
mengamati wajahnya yang
bersemu merah.
"Ah.., den andy ini bisa saja"
katanya, sambil tersipu malu.
"Eh bener loh Bi, Bibi masih
cantik, udah gitu seksi lagi, pasti
Bibi rajin merawat tubuh."
Godaku lagi.
"Udah ah, den ini bikin Bibi malu
aja, dari tadi dipuji terus."
Lalu aku bangkit, dan duduk
berhadapan dengan dia.
"Bi.., siapa sih yang nggak mau
sama Bibi, sudah cantik, seksi
lagi, tuh lihat tubuh Bibi
indahkan?, apalagi ini masih
indah loh.." kataku, sambil
memberanikan menunjuk kearah
gundukan yang sekal di dadanya
itu. Secara reflek dia langsung
menutupinya, dan menundukkan
wajahnya.
"Aden ini bisa saja, orang ini
sudah kendur kok dibilang
bagus." katanya polos.
Seperti mendapat angin aku
mulai memancingnya lagi.
"Bibi ini aneh, orang payudara
Bibi masih inah kok bilangnya
kendur, tuh lihat aja sendiri"
kataku, sambil menyingkapkan
kedua tangannya yang
menutupi payudaranya.
"Jangan ah den, Bibi malu."
"Bi.. kalau nggak percaya, tuh
ada cermin, coba Bibi buka baju
Bibi, dan ngaca." Lalu aku mulai
membantu membuka baju
kebaya yang dikenakannya,
sepertinya ia pasrah saja. Setelah
baju kebaya nya lepas, dan ia
hanya memakai Bh yang
nampak sangat kecil, seakan
payudaranya hendak mencuat
keluar. Aku pun mulai
menuntunnya ke depan cermin
besar yang ada di ujung
ruangan.
"Jangan den, Bibi malu nanti
nyonya tahu bagaimana?"
tanyanya polos.
"Tenang aja Bi, tante Sofi nggak
bakal tahu kok" Aku yang ada
dibelakang nya mulai mencopot
tali BH nya, dan wow.. tampak
olehku didepan cermin,
sepasang bukit kembar yang
sangat sekal dan padat berisi,
melihat itu "Adik" kecilku
langsung mengacung keras
sekali.
Aku pun tak menyia-nyiakan
kesempatan emas ini. Aku
langsung meremas nya dari
belakang, sambil ciumanku
kudaratkan ke lehernya yang
jenjang tersebut. Bi Sum yang
telah setengah telanjang itu,
hanya bisa mendesah dan
matanya "Merem-melek".
"Oh.. den jangan den, uhh.. den,
Bibi diapain, den"
Aku tak menggubris
pertanyaannya malahan aku
meningkatkan seranganku. Kini
ia kubopong ke ranjang, sambil
menciumi putingnya yang
merah mencuat itu, ia pun
kelihatan mulai menikmati
permainanku, dan Bi Sum telah
kurebahkan diranjang, lalu aku
mulai lagi menciumi putingnya,
sambil menarik jarik yang
dipakainya.
"Uhh.. den shh.. Bibi enak den
uh.. shh.. teruus den"
Aku pun mulai membuka seluruh
pakaianku dan ciumanku terus
turun keperutnya, dan dengan
ganasnya ku pelorotkan CD yang
dipakainya, aku terdiam sesaat
seraya mengamati gundukan
yang ada dibawah perutnya itu.
"Den, punya aden besar sekali"
katanya sambil meremas
penisku, lalu kusodorkan penisku
kemulutnya.
"Bi, jilatin ya.. punya Andy." Bibir
mungil Bi Sum mulai menjilati
penisku. uuhh.., sungguh nikmat
sekali rasanya.
"Mmhh.. ohh.. Bi terus, kulum
penisku Bi.., tak lama kemudian
Bi Sum mulai menyedot-nyedot
penisku, dan rasanya ada yang
akan keluar di ujung penisku.
"Bi.. teruuss, Bi.. aku mmaauu
keeluuar, oohh" jeritku panjang
dan tiba-tiba, serr maniku
muncrat dalam mulut Bi Sum, Bi
Sum pun langsung menelannya.
