Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Wednesday, January 20, 2010

AB Three in Bondage


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/bb/AB_Three.jpg

Widi, Lucy, Nola dari kelompok vokal AB Three sedang berlibur di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Mereka ingin sekali pergi dari hiruk pikuk kota Jakarta, dan juga memanfaatkan waktu kosong selama tiga bulan karena sepinya panggilan untuk show. Akan tetapi ternyata liburan itu berubah menjadi sebuah mimpi bagi mereka bertiga.

Mereka sedang beristirahat di pondok, setelah sehari penuh berlari-lari dan bersenang-senang di pantai, ketika terdengar ketukan di pintu. Widi membuka pintu. Dan dengan segera tiga orang polisi masuk ke pondok itu. Ketiga gadis itu tidak mempunyai kesempatan bertanya apa yang terjadi karena dengan segera tangan mereka diborgol dan mereka digiring ke mobil tahanan yang menunggu di luar. Ketiga polisi itu juga mengemasi semua pakaian ketiga gadis itu dan membawanya pergi sehingga tidak ada tanda-tanda seseorang pernah tinggal di pondok itu. Kemudian mereka dibawa ke sebuah markas polisi. Setelah sampai mereka digiring ke ruang interogasi di bawah tanah. Ketiga gadis itu ditubuh menggunakan exctasy selama mereka berlibur di pulau itu. Mereka memprotes tuduhan itu tapi polisi itu tidak peduli atas sanggahan Widi, Lucy dan Nola. Ketiga gadis itu ditanyai secara bersamaan pada awal pemeriksaan. Mereka sangat ketakutan, tapi karena tuduhan itu sama sekali tidak benar, mereka sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari para polisi itu. Dua dari polisi tersebut yang satu berbadan besar dan hitam, sedang yang satu lagi berkepala botak. Kemudian Widi ditarik berdiri untuk digeledah. Sedangkan Lucy dan Nola masih terborgol dan duduk di atas kursi melihat penggeledahan tersebut.

Polisi yang berkulit hitam berdiri di belakang Widi dan memegangi bahunya. Tangan Widi masih terborgol ke belakang. Lalu mulai menggeledah seluruh tubuh Widi, mulai dari dada, pinggang kemudian turun ke paha dan kakinya. Ketika ia tidak menemukan apapun ia mengangguk kepada polisi yang berkepala botak dan melanjutkan pencarian secara lebih seksama. Polisi yang berkepala botak itu mendekat dan mulai melepaskan kancing baju Widi. Widi ketakutan dan mulai berteriak dan meronta-ronta. Ia menutup mulut Widi dengan tangannya dan menyuruhnya untuk diam.

Widi terus berteriak, ia kemudian menjepit hidung Widi dan menutup mulut Widi. Widi mulai kehabisan nafas dan terus meronta-ronta. Polisi yang berkulit hitam itu menyuruhnya untuk diam. Temannya yang berkepala botak melepaskan tangannya dan berkata "Diam, atau kamu mati!" Widi tidak dapat berbuat apa-apa selain mematuhi perintah itu.

Polisi yang berkepala botak melanjutkan menelanjangi Widi. Ia melepaskan kancing baju Widi dan melepaskannya hingga bagian depan tubuh Widi terbuka. Kedua polisi itu sejenak memandangi buah dada Widi yang tertutup oleh BH putih berenda. Polisi yang berkulit hitam meraba buah dada Widi yang masih tertutup BH itu. Kemudian ia mulai melepaskan kancing dan restleting jeans Widi. Jenas itu dengan segera dapat ditarik turun. Ia menarik sepatu Widi dan kemudian melepaskan jeans dan kaki Widi. Selangkangan Widi juga tertutup oleh celana dalam putih yang dihiasi oleh renda kecil, ia dengan tidak sabar langsung menarik celana dalam itu membuat nonok Widi terlihat. Jembut nonok Widi yang hitam dan keriting tampak tumbuh dengan sangat suburnya menutupi bukit nonok yang tampak cembung itu. Keduanya memperhatian nonok itu itu selama beberapa saat tapi tanpa menyentuhnya.

