
yang SENeng Istri ORang lo). Tidak susah mempelajari semua teknis pekerjaannya, sehingga setelah lewat masa percobaan, aku dah bisa dilepas. Masih juga sih kalo ada customer yang menanyakan masalahnya yang aku tidak mengerti, aku minta bantuan dari temen2 yang lain. Mereka dengan segala senang hati membantu dan mengajari aku sehingga aku bisa mandiri dalam bekerja. Suatu saat, ada customer yang datang ke kantor, aku menyambutnya dengan sapaan standar; “Selamat siang pak, saya Rara, ada yang bisa saya bantu”. “Gini Ra”, langsung aja si customer bertanya tanpa temperkenalkan diri. “Aku baru aja dikasih hp yang 3G. Aku gaptek neh orangnya. Katanya 3G nya kudu diaktipin, bisa kau bantu aku”. “O, itu mah gampang pak …, boleh tau namanya pak." "Pinondang, panggil aja Pino” "Boleh saya liat hp nya pak pino?”Dia menyerahkan hpnya ke aku. Aku kutak kutik lah hpnya untuk mengaktifkan fitur yang dia minta, gak lama, tapi aku sengaja perlambat. Suka aku melihat pak Pino ini. So pasti dah gak abg lah seperti tipe lelaki kesukaanku, late thirties atau paling banter early forties, ganteng, tubuh atletis, gak krempeng. Sambil kutak katik hpnya, beberapa kali aku menatap wajah gantengnya sambil tersenyum. “Manis juga kau kalau senyum”, dia memujiku. "Ah, bapak bisa aja”. Akhirnya selesailah pekerjaannku. “Pak, kita tes ya apakah fitur yang bapak minta itu jalan atau enggak”. Kupake hpnya untuk kontak ke hp ku, kuberikan hpnya ke dia dan mengajarkan apa yang dia harus lakukan. Ketika nyambung, tampaklah wajahku di hpnya dan wajahnya di hpku. “Nyambung kan pak, ya udah matikan aja”. Dia memutus koneksinya. “Gampang ya kutak katiknya, tapi daripada repot kan mending aku kemari, ketemu prempuan cantik macam kau lagi. Aku mesti bayar biayanya?" "Gak usah pak, free buat bapak yang ganteng”, jawabku menimpali pujiannya. “Makasih ya”. dan diapun pergi meninggalkan kantor. Sampe disitulah perjumpaanku dengan pak Pino. Ternyata pak Pino tidak menyia2kan no hp ku yang ada di hpnya ketika aku mencoba mengecek hasil kerjaku. Satu sore, hp ku berdering. Aku gak kenal nomornya, rupanya dari pak Pino. “Hai, ini Rara kan? Masih ingat aku?”. “Ya pak, saya Rara, bapak siapa?” “Wah pendek kali ingatan kau, baru seminggu yang lalu aku mampir di kantor kau. Aku Pino, yang minta tolong diaktipkan hp baruku itu”. “O pak Pino, pakabar pak, tumben neh kontak Rara, hpnya ngadat lagi?” “enggak, mau say hello aja ma perempuan cantik yang pernah bantu aku" "Wah tersanjung neh Rara dipuji lelaki ganteng macam bapak”"Janganlah kaupanggil aku bapak, aku ni belon tua2 amat”"Habis mesti Rara panggil apa dong”. “Panggilah aku bang Pino aja ya cantik”. “Siap bos, eh
bang Pino”. “Kau ada acara lepas
kantor?”. “Napa bang, gak ada
tuh, mo ajak Rara jalan ya”,
langsung aja aku srobot. “Wah
cerdas kali kau, aku belum bicara
kau dah tau maksudku. Gimana,
bersedia?” “Buat lelaki
seganteng abang, apa sih yang
enggak?” “Ok deh, kau bubar
jam brapa, nanti aku jemput
kau”. “wah Rara mesti lembur
nih bang sampe jam 7″. “No
problemo, nanti jam 7 ku jemput
kau, ditempat yang sama seperti
yang aku datangai kan”. “Iya
bang’. “Jam 7 ya”. Klik,
sambungan terputus.