Aku pun mulai pindah posisi, kini
aku mulai menjilati memek Bi
Sum, tampak didepan mataku,
memek Bi Sum yang bersih,
dengan seikit rambut. Rupanya
Bi Sum sudah tidak sabar, ia
menekan kepalaku agar mulai
menjilati memeknya dan
sluurpp.. memek Bi Sum kujilati
sampai kutenukan sesuatu yang
mencuat kecil, lalu kuhisap, dan
gigit kecil, gerakan tubuh Bi Sum
mulai tak karuan, tanganku pun
tidak tinggal diam, ku pilin-pilin
putingnya dengan tangan kiriku
sedangkan, tangan kananku ku
gunakan menusuk memeknya
sambil lidahku kumasukkan
sedalam-dalamnya.
"Ohh.. den.. teruuss den jilat
teruss.. memek Bibi den.. mmhh"
katanya sambil menggeliat
seperti cacing kepanasan.
"Ouhh den.. Bibi mau.. keluarr..
den ohh, ahh, den, Bibi
keeluuaarr, akhh." Bi Sum
menggelinjang hebat dan serr
cairan kewanitaannya kutelan
tanpa sisa. Tampak Bi Sum masih
menikmati sisa-sisa orgasme
nya. Lalu aku mencium bibirnya
lidahku kumasukkan kedalam
mulutnya, ia pun sangat agresif
lalu membalas ciumanku dengan
hot.
Aku pun mulai menciumi
telinganya, dan dadanya yang
besar menempel ketat di dadaku,
aku yang sudah sangat horny
langsung berkata, "Bi aku
masukkan sekarang ya..". ia
hanya bisa mengangguk pelan.
aku pun mengambil posisi,
kukangkangkan pahanya lebar-
lebar, kutusukkan penisku ke
memek nya yang sudah sangat
becek. Bless.. separuh penisku
amblas kedalam memeknya,
terasa olehku memeknya
menyedo-nyedot kepala penisku.
kusodokkan kembali penisku,
bless.. peniskupun amblas
kedalam memeknya, aku pun
mulai memaju-mundurkan
pantatku, memeknya terasa
sangat sempit.
"Den.. ouhh.. teruuss.. denn..
mmhh..sshh." desahan erotis itu
keluar dari mulut Bi Sum, aku
pun tambah horny dan
kupercepat sodokkanku di
memeknya.
"Oh.. Bii memek kamu sempit
banget, ohh enak Bii, goyang
teruuss Bii.. ouhh.."
"Den.. cepatt.. den.. goyang yang
cepat.. Bibi.. mauu.. keluar.. den.."
aku mulai mengocok penisku
dengan kecepatan penuh,
tampak Bi Sum menggelinjang
hebat.
"Den.. Bibi.. mau keluuaarr..
ouhh.. shhshshshh.."
"Tahan Bii.. aku.. juga mau
keluuarr.."
Lalu beberapa detik kemudian
terasa penisku di guyur cairan
yang sangat deras.. serr.. penisku
pun berdenyut hebat dan, serr..
terasa sangat nikmat sekali,
rasanya tulang-tulang ku copot
semua. aku pun rubuh diatas
wanita setengah baya yang
tengah menikmati orgasmenya.
"Bi.. terima kasih ya.. memek Bibi
enak" kataku sambil mencupang
buah dadanya.
"Den kapan-kapan Bibi dikasih
lagi yaa."
akhirnya kami tertidur dengan
penisku menancap di memek Bi
Sum, tanpa aku sadari permainan
ku tadi dilihat semua oleh
tanteku, sambil dia
mempermainkan memeknya
dengan jarinya. sekian
pengalaman saya dengan Bi
Sum, pembantu tante saya yang
sangat menggiurkan. lain kali
akan saya ceritakan pengalaman
saya dengan tante saya yang
mengintip permainan saya
dengan Bi Sum, yang tentunya
lebih menghebohkan, karena
tante saya ini orang yang
hipersex, jadi nafsunya sangat
besar, dan meledak-ledak.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?