Karena tangan Widi masih terborgol ke belakang, baju dan BH Widi tidak bisa dilepaskan. Polisi yang berkepala botak mengambil kunci borgol dan melepaskan borgol itu dari tangan Widi. Kemudian baju dan BH Widi segera dilucuti dari tubuh Widi. Itu membuat buah dada Widi yang bulat sedang terpampang dengan jelas di hadapan kedua polisi itu dihiasi pentilnya yang berwarna kemerahan. Widi sekarang berdiri telanjang bulat ditengah ruangan dihadapan polisi itu. Kedua polisi itu seakan-akan lupa dengan tugas penggeladahannya dan mulai merabai tubuh Widi. Ketika Widi mulai meronta, yang berwajah hitam memukul buah dada Widi dengan tangannya keras-keras. Jerit kesakitan Widi segera diredam oleh tangan yang berkepala botak yang menutup mulutnya. Widi diperingati untuk tetap diam dan tidak bersuara. Widi denga putus asa diam ketika tubuhnya diraba-raba oleh tangan kedua polisi tadi. Sementara Lucy dan Nola melihat semua yang terjadi dan ketakutan menyadari mereka akan mendapat perlakuan yang sama.

Widi yang kadang masih meronta, membuat kedua polisi tersebut sadar tujuan mereka menelanjangi Widi. Mereka segera mulai menggeledah tubuh Widi secara seksama. Rambut Widi diperiksa diikuti dengan mulut kemudian kulitnya. Kemudian Widi dibaringkan di atas sebuah meja dan dipaksa untuk menangkat kakinya hingga menempel ke dadanya, membuat nonok itu terlihat dengan sangat jelas ke atas. Tampak liang nonok yang dikelilingi jembut jembut hitam keriting dan lebat itu menganga berwarna kemerahan. Yang hitam memasukan jari tengahnya ke dalam vagina Widi dan mulai mencari-cari dengan jarinya itu. Widi merasa sangat kesakitan, dan malu mendapati seseorang memasukan jarinya ke dalam alat kelaminya.

Ketika tidak juga ditemukan sesuatu, kedua polisi tadi memutuskan untuk memeriksa anus Widi. Widi ditarik berdiri dan diperintahkan untuk membungkuk berpegangan pada meja tadi. Yang hitam membuka kaki Widi dan berjongkok di belakang Widi. Kemudian ia mendorong jari tengahnya masuk ke dalam liang anus Widi. Widi mulai menjerit kesakitan lagi, tapi yang berkepala botak mendekatinya dan mengancamnya akan memukuli Widi jika ia terus berteriak. Widi dipaksa untuk merasakan anusnya diperiksa secara brutal oleh si hitam tanpa mengeluarkan suara. Lucy dan Nola dapat mendengar nafas Widi tersentak dan tubuh Widi mengejang setiap kali jari si hitam berputar-putar di dalam anus Widi.

Setelah mereka selesai memeriksa tubuh Widi, dengan tangan kembali terborgol ke belakang dan telanjang bulat, Widi dibawa mendekati Lucy dan Nola. Widi didudukan di atas kursi sementara kedua polisi tadi membawa Lucy ke tengah ruangan. Proses pencarian pada Lucy sama dengan yang dilakukan pada Widi, tapi Lucy ditemukan membawa beberapa obat-obatan untuk dirinya. Ketika polisi menemukan itu, si hitam langsung segera menelanjangi Lucy kembali memeriksa tubuh Lucy secara seksama. Tubuh Lucy yang putih mulus itu tampak sangat terawat dengan baik dengan susunya yang juga berukuran sedang dihiasi dengan puting susunya yang berwarna merah kecoklatan, sementara nonoknya tampak juga ditumbuhi dengan jembut jembut yang tebal, sungguh pemandangan yang sangat merangsang bagi kedua polisi itu maupun bagi siapapun yang melihatnya. Kedua polisi itu secara bergantian memasukan jari mereka ke lubang dan anus Lucy. Setelah mereka selesai air mata sudah meleleh di seluruh wajah Lucy.

Selanjutnya Nola mendapat giliran untuk diperiksa. Dan tetap tidak ditemukan sesuatu. Kedua polisi itu juga memeriksa nonok dan anus Nola dengan jarinya. Rontaan Nola hanya membuat mereka semakin brutal memeriksa nonok dan anusnya. Si hitam memasukan jari tengah dan telunjuknya ke dalam nonok Nola, kemudian menekuknya dan memutarnya sehingga ia bisa memeriksa seluruh bagian dalam dari nonok Nola. Kemudian setelah mereka selesai mereka mulai menanyai ketiga gadis itu yang masih duduk terborgol, telanjang bulat.

