Kali ini yang akan saya ceritakan
adalah pengalaman seks dan
ngentot dengan seorang janda
kembang. Ia cantik mulus,
toketnya ukurannya bisa
dibilang sangat besar dan nikmat
sekali apabila dikenyot-kenyot.
Bahkan aku selalu mendambakan
kehangatan memek wanita yang
sudah janda tapi masih enak
untuk dientot. Aku berprofesi
seorang dokter, tapi aku sudah
berulang kali melakukan affair
dengan beberapa pasienku.
Kebanyakan pasien yang
mengajakku ML atau ngeseks
adalah cewek muda mudi yang
haus akan kehangatan kontol
lelaki. Tapi cerita seks yang akan
aku ceritakan kali ini berbeda.
Aku tergoda oleh seorang janda
kembang yang memeknya
ternyata jauh lebih enak
daripada cewek-cewek yang
pernah kuentot. Bahkan gaya
ngentotnya pun enak banget. Ia
sepertinya udah profesional
banget.
Namun aku tidak pernah
mengeluh akan keadaanku ini.
Aku tidak ingin membanding-
bandingkan diriku pada Dr.
Susilo yang ahli bedah, atau Dr.
Hartoyo yang spesialis
kandungan, sekalipun mereka
dulu waktu masih sama-sama
kuliah di fakultas kedokteran
sering aku bantu dalam
menghadapi ujian. Mereka
adalah bintang kedokteran yang
sangat cemerlang di bumi
pertiwi, bukan hanya ketenaran
nama, juga kekayaan yang
tampak dari Baby Benz, Toyota
Land Cruiser, Pondok Indah,
Permata Hijau, Bukit Sentul dll.
Dengan pekerjaanku yang
melayani masyarakat kelas
bawah, yang sangat memerlukan
pelayanan kesehatan yang
terjangkau, aku memperoleh
kepuasan secara batiniah, karena
aku dapat melayani sesama
dengan baik. Namun, dibalik itu,
aku pun memperoleh kepuasan
yang amat sangat di bidang non
materi lainnya.
Suatu malam hari, aku diminta
mengunjungi pasien yang
katanya sedang sakit parah di
rumahnya. Seperti biasa, aku
mengunjunginya setelah aku
menutup praktek pada sekitar
setengah sepuluh malam.
Ternyata sakitnya sebenarnya
tidaklah parah bila ditinjau dari
kacamata kedokteran, hanya flu
berat disertai kurang darah, jadi
dengan suntikan dan obat yang
biasa aku sediakan bagi mereka
yang kesusahan memperoleh
obat malam malam, si ibu dapat
di ringankan penyakitnya.
Saat aku mau meninggalkan
rumah si ibu, ternyata tanggul di
tepi sungai jebol, dan air bah
menerjang, hingga mobil kijang
bututku serta merta terbenam
sampai setinggi kurang lebih 50
senti dan mematikan mesin yang
sempat hidup sebentar. Air di
mana-mana, dan aku pun
membantu keluarga si ibu untuk
mengungsi ke atas, karena
kebetulan rumah petaknya
terdiri dari 2 lantai dan di lantai
atas ada kamar kecil satu-
satunya tempat anak gadis si ibu
tinggal.
Karena tidak ada kemungkinan
untuk pulang, maka si Ibu
menawarkan aku untuk
menginap sampai air surut. Di
kamar yang sempit itu, si ibu
segera tertidur dengan pulasnya,
dan tinggallah aku berduaan
dengan anak si ibu, yang
ternyata dalam sinar remang-
remang, tampak manis sekali,
maklum, umurnya aku
perkirakan baru sekitar awal dua
puluhan.
“ Pak dokter, maaf ya, kami tidak
dapat menyuguhkan apa apa,
agaknya semua perabotan dapur
terendam di bawah”, katanya
dengan suara yang begitu
merdu, sekalipun di luar
terdengar hamparan hujan
masih mendayu dayu.
“ Oh, enggak apa-apa kok Dik”,
sahutku.
Dan untuk melewati waktu, aku
banyak bertanya padanya, yang
ternyata bernama Sri.
Ternyata Sri adalah janda tanpa
anak, yang suaminya meninggal
karena kecelakaan di laut 2
tahun yang lalu. Karena hanya
berdua saja dengan ibunya yang
sakit-sakitan, maka Sri tetap
menjanda. Sri sekarang bekerja
pada pabrik konveksi pakaian
anak-anak, namun perusahaan
tempatnya bekerja pun terkena
dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
Saat aku melirik ke jam tanganku,
ternyata jam telah menunjukkan
setengah dua dini hari, dan aku
lihat Sri mulai terkantuk-kantuk,
maka aku sarankan dia untuk
tidur saja, dan karena sempitnya
kamar ini, aku terpaksa duduk di
samping Sri yang mulai
merebahkan diri.
