Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, November 30, 2010

Meki Si Cantik Tante Yuli

Cerita berikut adalah cerita dari
salah satu teman korespondensi
saya, Yuli. Dia menceritakan
kisah nyata dia tentang
pengalaman dia berhubungan
dengan anak tetangganya
sendiri. Cerita tersebut akan saya
paparkan dengan tambahan
pernak-pernik sensual agar
menarik untuk dibaca.
*****
Yuli, 29 tahun, adalah seorang
ibu rumah tangga dengan 2
orang anak 3 dan 5 tahun.
Suaminya, Herman, 36 tahun,
adalah karyawan dari salah satu
perusahaan swasta besar di
Bandung. Perawakan Yuli
sebetulnya biasa saja seperti
kebanyakan. Yang membuatnya
menarik adalah bentuk tubuhnya
yang sangat terawat. Buah
dadanya tidak terlalu besar, tapi
enak untuk dipandang, sesuai
dengan pinggangnya yang
ramping dan pinggulnya yang
bulat.
Kehidupan rumah tangga
mereka sangat harmonis.
Dengan 2 anak yang sedang
lucu-lucunya, ditambah dengan
posisi Herman yang cukup tinggi
di perusahaannya, membuat
mereka menjadi keluarga yang
cukup di hormati di lingkungan
kompleks mereka tinggal. Yuli
pada dasarnya adalah istri yang
sangat setia kepada suaminya.
Tidak pernah ada niat berkhianat
terhadap Herman dalam hati Yuli
karena dia sangat mencintai
suaminya. Tapi ada satu
peristiwa yang menjadi awal
berubahnya cara berpikir Yuli
tentang cinta..
Suatu siang, Yuli sedang
mengasuh anaknya di depan
rumah. Dikarenakan kedua
anaknya waktu itu berlari jauh
dari rumah, maka Yuli langsung
mengejar mereka. Tapi tanpa
disengaja, kakinya menginjak
sesuatu sampai akhirnya Yuli
terjatuh. Lututnya memar, agak
mengeluarkan darah. Yuli
langsung berjongkok dan
meringis menahan sakit. Pada
waktu itu, Darmawan, anak
tetangga depan rumah Yuli
kebetulan lewat mau pulang ke
rumahnya. Ketika melihat Yuli
sedang jongkok sambil meringis
memegang lututnya, Darmawan
langsung lari ke arah Yuli.
"Kenapa tante?" tanya
Darmawan.
"Aduh, lutut saya luka karena
jatuh, Wan..." ujar Yuli sambil
meringis.
"Bantu saya berdiri, Wan..." kata
Yuli.
"Iya tante," kata Darmawan
sambil memegang tangan Yuli
dan dibimbingnya bediri.
"Wan, tolong bawa anak-anak
saya kemari.. Anterin ke rumah
saya, ya..." kata Yuli.
"Iya tante," kata Darmawan
sambil segera menghampiri
anak-anak Yuli.
Sementara Yuli segera pulang ke
rumahnya sambil tertatih-tatih.
Waktu Darmawan mengantarkan
anak-anak Yuli ke rumahnya, Yuli
sedang duduk di kursi depan
sambil memegangi lututnya.
"Ada obat merah tidak, tante?"
tanya Darmawan.
"Ada di dalam, Wan," kata Yuli.
"Kita ke dalam saja..." kata Yuli
lagi sambil bangkit dan tertatih-
tatih masuk ke dalam rumah.
Darmawan dan anak-anaknya
mengikuti dari belakang.
"Ma, Donny ngantuk," kata
anaknya kepada Yuli.
"Tunggu sebentar ya, Wan. Saya
mau antar mereka dulu ke
kamar. Sudah waktunya anak-
anak tidur siang," kata Yuli
sambil bangkit dan tertatih-tatih
mengantar anak-anaknya ke
kamar tidur.
Setelah mengantar mereka tidur,
Yuli kembali ke tengah rumah.