Karena obat yang ditemukan pada dirinya kedua polisi itu mulai menanyai Lucy. Ketiga gadis itu digiring masuk ke ruangan kedua. Ketika masuk terlihat bahwa ruangan itu kedap suara. Borgol pada tangan Widi dan Nola diikatkan pada rantai di dinding ruangan itu sehingga terikat di atas kepala mereka. Sedangkan Lucy dibawa di tengah ruangan. Tangan dan kaki Lucy diikat, pertama kedua tangannya ditarik oleh tali itu hingga tubuh Lucy terangkat dari lantai dengan hanya bergantung pada tangannya. Kemudian kaki Lucy dikat dan ditarik hingga terbuka dan kedua talinya diikat ke gelang besi di lantai.

Sekarang Lucy tergantung tanpa menyentuh lantai menyerupai huruf X, seluruh berat badan Lucy bergantung pada tangan Lucy yang terikat ke atas.

Kedua polisi itu mulai menanyai Lucy mengenai obat yang dibawanya. Lucy berusaha keras menjelaskan itu adalah obat yang diberikan dokter pada dirinya dan bukan obat terlarang. Keterangan itu hanya membuat polisi itu semakin marah. Hitam mendekati lemari yang ada di ruangan itu dan kembali dengan membawa sebuah pecut. Pecutannya yang pertama tepat mendarat di puting susu Lucy. Sunyi sejenak selama Lucy berusaha menghirup udara, sebelum akhirnya sebuah jerit kesakitan terdengar dari mulutnya. Lucy merasa puting susunya serasa terbakar. Pecutan kembali datang dan jeritan Lucy kembali membahana ke seluruh ruangan. Kedua polisi itu menyiksa Lucy dengan sekuat tenaga, tanpa peduli dengan aturan dalam menanyai seorang tersangka. Dua pecutan kembali diarahkan ke kedua puting susu Lucy. Kemudian si hitam berhenti sejenak menunggu hingga Lucy dapat mengumpulkan tenaga untuk berbicara lagi.

Lucy memohon pada mereka untuk berhenti menyiksanya, tapi mereka tetap terus menanyai Lucy tentang obat yang ia punyai dan hubungannya dengan para pengedar exctasy. Botak kemudian berbalik menuju lemari, dan kembali dengan mendorong sebuah unit yang mirip dengan mesin las yang biasa dibawa oleh tukang las keliling. Unit itu disambungkan dengan saluran listrik di dinding. Si botak kemudian mengambil dua buah sambungan dari mesin itu dan mendekati Lucy. Di ujung sambungan itu terdapat jepitan buaya berukuran besar yang biasa digunakan untuk mengisi sebuah aki. Si botak kemudian memilin dan memijat puting susu Lucy hingga perlahan tapi pasti puting susu Lucy mengeras dan mengacung, yang dengan segera dijepit oleh jepitan buaya tadi. Kembali Lucy menjerit-jerit kesakitan. Si botak kembali mengulangi itu pada puting susu Lucy yang lain. Lucy hanya bisa menjerit-jerit ketika rasa sakit menyerang kedua puting susunya sekaligus.

Mesin yang terletak dihadapan Lucy mempunyai tombol putar yang berguna untuk mengatur besar arus listrik yang mengalir ke kabel yang tersambung ke jepitan buaya tadi. Lucy melihat dengan mata ketakutan melihat si botak meletakan tangannya di atas tombol putar tadi. Si botak memutar tombol itu sedikit dan jarum penunjuk tampak melompat sedikit. Lucy dapat merasakan getaran di kedua puting susunya. Kembali si botak menanyai Lucy tentang obat-obatan tadi. Dan ketika jawaban Lucy tidak memuaskan dirinya, si botak memutar tombol tadi lebih jauh. Lucy kembali menjerit kesakitan ketika getaran di puting susunya berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan dan terus menyebar hingga menyakiti seluruh buah dadanya. Akhirnya rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuhnya yang terkejang-kejang. Itu berlangsung selama beberapa menit, dan setiap kali si botak memutar tombol itu lebih jauh lagi setelah berhenti untuk beberapa detik. Dan setiap kali rasa sakit yang terasa membuat Lucy menjerit semakin keras. Kemudian si botak melepaskan salah satu jepitan buaya tadi dari puting susu Lucy dan menjepitkannya ke itil Lucy yang berwarna merah. Lucy sangat berharap ia bisa pingsan saat itu juga tapi tidak berhasil, dan ia harus merasakan rasa sakit yang kali ini menyerang puting susu dan itilnya sekaligus.