Jam 7 kurang 5, bang Pino dah
nunggu aku didepan kantorku.
“Wah cantik kali kau Ra, mana
seksi lagi”. Memang aku
mengenakan pakean
kesukaanku, yang serba ketat
sehingga bang Pino bisa
menikmati kemontokan tubuhku
dengan matanya. Aku
dipandangi dari ujung rambut ke
ujung kaki. “Wah seksi kali kau
Ra, gak tahan aku”. “apanya
yang gak tahan bang”. Dia tidak
menjawab. “Mo kemana kita
bang”. “Jalan aja, ke mal yang
deket sini ya”. “Siapa takut”. Aku
naik ke mobilnya dan
meluncurlah mobil kearah mal
yang letaknya tidak jauh dari
kantorku. Gak sampe 15 menit
kami dah di basement mal. Aku
digandengnya menuju lift,
agresif sekali ni lelaki, pikirku,
tapi aku ya diam saja. “Kita cari
makan dulu ya Ra, dah laper kan.
kau suka makanan apa?” “Apa
aja juga Rara suka bang”. “Wah
jangan2 anti aku kaumakan juga
ya Ra”. “Bagian2 tertentu aja
bang yang dimakan”, jawabku
menjurus. “Maksud kau?” Aku
tidak menjawab, hanya
memberikan senyumku yang
paling manis. “Bisa aja kau, nanti
kau yang aku makan”. “Mau
dong”, jawabku nantang. Aku
diajaknya makan di foodcourt,
kita milih makanan yang kita
sukai dan kita habiskan makanan
yang dah dibeli dalam sasana
canda tawa. Bang Pino pinter
banget menghidupkan suasana,
aku dibuatnya terpingkal2
karena jokenya yang rada2
vulgar. Selesai makan, “Kita mo
kemana lagi bang?” “Kau ada
yang mo dibeli, kita cari aja kalo
ada”. “Ada sih bang, Rara mo beli
jeans”. “Yuk kita ke dept store”.
“Dibayarin ya bang”, kataku
merengek. “Beres, apa sih yang
enggak buat prempuan cantik
dan seksi macam kau”. Aku
segera menuju ke konter jeans di
dept store itu. Aku dibelikan
beberapa potong pakean, jeans
dan kaos2 seksi. Ketika melalui
konter pakean renang, “Ra, ada
bikini tuh, beli Ra, aku pengen
ngeliat kau pake bikini, pilih
yang palig minim Ra”. Aku tau
dah dia mo ngapain
sepulangnya dari mal. “Daleman
Rara juga model bikini kok bang,
malah tipis lagi dalemannya, gak
cuma minim”, bisikku. “O gitu,
jadi mo beli gak”. “Gak usah lah
bang, mending juga cari daleman
model bikini yang Rara belon
punya ya bang”. Dia mengiyakan
aja. Aku meilih beberapa potong
daleman yang modelnya aku
belon punya. Dia membayari
semuanya, tajir juga dia. Dimobil,
“Makasi ya bang, abang royal
banget deh beliin Rara macem2,
sekarang abang mo ajak Rara
kemana lagi”, tantangku. “Ke
apartmentku ya”. “Siapa takut”.
Dia mengajak aku ke
apartmentnya. Sepanjang
perjalanan aku ngobrol saja
dengan dia. Dia menanggapi
obrolanku dengan santai juga,
kadang tangannya mengelus
pahaku. “Udah gak tahan ya
bang”, godaku sambil
membiarkan tangannya
mengelus2 pahaku. Saat itu
memang aku pake rok yang
lumayan mini. Rabaannya
semakin lama membuatku
semakin nafsu Kubuka pahaku agak lebar. Melihat aku
mengangkangkan pahaku, tanggannya bergerak ke atas ke selangkanganku. Jari2nya mulai mengelus belahan memekku dari luar. Wow rasanya, napsuku
menggelegak, aku jadi gak sabar
lagi untuk dientot. CDku langsung
menjadi lembab karena cairan
memekku membanjir. “Bang”,
kataku, “Rara udah basah bang”.