"Mana obat merahnya, tante?"
tanya Darmawan.
"Di atas sana, Wan..." kata Yuli
sambil menunjuk kotak obat.
Darmawan segera bangkit dan
menuju kotak obat untuk
mengambil obat merah dan
kapas. Tak lama Darmawan
segera kembali dan mulai
mengobati lutut Yuli.
"Maaf ya, tante.. Saya lancang,"
kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan. Tante
senang ada yang menolong,"
kata Yuli sambil tersenyum.
Darmawan mulai memegang
lutut Yuli dan mulai memberikan
obat merah pada lukanya.
"Aduh, perih..." kata Yuli sambil
agak menggerakkan lututnya.
Secara bersamaan rok Yuli agak
tersingkap sehingga sebagian
paha mulusnya nampak di depan
mata Darmawan. Darmawan
terkesiap melihatnya. Tapi
Darmawan pura-pura tak
melihatnya. Tapi tetap saja paha
mulus yuli menggoda mata
Darmawan untuk melirik walau
kadang-kadang. Hati Darmawan
agak berdebar.. Biasanya dia
hanya bisa melihat dari kejauhan
saja lekuk-lekuk tubuh Yuli. Atau
kadang-kadang hanya kebetulan
saja melihat Yuli memakai celana
pendek.
Darmawan biasanya hanya bisa
membayangkan saja tubuh Yuli
sambil onani. Tapi kini, di depan
mata sendiri, paha mulus Yuli
sangat jelas terlihat. Yuli
sepertinya sadar kalau mata
Darmawan sesekali melirik ke
arah pahanya. Segera Yuli
merapikan duduknya dan juga
menutup pahanya.
Darmawanpun sepertinya
terkesima dengan sikap Yuli
tersebut. Darmawan menjadi
malu sendiri..
"Sudah saya berikan obat merah,
tante..." kata Darmawan.
"Iya, terima kasih," kata Yuli
sambil tersenyum.
"Sekarang sudah mulai tidak
terasa sakit lagi," ujar Yuli lagi
sambil tetap tersenyum.
Darmawan, 16 tahun, adalah
anak tetangga depan rumah Yuli.
Masih duduk di bangku SMP kelas
3. Seperti kebanyakan anak laki-
laki tanggung lainnya,
Darmawan adalah sosok anak
laki-laki yang sudah mulai
mengalami masa puber.
"Kenapa kamu nunduk terus,
Wan?" tanya Yuli.
"Tidak apa-apa, tante..." ujar
Darmawan sambil sekilas
menatap mata Yuli lalu
menunduk lagi sambil tersenyum
malu.
"Ayo, ada apa?" tanya Yuli lagi
sambil tersenyum.
"Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi
sempat marah karena tadi saya
sempat melihat secara tidak
sengaja..." kata Darmawan sambil
tetap menunduk.
"Lihat apa?" tanya Yuli pura-pura
tidak mengerti.
"Lihat.. Mm.. Lihat ini tante," kata
Darmawan sambil tangannya
mengusap-ngusap pahanya
sendiri. Yuli tersenyum
mendengarnya.
"Tidak apa-apa kok, Wan," kata
Yuli.
"Kan hanya melihat.. Bukan
memegang," kata Yuli lagi sambil
tetap tersenyum.
"Lagian, saya tidak keberatan
kok kamu melihat paha tante
tadi," kata Yuli lagi sambil tetap
tersenyum.
"Kamu kan tadi sedang
menolong saya memberikan
obat," kata Yuli.
"Benar tante tidak marah?" tanya
Darmawan sambil menatap Yuli.
Yuli menggelengkan kepalanya
sambil tetap tersenyum.
Darmawanpun jadi ikut
tersenyum.
"Tante sangat cantik kalau
tersenyum," kata Darmawan
mulai berani.
"Ihh, kamu tuh masih kecil sudah
pintar merayu..." kata Yuli.
"Saya berkata jujur loh, tante,"
kata Darmawan lagi.