Lucy masih tetap tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan pada si botak. Dan ia hampir tidak bisa menahan rasa sakit karena aliran listrik yang dialirkan ke seluruh tubunya. Tetapi tetap saja kedua polisi tadi terus menyiksanya. Kaki Lucy terbuka lebar membuat lubang nonok itu terbuka terlihat jelas dengan tubuhnya yang tergantung. Si botak kemudian melepaskan jepitan buaya itu dari puting susu dan itil Lucy. Dan mengambil sebuah ******* ******an yang terbuat dari logam. Panjangnya sekitar 30 senti dengan diameter sekitar 5 senti. Si botak kemudian menyambungkan kabel yang tadi tersambung ke jepitan buaya tadi, ke pangkal ****** ******an tadi. Si botak kemudian mendekati Lucy. Ia mengacungkan ****** ******an tadi di wajah Lucy sambil mengulangi pertanyaannya soal obat tadi. Lucy sangat ingin menjawab pertanyaan itu, tapi ia sama sekali tidak tahu menahu soal obat-obatan terlarang yang selalu ditanyakan. Si botak kemudian menyalakan mesin tadi. Si botak memegang ****** ******an tadi pada pangkalnya yang dilapisi oleh karet dan plastik keras. Dan ujung ****** ******an tadi didekatkan pada nonok Lucy.

Si botak menyeringai ketika ia menempelkan ujung ****** ******an itu pada itil Lucy. Dan arus listrik kembali mengalir dari ****** ******an tadi ke itil Lucy. Tubuh Lucy kembali mengejang kesakitan ketika aliran listrik kembali mengalir ke seluruh tubuhnya. Lucy kembali menjerit kesakitan. Si botak kemudian mengarahkan ujung ****** ******an tadi ke bibir nonok Lucy dan memasukannya ke dalam nonok Lucy.

Rasa sakit karena aliran listrik tadi dan masuknya ****** ******an besar tadi yang membuka liang nonok dan merobek selaput daranya dengan brutal, membuat Lucy tidak bisa lagi bertahan, setelah dua puluh detik Lucy jatuh lemas dan pingsan.

Si botak terus menggerakan ****** ******an tadi keluar masuk ke nonok Lucy selama sepuluh detik lagi. Kemudian ia menarik ****** ******an itu keluar dan mematikan mesin tadi. Setalah ****** ******an itu lepas dari lubang nonok Lucy tampaklah lendir kental dan berwarna putih bening yang cukup banyak mengalir dari dalam nonok itu bercampur dengan darah keperawanan Lucy. Ia membiarkan Lucy yang tak sadarkan diri tetap tergantung dan berbalik mendekati Widi dan Nola. Kedua gadis itu melihat semua penyiksaan pada diri Lucy dengan penuh ketakutan. Mereka sangat ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi pada diri mereka selanjutnya.

Kedua polisi itu sudah menyadari ketiga gadis itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengedar obat terlarang tapi mereka memutuskan untuk tetap menanyai Widi dan Nola. Giliran selanjutnya adalah Widi. Widi dibawa ke tengah ruangan tepat disebelah Lucy dan diikat dengan cara yang sama dengan Lucy. Tapi tangan dan kakinya tidak terlalu ditarik hingga Widi bisa berdiri di atas kedua kakinya di lantai. Dan Widi kembali ditanyai, dan jawaban yang di dapat tetap tidak memuaskan.

Si hitam mengambil sebuah kuda-kuda dari lemari. Kemudian ia memasang ****** ******an logam tadi pada kuda-kuda tadi hingga berdiri tegak dengan ujung menghadap ke atas. Si hitam kemudian mendorong kuda-kuda tadi hingga terletak diantara kedua kaki Widi yang terbuka. Si hitam kemudian merendahkan kuda kuda tadi untuk kemudian memasukan ****** ******an tadi ke dalam nonok Widi. Mesin tadi masih belum dinyalakan sehingga ****** ******an tadi tidak dialiri oleh listrik. Ketika kuda kuda tadi telah mencapai tingginya, ****** ******an tadi telah masuk sekitar 20 senti ke nonok Widi. Widi dengan kesakitan berusaha berjingkat untuk mengurangi rasa nyeri di selangkangannya.