“Udah napsu banget ya Ra, aku
juga sudah napsu, sebentar lagi
sampe kok”. Kami sampe
diapartmentnya. Mobilnya
langsung meluncur ke basement
menuju ke parking lot dia. Kami
turun mobil, aku digandengnya
menuju ke lift. Dia memijit
tombol yang paling atas.
“Penthouse ya bang”, tanyaku.
“Semi, tapi ada pool kecilnya”.
“Abang tinggal sendiri?”. “Iya,
aku duda, gak punya anak”.
Sesampai dilantai apartmentnya,
pintu lift terbuka, kami masuk ke
apartmentnya. Ruangannya gak
terlalu luas, ada seperangkat
sofa, tv, sound system dan meja
makan. Diberandanya ada pool
kecil yang dilingkari taman kecil
yang asri dan ada saungnya.
Aku segera keluar menuju saung.
dia menyalakan lampu temaram,
di saung itu ada dipan yang
cukup lebar untuk 2 orang
dengan matrasnya. “Bang,
romantis ya. Abang sering ya
bawa prempuan kemari”. Ya
begitulah, kan aku perlu
penyaluran”. “Kok gak nikah lagi
bang”. “enak gini lah bebas
merdeka mo ngapain juga”.
“Diluar tapi hawanya panas ya
bang”. “Kita berendem aja yuk”.
“Yuk”, jawabku. Aku langsung
saja melepas tanktopku,
kemudian kulepas rok miniku.
Kemudian bra dan CDku. Pakaian
kuletakkan di dipan. Dia melotot
memandangi tubuhku yang dah
telanjang bulat itu. jembutku
yang lebat meliputi daerah
selangkanganku. Toketku yang
ukuran 34C masih kencang
dihiasi 2 pentil yang membesar,
maklum deh sering diisep sama
lelaki yang sering mengencaniku.
Segera aku mencebur ke pool,
sementara dia membuka
pakeannya, sehingga hanya
memakai CD.
kontolnya kelihatan besar,
karena sudah ngaceng, tercetak
jelas di CDnya. Kemudian dia pun
nyebur ke kolam,
menghampiriku dan memelukku.
Bibirku diciumnya, lidah kami
saling berbelit. Tangannya mulai
meremas2 toketku sambil
memlintir pentilnya. Segera
pentilku menjadi keras. “toketmu
kenceng ya Ra, pentilnya gede.”,
katanya. Aku diam saja sambil
menikmati remasan tangannya.
kontolnya yang keras menekan
perutku. “Bang, ngacengnya
sudah keras banget”, kataku.
“Kita ke dipan yuk”. Aku sudah
tidak bisa menahan napsuku lagi.
Segera aku keluar kolam. Aku
telentang didipan, menunggu dia
yang juga sudah keluar dari
kolam. Dia berbaring
disebelahku, bibirku kembali
diciumnya dengan penuh napsu
dan tangannya kembali
meremas2 toketku sambil
memlintir2 pentilnya. “Isep dong
bang..” pintaku sambil
menyorongkan toketku ke
wajahnya. Langsung toketku
disepnya dengan penuh napsu.
Pentilku dijilatinya.”Ohh.. Sstt..”
erangku keenakan. Jarinya mulai
mengelus jembutku, kemudian
jarinya langsung menyentuh
belahan bibir memekku dan
digesek-gesekkan dari bawah ke
atas.
Gesekannya selalu berakhir di
itilku sehingga menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa.
memekku langsung berlendir,
rasanya lendir juga membasahi
seluruh bagian dinding dalam
memekku. “Oo.. Ooh! Uu..Uuh!”
desahku sambil menekan
tangannya yang satunya untuk
terus meremas-remas toketku.
Aku sungguh sudah tidak tahan
lagi, “Bang, Rara udah gak tahan
nih”. Kedua kaki kukangkangkan
sehingga tampak jelas jembutku
yang lebat. Dia kembali meraba
dan mengelus memekku. Dia
menyelipkan jarinya ke belahan
memekku yang sudah basah dan
menyentuh dinding dalam
memekkku. “Bang..! Aduuh! Rara
sudah enggak tahan, udah
pengen dimasukkin”, pintaku.