Tampak rambut Sri yang panjang
terburai di atas bantal. Dadanya
yang membusung tampak
bergerak naik turun dengan
teraturnya mengiringi nafasnya.
Ketika Sri berbalik badan dalam
tidurnya, belahan bajunya agak
tersingkap, sehingga dapat
kulihat buah dadanya yang
montok dengan belahan yang
sangat dalam. Pinggangnya yang
ramping lebih menonjolkan
busungan buah dadanya yang
tampak sangat menantang. Aku
coba merebahkan diri di
sampingnya dan ternyata Sri
tetap lelap dalam tidurnya.
Pikiranku menerawang, teringat
aku akan Wati, yang juga
mempunyai buah dada montok,
yang pernah aku tiduri malam
minggu yang lalu, saat aku
melepaskan lelah di panti pijat
tradisional yang terdapat banyak
di kawasan aku berpraktek. Tapi
Wati ternyata hanya nikmat di
pandang, karena permainan
seksnya jauh di bawah
harapanku. Waktu itu aku
hampir-hampir tidak dapat
pulang berjalan tegak, karena
burungku masih tetap keras dan
mengacung setelah ’selesai’
bergumul dengan Wati. Maklum,
aku tidak terpuaskan secara
seksual, dan kini, telah seminggu
berlalu, dan aku masih
memendam berahi di antara
selangkanganku.
Aku mencoba meraba buah dada
Sri yang begitu menantang,
ternyata dia tidak memakai beha
di bawah bajunya. Teraba puting
susunya yang mungil. dan ketika
aku mencoba melepaskan
bajunya, ternyata dengan
mudah dapat kulakukan tanpa
membuat Sri terbangun. Aku
dekatkan bibirku ke putingnya
yang sebelah kanan, ternyata Sri
tetap tertidur. Aku mulai
merasakan kemaluanku mulai
membesar dan agak menegang,
jadi aku teruskan permainan
bibirku ke puting susu Sri yang
sebelah kiri, dan aku mulai
meremas buah dada Sri yang
montok itu. Terasa Sri bergerak
di bawah himpitanku, dan
tampak dia terbangun, namun
aku segera menyambar bibirnya,
agar dia tidak menjerit. Aku
lumatkan bibirku ke bibirnya,
sambil menjulurkan lidahku ke
dalam mulutnya. Terasa sekali Sri
yang semula agak tegang, mulai
rileks, dan agaknya dia
menikmati juga permainan bibir
dan lidahku, yang disertai
dengan remasan gemas pada ke
dua buah dadanya.
Setalah aku yakin Sri tidak akan
berteriak, aku alihkan bibirku ke
arah bawah, sambil tanganku
mencoba menyibakkan roknya
agar tanganku dapat meraba
kulit pahanya. Ternyata Sri
sangat bekerja sama, dia
gerakkan bokongnya sehingga
dengan mudah malah aku dapat
menurunkan roknya sekaligus
dengan celana dalamnya, dan
saat itu kilat di luar membuat
sekilas tampak pangkal paha Sri
yang mulus, dengan bulu
kemaluan yang tumbuh lebat di
antara pangkal pahanya itu.
Kujulurkan lidahku, kususupi
rambut lebat yang tumbuh
sampai di tepi bibir besar
kemaluannya. Di tengah atas,
ternyata clitoris Sri sudah mulai
mengeras, dan aku jilati sepuas
hatiku sampai terasa Sri agak
menggerakkan bokongnya, pasti
dia menahan gejolak berahinya
yang mulai terusik oleh jilatan
lidahku itu.
Sri membiarkan aku bermain
dengan bibirnya, dan terasa
tangannya mulai membuka
kancing kemejaku, lalu
melepaskan ikat pinggangku dan
mencoba melepaskan celanaku.
Agaknya Sri mendapat sedikit
kesulitan karena celanaku terasa
sempit karena kemaluanku yang
makin membesar dan makin
menegang.
Sambil tetap menjilati
kemaluannya, aku membantu Sri
melepaskan celana panjang dan
celana dalamku sekaligus,
sehingga kini kami telah
bertelanjang bulat, berbaring
bersama di lantai kamar,
sedangkan ibunya masih
nyenyak di atas tempat tidur.