"Kamu sudah makan, Wan?"
tanya Yuli.
"Belum tante. Saya pulang dari
rumah teman tadi belum makan,"
kata Darmawan.
"Makan disini saja, ya.. Temani
saya makan siang," ajak Yuli.
"Baik tante, terima kasih," kata
Darmawan.
Mereka menikmati makan siang
di meja makan bulat kecil. Ketika
sedang menikmati makan, tanpa
sengaja kaki Darmawan
menyentuk kaki Yuli. Darmawan
kaget, lalu segera menarik
kakinya.
"Maaf tante, saya tidak sengaja,"
kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan..." kata
Yuli sambil matanya nenatap
Darmawan dengan pandangan
yang berbeda.
Ketika kaki Darmawan
menyentuh kakinya, seperti
terasa ada sesuatu yang berdesir
dari kaki yang tersentuh sampai
ke hati. Yuli merasakan sesuatu
yang lain akan kejadian tak
sengaja itu.. Tiba-tiba Yuli
merasakan ada sesuatu
keinginan tertentu muncul yang
membuat perasaannya tidak
menentu. Sentuhan kaki
Darmawan terasa begitu hangat
dan membangkitkan suatu
perasaan aneh..
"Kamu sudah punya pacar,
Wan?" tanya Yuli sambil menatap
Darmawan.
"Belum tante," kata Darmawan
sambil tersenyum.
"Lagian saya tidak tahu caranya
mendapatkan perempuan," ujar
Darmawan lagi sambil tetap
tersenyum. Yulipun ikut
tersenyum.
"Pernah tidak kamu punya
keinginan tertentu terhadap
perempuan?" tanya Yuli lagi.
"Keinginan apa tante?" tanya
Darmawan. Yuli tersenyum.
"Kita habiskan dulu makannya.
Nanti kita bicara..." kata Yuli.
Selesai makan, mereka duduk-
duduk di ruang tengah.
"Kamu ada sesuatu yang harus
diselesaikan di rumah tidak saat
ini?" tanya Yuli.
"Tidak ada, tante," kata
Darmawan.
"Tadi tante mau tanya apa?" kata
Darmawan penasaran.
"Begini, apakah kamu suka
kepada wanita tertentu? Maksud
saya suka kepada tubuh
wanita?" tanya Yuli.
"Kita bicara jujur saja, ya.. Saya
tidak akan bicara pada siapa-
siapa kok," kata Yuli lagi.
"Kamu juga mau kan jaga rahasia
pembicaraan kita?" kata Yuli lagi.
"Iya, tante," kata Darmawan.
"Kalau begitu jawablah
pertanyaan tante tadi..." kata Yuli
sambil tersenyum.
"Ya, saya suka melihat
perempuan yang tubuhnya
bagus. Saya juga suka tante
karena tante cantik dan
tubuhnya bagus," kata
Darmawan tanpa ragu.
"Maksudnya tubuh bagus apa,"
tanya Yuli lagi. Darmawan agak
ragu untuk menjawab.
"Ayolah..." kata Yuli sambil
memegang tangan Darmawan.
Tangan Darmawan bergetar.. Yuli
tersenyum.
"Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat
majalah Playboy, juga.. Juga..
Juga saya pernah lihat VCD
porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat
banyak perempuan tubuhnya
bagus..." kata Darmawan dengan
nafas tersendat.
"Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa
saja," kata Yuli pura-pura tidak
tahu, sambil terus
menggenggam tangan
Darmawan yang terus gemetar.
"Mm.. Lihat orang sedang
begituan..." kata Darmawan.
"Begituan apa?" tanya Yuli lagi.
"Ya, lihat orang sedang
bersetubuh..." kata Darmawan.
Yuli kembali tersenyum, tapi
dengan nafas yang agak
memburu menahan sesuatu di
dadanya.
"Kamu suka tidak film begitu?"
tanya Yuli.
"Iya suka, tante?" kata
Darmawan sambil menunduk.