Bukannya langsung memenuhi
permintaanku malah jarinya
beralih menggosok-gosok itilku.
“Aduuh! bang..nakal!” seruku.
Aku pun semakin tidak karuan,
kuremas kontolnya yang sudah
keras sekali dari luar CD nya.
toketku yang sudah keras sekali
terus saja diremas2, demikian
juga pentilku. “Ayo dong bang
dimasukin, Rara sudah benar-
benar enggak kuu.. at!”
rengekku lagi. Kemudian
dimasukkannya jarinya ke dalam
memekku yang sudah basah
kuyup. Dengan tanpa
menemukan kesulitan jarinya
menyeruak masuk ke dalam
memekku. memekku langsung
dikorek2, dindingnya digaruk-
garuk. Benjolan seukuran ibu jari
yang tumbuh di dalam liang
memekku dimainkannya dengan
ujung jarinya hingga badanku
tiba-tiba menggigil keras dan
kugoyang-goyangkan pantatku
mengikuti permainan ujung
jarinya. Dia menelungkup
diselangkanganku dan mulutnya
langsung mengulum bibir
memekku. Cairan yang
membasahi sekitar
selangkanganku dijilatinya dan
setelah bersih bibirnya kembali
mengulum bibir memekku.
Kemudian giliran itilku mendapat
giliran dikulum dan dilumat
dengan mulutnya. Jari
tangannya kembali menyeruak
masuk ke dalam memekku, aku
benar-benar hampir pingsan
dibuatnya. Tubuhku kembali
terguncang hebat, kakiku jadi
lemas semua, otot-otot perutku
jadi kejang dan akhirnya aku
nyampe, cairan memekku yang
banjir ditampung dengan
mulutnya dan tanpa sedikit pun
merasa jijik ditelan semuanya.
Aku menghela napas panjang,
dia masih dengan lahapnya
melumat memekku sampai
akhirnya selangkanganku benar-
benar bersih kembali. memekku
terus diusap2nya, demikian juga
itilku sehingga napsuku bangkit
kembali. “Terus bang.. Enak..”
desahku. “Ayo dong bang.. Rara
udah nggak tahan”. tetapi dia
masih tetap saja menjilati dan
menghisap itillku sambil
meremas2 toket dan pentilku. Dia
melepaskan CDnya yang basah,
kontolnya yang besar dan
lumayan panjang sudah ngaceng
keras sekali mengangguk2.
Aku dinaikinya dan segera dia
mengarahkan kontolnya ke
memekku. Perlahan
dimasukkannya kepala
kontolnya. “Enak bang..” kataku
dan dia sedikit demi sedikit
meneroboskan kontolnya ke
memekku yang sempit.
memekku terasa sesek karena
kemasukan kontol besar, setelah
kira-kira masuk separuh lebih
kontolnya mulai dienjot keluar
masuk. “Terus bang..kontolnya
enak” erangku keenakan. Dia
terus mengenjot memekku
sambil menyorongkan dadanya
ke mulutku. Pentilnya kuhisap.
dinding kiri dan kanan dari
lubang memekku itu bergetar-
getar seperti memijit-mijit
batang kontolnya. Ketika dia
mulai menggoyang-goyangkan
pantat untuk menggerakkan
kontol maju mundur, pijitan-
pijitan didalam memekku
semakin terasa. Enak banget. AKu
sendiri sudah tidak bisa
membuka mata lagi karena
keenakan. Napasku nggak
beraturan, dan aku mengerang
nikmat. Dia bisikin ke aku,
“memek kau rasanya enak”. Aku
cuma menyahut: “ahhhhhhh…..
ahhhhhhhh …… ahhhhhhhh”.