Si botak kemudian mengambil sepasang jepitan dan menjepitkannya ke kedua puting susu Widi. Jepitan itu mempunyai desain khusus, sehingga setiap kali kabel yang ada diujungnya ditarik, jepitan itu akan semakin menjepit dengan gigi giginya yang tajam. Widi menjerit kesakitan ketika kedua puting susunya dijepit oleh jepitan tadi. Si botak kemudian memasukan kabel yang ada diujung jepitan itu pada gelang besi yang ada di langit langit hingga sekarang setiap kali kabel itu ditarik Widi akan menjerit kesakitan karena gigi jepitan itu menancap makin dalam di puting susunya. Dan kedua polisi tadi mulai penyiksaan pada Widi. Si hitam memulai dengan menanyai Widi. Dan setiap kali jawaban Widi tidak memuaskan, sebuah pemberat digantungkan pada ujung kabel tadi. Dengan pemberat tadi kabel itu langsung tertarik dan menyebabkan jepitan tadi makin menancap ke puting susu Widi. Dengan segera puting susu dan buah dada Widi tertarik oleh pemberat yang terus ditambah di ujung kabel tadi. Widi berusaha bergerak maju untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan, tapi kuda kuda dan ****** ******an yang dimasukan dalam nonoknya membuat ia tidak bisa bergerak. Setiap pemberat ditambah semakin keras Widi menjerit-jerit minta ampun. Jeritan Widi makin lama makin keras, karena Widi merasa puting susunya seakan telah dijepit hampir putus oleh jepitan tadi.

Akhirnya, si hitam mendekati mesin listrik tadi dan mulai menyalakannya. Tubuh Widi melonjak ketika aliran listrik tiba-tiba mengalir, membuat tubuhnya menarik jepitan itu mundur dan membuat puting susunya makin sakit. Setiap lima detik sekali sebuah kejutan listrik mengalir melalui ****** ******an tadi. Dan si botak terus menambah pemberat di ujung kabel jepitan tadi. Si hitam terus menanyai Widi, tapi Widi terlalu kesakitan untuk bisa menjawab setiap pertanyaan. Widi hanya bisa menagis dan menjerit-jerit, berteriak minta ampun setiap kali kejutan listrik itu mengaliri tubuhnya. Kedua polisi tadi akhirnya memutuskan bahwa Widi tidak bisa memberikan keterangan apapun. Aliran listrik tadi mulai dilemahkan kekuatannya hingga tidak sekuat tadi, tapi Widi tetap dibiarkan tergantung pada posisi seperti semula, sementara kedua polisi itu mendekati Nola untuk mulai menanyainya.

Lucy masih tergantung tak sadarkan diri, sementara Widi dengan kaki terbuka, dan ****** ******an logam dengan aliran listrik dimasukan dalam nonoknya, dan Nola mulai dipersiapkan untuk mulai ditanyai. Kedua polisi tadi menurunkan Lucy dan memborgolnya untuk kemudian menggantungkan borgol tadi pada gelang besi di dinding dan kakinya yang tergantung diikat pada gelang besi di lantai. Borgol di tangan Nola dilepaskan dan Nola digiring ke tengah ruangan tepat di tempat Lucy tergantung tadi. Nola diperintahkan untuk berbaring terlentang. Kemudian kedua pergelangan kakinya diikat dengan tali yang tergantung pada gelang di langit-langit. Kemudian tali-tali itu ditarik, menyebabkan Nola tergantung dengan kepala di bawah, dan kakinya di atas terbuka lebar. Kepala Nola tergantung sekitar 15 senti dari lantai, dan kedua tangannya diikatkan pada gelang besi yang ada di lantai.

Si hitam mulai menanyai Nola, masih tentang pengedar obat terlarang. Si hitam menyadari Nola juga tidak akan bisa memberinya informasi, tapi ia dan si botak akan tetap menanyainya untuk memuaskan mereka.

Si botak mendekati Nola dari belakang. Dengan posisi tergantung terbalik dan kaki terbuka lebar, nonok Nola terlihat jelas oleh si botak. Kemudian ia mengambil pentung polisi yang dibawanya dan memasukkanya ke dalam nonok Nola. Nola menjerit-jerit kesakitan, berteriak memohon si botak berhenti menyakiti dirinya, tapi si botak tidak mempedulikannya. Ia malah terus menekan petungannya makin dalam ke nonok Nola. Nola meronta-ronta menarik-narik ikatan di tangannya tanpa hasil. Ia mulai menggerakan pentungan itu keluar masuk nonok Nola, sementara si hitam melihatnya sambil tertawa senang. Si botak akhirnya menarik pentungan itu keluar dan memasukan jarinya ke dalam nonok Nola untuk memeriksa apakah nonok Nola sudah mengeluarkan cairan.