Mata Sri tampak agak terbelalak
saat dia memandang ke arah
bawah perutku, yang penuh
ditumbuhi oleh rambut
kemaluanku yang subur, dan
batang kemaluanku yang telah
membesar penuh dan dalam
keadaan tegang, menjulang
dengan kepala kemaluanku yang
membesar pada ujungnya dan
tampak merah berkilat.
Kutarik kepala Sri agar mendekat
ke kemaluanku, dan kusodorkan
kepala kemaluanku ke arah
bibirnya yang mungil. Ternyata
Sri tidak canggung membuka
mulutnya dan mengulum kepala
kemaluanku dengan lembutnya.
Tangan kanannya mengelus
batang kemaluanku sedangkan
tangan kirinya meremas buah
kemaluanku. Aku memajukan
bokongku dan batang
kemaluanku makin dalam
memasuki mulut Sri. Kedua
tanganku sibuk meremas buah
dadanya, lalu bokongnya dan
juga kemaluannya. Aku mainkan
jariku di clitoris Sri, yang
membuatnya menggelinjang,
saat aku rasakan kemaluan Sri
mulai membasah, aku tahu,
saatnya sudah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari
kuluman bibir Sri, dan kudorong
Sri hingga telentang. Rambut
panjangnya kembali terburai di
atas bantal. Sri mulai sedikit
merenggangkan kedua pahanya,
sehingga aku mudah
menempatkan diri di atas
badannya, dengan dada
menekan kedua buah dadanya
yang montok, dengan bibir yang
melumat bibirnya, dan bagian
bawah tubuhku berada di antara
kedua pahanya yang makin
dilebarkan. Aku turunkan
bokongku, dan terasa kepala
kemaluanku menyentuh bulu
kemaluan Sri, lalu aku geserkan
agak ke bawah dan kini terasa
kepala kemaluanku berada
diantara kedua bibir besarnya
dan mulai menyentuh mulut
kemaluannya.
Kemudian aku dorongkan
batang kemaluanku perlahan-
lahan menyusuri liang sanggama
Sri. Terasa agak seret majunya,
karena Sri telah menjanda dua
tahun, dan agaknya belum
merasakan batang kemaluan
laki-laki sejak itu. Dengan sabar
aku majukan terus batang
kemaluanku sampai akhirnya
tertahan oleh dasar kemaluan Sri.
Ternyata kemaluanku cukup
besar dan panjang bagi Sri,
namun ini hanya sebentar saja,
karena segera terasa Sri mulai
sedikit menggerakkan
bokongnya sehingga aku dapat
mendorong batang kemaluanku
sampai habis, menghunjam ke
dalam liang kemaluan Sri.
Aku membiarkan batang
kemaluanku di dalam liang
kemaluan Sri sekitar 20 detik,
baru setelah itu aku mulai
menariknya perlahan-lahan,
sampai kira-kira setengahnya,
lalu aku dorongkan dengan lebih
cepat sampai habis. Gerakan
bokongku ternyata
membangkitkan berahi Sri yang
juga menimpali dengan gerakan
bokongnya maju dan mundur,
kadangkala ke arah kiri dan
kanan dan sesekali bergerak
memutar, yang membuat kepala
dan batang kemaluanku terasa di
remas-remas oleh liang
kemaluan Sri yang makin
membasah.
Tidak terasa, Sri terdengar
mendasah dasah, terbaur
dengan dengusan nafasku yang
ditimpali dengan hawa nafsu
yang makin membubung. Untuk
kali pertama aku menyetubuhi
Sri, aku belum ingin melakukan
gaya yang barangkali akan
membuatnya kaget, jadi aku
teruskan gerakan bokongku
mengikuti irama bersetubuh
yang tradisional, namun ini juga
membuahkan hasil kenikmatan
yang amat sangat. Sekitar 40
menit kemudian, disertai dengan
jeritan kecil Sri, aku hunjamkan
seluruh batang kemaluanku
dalam dalam, kutekan dasar
kemaluan Sri dan seketika
kemudian, terasa kepala
kemaluanku menggangguk-
angguk di dalam kesempitan
liang kemaluan Sri dan
memancarkan air maniku yang
telah tertahan lebih dari satu
minggu.
Terasa badan Sri melamas, dan
aku biarkan berat badanku
tergolek di atas buah dadanya
yang montok. Batang
kemaluanku mulai melemas,
namun masih cukup besar, dan
kubiarkan tergolek dalam jepitan
liang kemaluannya. Terasa ada
cairan hangat mengalir
membasahi pangkal pahaku.
Sambil memeluk tubuh Sri yang
berkeringat, aku bisikan ke
telinganya, “Sri, terima kasih,
terima kasih..”
No comments:
Post a Comment