Sementara itu aku mengerakkan
pantatku maju-mundur
mengimbangi enjotan kontolnya
sembari makin mempercepat
pijitan-pijitan di dalam lubang
memeknya. Belum berapa lama
dienjot, dia mengajak tukar
posisi. Sekarang aku yang diatas
Kuarahkan memekku ke
kontolnya yang tegak
menantang. Dengan liar aku
kemudian mengenjot tubuhku
naik turun. toketku yang montok
bergoyang mengikuti enjotan
badanku. Dia meremas toketku
dan menghisap pentilnya
dengan rakus. “Bang.. kontolnya
besar, keras banget..”, aku terus
menggelinjang diatas tubuhnya.
“Enak Ra?’ tanyanya. “Enak
bang..entotin Rara terus bang..”
Dia memegang pinggangku yang
ramping dan menyodokkan
kontolnya dari bawah dengan
cepat. Aku mengerang saking
nikmatnya. Keringatku menetes
membasahi tubuhnya. Akhirnya,
“Rara nyampe bang”, jeritku saat
tubuhku menegang merasakan
nikmat yang luar biasa. Setelah
itu tubuhku lunglai menimpa
tubuhnya. Dia mengusap-usap
rambutku sambil mencium
bibirku.
Setelah beberapa saat, kontolnya
yang masih ngaceng dicabut
dari dari memekku. Aku
ditelentangkannya, dan dia naik
ke atasku. Kembali memekku
dijilatinya. Kedua lututku
didorongkannya sedikit ke atas
sehingga bukit memek ku lebih
menungging menghadap ke
atas, pahaku lebih
dikangkangkannya lagi, dan
lidahnya dijulurkan menyapu
celah-celah memekku. Lidahnya
dijulurkan dan digesekkan naik
turun diujung itil ku. Aku hanya
bisa merasakan nikmatnya
sambil meremas- remas
kontolnya dengan penuh nafsu.
Cairan lendir yang keluar kembali
dari memekku dengan lahap
dihisapnya. Bibirnya terus
mencium dan melumat habis
bibir memekku. Dapat kurasakan
hisapan mulutnya yang kuat
menghisap memekku, lidahnya
menjulur masuk ke dalam
memekku dan sempat
menyentuh dinding bagian
dalamnya. Saking dalamnya
mulutnya menekan memekku,
hidungnya yang mancung
menempel dan menekan itilku.
Aku kembali merasakan
kenikmatan lebih, apa lagi saat
wajahnya dengan sengaja
digeleng-gelengkan ke kiri dan
ke kanan dengan posisi
hidungnya tetap menempel di
itilku dan bibirnya tetap
mengulum bibir memekku sambil
lidahnya terus mengorek memek
ku. Aku tak kuasa membendung
napsuku. “Oocch! bang.. Teruu..
Uus! Rara nyampe lagi bang”,
suaraku semakin parau saja.
Kugoyangkan pantatku
mengikuti irama gesekan
wajahnya yang terbenam di
selangkanganku. Kujepit
kepalanya dengan pahaku,
badanku menggigil hebat
bagaikan orang kejang. Aku
menarik nafas panjang sekali,
semua cairan memekku dihisap
dan ditelannya dengan rakus
sekali hingga habis semua cairan
yang ada di sekitar memekku.
Dia tetap dengan asyiknya
menjilati memekku. Kemudian
jilatannya naik ke atas, ke arah
perutku. Lidahnya bermain-main
dipusarku, sambil tangannya
langsung meraba dan meremas
kedua toketku, jilatannya juga
semakin naik menuju toketku.
Jengkal demi jengkal jilatannya
semakin naik. Mulutnya sudah
sampai ke dadaku. Kini giliran
toketku dijilatinya, mulutnya seakan ingin menelan habis toketku, lidahnya kini menari-nari di ujung pentil ku. Jari tangan kanannya meraba-raba selangkanganku, menggesek-gesek itilku hingga memekku basah lagi, nafsuku naik kembali.
Sementara tangan kirinya tetap meremas toketku dan tangan kanannya tetap bergerilya dimemekku, bibirnya kini mencium dan melumat bibirku. Kubalas lumatan bibirnya dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk kerongga mulutnya. Dia menghisap lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula.

No comments:
Post a Comment