Click image for larger version  Name: DSC_0091.jpg‎ Views: 88 Size: 41,8 KB ID: 148329 Click image for larger version  Name: DSC_0098.jpg‎ Views: 85 Size: 39,2 KB ID: 148330 Click image for larger version  Name: DSC_0119.jpg‎ Views: 178 Size: 55,6 KB ID: 148331 Click image for larger version  Name: tali kuning.jpg‎ Views: 132 Size: 41,6 KB ID: 148332

Si botak melihat selain cairan lendir birahi menempel pada jarinya, darah perawan Nola terlihat melumuri jarinya. Si hitam masih terus menanyai Nola tanpa bisa dijawab oleh Nola. Ia kemudian mengambil sebuah pecut. Pegangan pecut tadi adalah sebuah ****** ******an dan pecut itu terdiri dari sepuluh jalinan sekaligus dengan panjang sekitar 40 senti. Si hitam memperlihatkan pecut itu pada Nola, dan Nola kembali menjerit-jerit minta ampun. Ia hanya tersenyum dan kembali menanyainya. Ketika Nola masih tidak bisa menjawab, Ia mendekati Nola dan mengayunkan pecutnya ke selangkangan Nola. Sepuluh jalinan pecut tadi tepat mendarat di nonok Nola, berlanjut ke perutnya. Rasa sakit yang ditimbulkan membuat Nola tersentak dan tidak bisa bernafas selama beberapa detik. Selanjutnya jerit kesakitan Nola terdengar melengking. Ia terus mengayunkan pecutnya ke selangkangan Nola. Sebelum akhirnya ia berhenti sejenak beristirahat. Sedangkan Nola terus menjerit-jerit ketika rasa sakit di nonoknya terus menyegat menyakiti seluruh tubuhnya. Ketika jeritan Nola berhenti, kembali ia mengajukan pertanyaan. Ketika masih tidak bisa dijawab oleh Nola, empat ayunan pecut kembali diayukan ke selangkangan Nola. Jeritan Nola kembali terdengar. Nola tak berdaya melindungi dirinya. Dan ia tidak bisa menjawab pertanyaan si hitam untuk bisa menghentikan ia terus memecuti dirinya. Nola masih terus dipecut untuk beberapa menit kemudian.

Akhirnya kedua polisi tadi berhenti dan menjauhi Nola sambil berdiskusi. Mereka berbisik dan menunjuk nunjuk ketiga gadis itu, kadang tertawa senang, sampai akhirnya mencapai sebuah keputusan. Si botak mengambil sebuah botol minuman keras dari lemari. Kedua polisi itu masing-masing meneguk botol itu, sebelum mereka kembali mendekati ketiga gadis itu. Tangan Nola dilepaskan dari ikatan di lantai. Kemudian kedua pergelangan tangan Nola diikat dengan tali yang tergantung pada langit-langit. Ketika tali-tali itu ditarik dan dikencangkan, Nola sudah tergantung pada kaki dan tangannya. Posisi tubuh Nola tergantung dengan bagian depan menghadap ke atas, kepalanya terdongak tergantung, dengan ketinggian tepat untuk diperkosa. Sedangkan Widi hampir kehabisan nafas, setelah sekian lama disengat oleh aliran listrik setiap lima detik sekali. Setiap kali listrik itu mneyengat rintihan terdengar dari bibir Widi yang memucat. Si hitam kemudian mematikan mesin listrik tadi, membuat tubuh Widi terjatuh lemah lunglai, membuat ****** ******an logam tadi terbenam makin dalam ke nonok Widi, dan Widi mengerang kesakitan. Tubuhnya masih tergantung dengan tangan terikat ke langit langit dan kakinya masih terbuka lebar.

Kuda kuda tadi dipindahkan, ****** ******an logam juga dikeluarkan dari nonok Widi. Ikatan pada kaki Widi dikendorkan, sedangkan tali pada pergelangan tangan Widi ditarik. Sekarang Widi tergantung terangkat dari lantai dengan kaki terbuka lebar dan seluruh berat badannya bergantung pada ikatan pada tangannya. Persis dengan posisi Lucy pada permulaan tadi. Widi baru berusaha mengumpulkan tenaganya kembali ketika si botak mendekati dirinya. Ia kemudian menuangkan minuman keras dari botol yang dipegangnya ke dalam mulut Widi. Widi menelan cairan itu, lalu terbatuk-batuk ketika tenggorokannya terasa panas karena minuman itu.



Kemudian ikatan pada tangan Widi dilepaskan dan Widi dibantu untuk berdiri di kedua kakinya. Ia terus menuangkan minuman keras ke mulut Widi, perlahan pucat dari wajah Widi mulai menghilang. Ketika kesadaran Widi pulih seluruhnya, ia melihat Lucy yang tergantung di dinding dan Nola yang digantung pada kedua tangan dan kakinya di tengah ruangan. Kedua polisi tadi telah melepaskan seluruh pakaiannya.