"Mau coba seperti di film, tidak?"
kata Yuli.
Darmawan diam sambil tetap
menunduk. Tangannya makin
gemetar. Yuli mendekatkan
tubuhnya ke tubuh Darmawan.
Wajahnya di dekatkan ke wajah
Darmawan.
"Mau tidak?" tanya Yuli setengah
berbisik.
Darmawan tetap diam dan
gemetar. Wajahnya agak
tertunduk. Yuli membelai pipi
anak tanggung tersebut. Lalu
diciumnya pipi Darmawan.
Darmawan tetap diam dan makin
gemetar. Yuli terus menciumi
wajah Darmawan, lalu akhirnya
dilumatnya bibir Darmawan..
Lama-lama Darmawanpun mulai
terangsang nafsunya. Dengan
pasti dibalasnya ciuman Yuli.
"Masukkan tangan kamu ke
sini..." kata Yuli dengan nafas
memburu sambil memegang
tangan Darmawan dan
mengarahkannya ke dalam baju
Yuli.
"Masukkan tangan kamu ke
dalam BH saya, Wan.. Pegang
buah dada saya," kata Yuli sambil
tangannya meremas kontol
Darmawan dari luar celana.
Sementara tangan Darmawan
sudah masuk ke dalam BH Yuli
dan mulai meremas-remas buah
dada Yuli.
"Mmhh.. Terus sayang..." kata
Yuli.
"Tangan saya pegal, tante..." kata
Darmawan polos.
"Uhh.. Kita pindah ke kamar,
yuk..." ajak Yuli sambil menarik
tangan Darmawan. Sesampainya
di dalam kamar..
"Buka pakaian kamu, Wan..." ujar
Yulipun melepas seluruh
pakaiannya sendiri.
"Iya, tante..." kata Darmawan.
Yuli setelah melepas seluruh
pakaiannya, segera naik dan
telentang di tempat tidur.
Darmawan terkesima melihat
tubuh telanjang Yuli. Seumur-
umur Darmawan, baru kali ini dia
melihat tubuh telanjang wanita
di depan mata. Apalagi wanita
tersebut adalah wanita yang
sering di bayangkannya bila
onani. Kontol Darmawan
langsung tegang dan tegak..
"Naik sini, Wan..." kata Yuli.
"Iya, tante..." kata Darmawan.
"Sini naik ke atas tubuh saya..."
kata Yuli sambil
mengangkangkan pahanya.
Darmawan segera menaiki tubuh
telanjang Yuli. Yuli langsung
melumat bibir Darmawan dan
Darmawanpun langsung
membalasnyanya dengan hebat.
Sementara satu tangan
Darmawan meremas buah dada
Yuli yang tidak terlalu besar.
Sementara kontol Darmawan
sesekali mengenai belahan
memek Yuli.
"Ohh.. Mmhh.. Terus remas..
Terus..." desah Yuli sambil
memegang tangan Darmawan
yang sedang meremas buah
dadanya, dan tangan mereka
bersamaan meremas buah
dadanya.
"Ohh.. Sshh..." kata Yuli.
Darmawanpun dengan bernafsu
terus meremas dan menciumi
serta menjilati buah dada Yuli.
"Wan, jilati memek ya, sayang..."
pinta Yuli.
"Tapi saya tidak tahu caranya,
tante," kata Darmawan polos.
"Sekarang dekatkan saja wajah
kamu ke memek, lalu kamu jilati
belahannya..." kata Yuli setengah
memaksa dengan menekan
kepala Darmawan ke arah
memeknya.
Darmawan langsung menuruti
permintaan Yuli. Dijilatinya
belahan memek Yuli sampai
tubuh Yuli mengejang menahan
nikmat.
"Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat,
sayang..." desah Yuli sambil
meremas kepala Darmawan.
"Wan, kamu jilati bagian atas
sini..." kata Yuli sambil jarinya
mengelus kelentitnya.
Lalu lidah Darmawan menjilati
habis kelentit Yuli.. Yuli kembali
menggelepar merasakan nikmat
yang teramat sangat.