Si botak kemudian mendorong tubuh Widi hingga jatuh berlutut.
Kemudian si botak mendekatkan ******nya yang masih lemas ke mulut Widi dan memerintahkannya untuk mengulum ****** itu. Widi teringat pada sebuah film dewasa yang pernah dilihatnya bersama Lucy dan Nola, dan ia menyadari apa yang diinginkan oleh polisi itu, Widi juga terlalu takut untuk menolak perintah itu. Widi kemudian memasukan ****** itu dalam mulutnya dan mulai mengulumnya membuat ****** itu mengeras dan membesar. Si hitam berbalik mendekati Nola. Kepala dan nonok Nola tepat tergantung setinggi pinggang si hitam. Ia kemudian mendekati kepala Nola. Nola berusaha mengangkat kepalanya berusaha melihat semua yang dilakukan oleh kedua polisi tadi. Si hitam menarik kepala Nola hingga terdongak ke atas lagi dan mendekatkan ******nya pada mulut Nola. Nola juga menuruti kemauannya, mengulum dan menjilati ******nya, takut akan apa yang mungkin akan terjadi jika ia menolaknya.

Kedua ****** polisi tadi segera mengeras dan membesar. Keduanya sudah sangat bernafsu. Si botak yang sedang memperkosa mulut Widi sedang bersiap-siap untuk memperkosa Lucy. Karena tubuh Lucy yang tergantung tinggi dari lantai, ia membutuhkan sebuah kotak untuk bisa menambah tingginya hingga ******nya bisa masuk ke nonok Lucy.

Tapi ternyata kotak itu terlalu tinggi hingga terpaksa ia menekuk kakinya untuk bisa mengarahkan kepala ******nya ke bibir nonok Lucy. Ketika ia meluruskan kakinya, penisnya terdorong masuk ke nonok Lucy yang terluka karena penyiksaan tadi. Lucy kembali mengeluarkan jerit kesakitan. Kakinya yang terikat erat membuat ia tidak ikut terangkat ke atas ketika ****** si botak mulai masuk ke nonoknya. Si botak mulai bergerak keluar masuk, membuat nonok Lucy yang sudah terluka bertambah sakit dan nyeri. Ia terus bergerak selama beberapa menit sebelum akhirnya mengerang dan menyemburkan pejunya ke dalam nonok Lucy. Si hitam sudah mulai memperkosa Nola. Dengan tubuh tergantung demikian, ia dengan mudah dapat berdiri di antara kedua kaki Nola dan memasukan ******nya ke dalam nonok Nola. Tali-tali yang mengikat Nola membuat tubuh Nola dapat berayun ke segala arah. Si hitam berdiri tepat di depan selangkangan Nola. Ia memasukan dua jarinya ke dalam nonok Nola dan mulai menggerakannya keluar masuk sampai cairan keluar dari nonok Nola. Ia kemudian mendekat dan memasukan ******nya ke dalam nonok Nola. Tubuh Nola mulai berayun ke depan. Ia memegangi pinggang Nola dan menariknya kembali ke belakang membuat ******nya terbenam makin dalam ke nonok Nola. Kemudian si hitam hanya perlu berdiri dan memegangi pinggang Nola sambil menarik dan mendorong tubuh Nola ke depan dan ke belakang membuat ******nya keluar masuk nonok Nola. Ia terus menikmati nonok Nola untuk beberapa saat. Sedangkan Nola hanya bisa berteriak kesakitan setiap kali ****** yang besar menerobos masuk ke nonoknya yang masih sempit. Akhirnya setelah beberapa menit si hitam mencapai orgasme, dan menyemprotkan pejunya ke nonok Nola.

Kedua polisi itu sudah puas dengan orgasme pertama mereka, dan mereka berdua bersiap untuk kembali mempermaikan ketiga gadis itu lagi. Widi, Nola dan Lucy masing-masing diberi minuman keras oleh mereka untuk menyadarkan mereka dari shock perkosaan yang baru mereka alami. Lucy dan Nola dibiarkan tergantung pada posisi mereka ketika diperkosa tadi. Si hitam mendekati lemari dan kembali dengan membawa sebuah alat kejutan listrik. Di ujung alat yang berbentuk seperti ketapel itu terdapat bulatan lugam. Jika bulatan logam itu ditempelkan pada tubuh seseorang maka tubuh orang itu akan disengat oleh aliran listrik yang kuat. Ia mendekat pada Widi dan menempelkan ujung alat itu pada pantat Widi. Kejutan listrik yang terjadi membuat tubuh Widi terlompat dan mengejang disertai jerit kesakitan Widi.