"Teruss.. Sshh.. Ohh..." desah Yuli
sambil badannya semakin
mengejang.
Pahanya rapat menjepit kepala
Darmawan. Sementara
tangannya semakin menekan
kepala Darmawan ke memeknya.
Tak lama..
"Ohh..." desah Yuli panjang. Yuli
orgasme.
"Sudah, Wan.. Naik sini," kata Yuli.
Darmawan lalu menaiki tubuh
Yuli. Yuli lalu mengelap mulut
Darmawan yang basah oleh
cairan memeknya. Yuli
tersenyum, lalu mengecup bibir
Darmawan.
"Mau tidak kontol kamu saya
hisap," kata Yuli.
"Mau tante," kata Darmawan
bersemangat.
"Bangkitlah.. Sinikan kontol
kamu," kata Yuli sambil
tangannya meraih kontol
Darmawan yang tegang dan
tegak.
Darmawan lalu mengangkangi
wajah Yuli. Yuli segera
mengulum kontol Darmawan.
Tidak hanya itu, kontol
Darmawan lalu dijilat, dihisap,
lalu dikocoknya silih berganti.
Darmawan tubuhnya mengejang
menahan rasa nikmat yang
teramat sangat. Tangannya
berpegangan pada pinggiran
ranjang.
"Ohh.. Tantee.. Enaakk..." jerit kecil
Darmawan sambil memompa
kontolnya di mulut Yuli.
"Masukkin ke memek, sayang..."
kata Yuli setelah dia beberapa
lama menghisap kontol
Darmawan.
Darmawan lalu mengangkangi
Yuli. Sementara tangan Yuli
memegang dan membimbing
kontol Darmawan ke lubang
memeknya.
"Ayo tekan sedikit, sayang..."
kata Yuli.
Darmawan berusaha menekan
kontolnya ke lubang memek Yuli
sampai akhirnya.. Bless.. Bless..
Bless.. Kontol Darmawan berhasil
masuk dan mulai memompa
memek Yuli. Darmawan
merasakan suatu kenikmatan
yang tiada tara pada batang
kontolnya.
"Bagaimana rasanya, Wan?"
tanya Yuli sambil tersenyum dan
menggoyang pantatnya.
"Ohh.. Sangat enakk, tanttee..."
kata Darmawan tersendat sambil
memompa kontolnya keluar
masuk memek Yuli.
Yuli tersenyum.. Setelah
beberapa lama memompa
kontolnya, tiba-tiba tubuh
Darmawan mengejang.
Gerakannya makin cepat. Yuli
karena sudah mengerti langsung
meremas pantat Darmawan dan
menekankannya ke memeknya.
Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott..
Croott..
"Ohh.. Hohh..." desah Darmawan.
Tubuhnya lemas dan lunglai di
atas tubuh Yuli.
"Udah keluar? Bagaimana
rasanya?" tanya tante Yuli sambil
memeluk Darmawan.
"Sangat enak, tante..." kata
Darmawan.
*****
Itulah pengalaman nyata dari
Yuli yang saya paparkan sesuai
dengan aslinya ditambah sedikit
reka-reka sensual dari saya.
Menurut Yuli, kejadian ini baru
berjalan mulai 2 bulan yang lalu.
Sampai saat ini mereka masih
sering melakukan persetubuhan
di rumah Yuli setiap ada
kesempatan. Menurutnya lagi,
dalam satu hari/sepanjang siang,
mereka biasanya bisa melakukan
2 kali persetubuhan, mungkin
karena Darmawan masih muda.
Perlu dijelaskan bahwa menurut
Yuli, cintanya pada Herman tidak
pernah berubah. Kejadian itu
bermula tanpa ada niat dan
keinginan. Terjadi begitu saja.
Hanya saja menurut Yuli,
ternyata cinta tidak selamanya
membuat terikat pada sesuatu
atau seseorang. Demikian.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?