Kemudian Widi ditarik mendekat pada Lucy. Widi berlutut di hadapan Lucy. Kemudian ia diperintahkan untuk memasukan jarinya ke nonok Lucy. Widi mulanya menolak, tapi ia berubah pikiran melihat ujung alat yang dipegang oleh si hitam mendekat ke susunya. Widi mulai memasukan dua buah jarinya ke nonok Lucy yang baru saja diperkosa oleh si botak. Jari Widi dengan mudah masuk karena peju si botak masih terlihat mengalir keluar dari nonok Lucy. Si hitam kemudian memerintahkan agar Widi memasukan satu jari lagi. Tiga jari Widi masih dapat dengan mudah masuk ke nonok Lucy. Ketika Widi mendorong masuk keempat jarinya sekaligus, nonok Lucy mulai terasa sempit. Widi harus mendorong lebih keras agar jari-jarinya bisa masuk, yang mengakibatkan Lucy mengerang kesakitan. Akhirnya dengan dorongan keras keemapt jari Widi bisa masuk ke nonok Lucy. Setelah itu si hitam akhirnya menyuruh Widi memasukan seluruh jari dan tangannya masuk ke nonok Lucy.

Widi menarik jarinya dari nonok Lucy dan menggelengkan kepalnya menolak perintah si hitam. Ujung alat si hitam menempel ke buah dada Widi. Widi berteriak kesakitan, dan tubuhnya terlempar ke lantai. Ia terus mendekati tubuh Widi. Alat itu selanjutnya menempel di selangkangan Widi. Widi kembali berteriak kesakitan. Widi kemudian merangkak mendekati Lucy yang tergantung di dinding. Ketika tubuh Widi kembali disentuh oleh alat tadi, Widi memasukan seluruh jarinya ke nonok Lucy. Lucy menjerit-jerit kesakitan. Widi berusaha keras agar dirinya tidak disakiti lagi oleh si hitam, berusaha memasukan tangannya ke nonok Lucy yang makin lama menjerit makin keras dan memilukan. Widi terus berusaha mendorong kelima jarinya masuk ke nonok Lucy, perlahan berusaha mengurangai rasa sakit yang diderita oleh Lucy. Tapi tangan Widi adalah benda terbesar yang pernah berusaha masuk ke nonok Lucy. Dan ketika bibir nonok Lucy melebar berusaha dimasuki oleh tangan Widi, rasa sakit yang ditimbul semakin menjadi-jadi.

Akhirnya dengan satu dorongan keras seluruh jari Widi masuk ke dalam nonok Lucy. Ketika pangkal ibu jari Widi masuk bersamaan dengan keempat jari Widi dan membuat bibir nonok Lucy membuka tambah lebar, Lucy berteriak dan menronta-ronta kesakitan. Ketika seluruh telapak tangan Widi masuk, bibir nonok Lucy menjepit erat pergelangan tangan Widi. Widi dapat merasakan bagian dalam nonok Lucy berdenyut-denyut. Sedangkan Lucy merasa dirinya seperti hamil merasakan tangan Widi masuk seluruhnya. Si hitam kemudian menempelkan kembali alat listrik tadi ke susu Widi. Ketika tubuh Widi terlompat kesakitan, tangan Widi tertarik dari nonok Lucy. Tangan Widi tertarik sebagian keluar dan tersangkut pada nonok Lucy. Lucy kembali menjerit kesakitan. Sedangkan Widi hanya bisa menangis. Perlahan Widi berhasil menguasai dirinya dan menyadari sebagian tangannya masih ada di dalam nonok Lucy. Widi kemudian berusaha menarik tangannya dan setelah beberapa saat tangan itu berhasil ditariknya keluar dari nonok Lucy. Lucy terus berteriak dan menjerit kesakitan sementara si botak dan si hitam menonton sambil tertawa senang melihat Lucy meronta-ronta kesakitan. Si hitam kemudian mendekatkan alatnya pada nonok Lucy. Jeritan Lucy, terdengar seperti binatang yang sangat kesakitan, melolong tinggi. Lucy terus dibiarkan tergantung pada dinding. Sementara itu Lucy sendiri masih terus menangis dan merintih kesakitan, merasakan nonoknya yang bagaikan terobek oleh masuknya tangan Widi tadi.

Kedua polisi itu bersiap untuk menyiksa Widi sekarang. Pertama-tama mereka membawa Widi kembali ke tengah ruangan. Si botak kemudian mengambil sebuah benda yang membuat wajah Widi memucat ketakutan. Benda itu berupa logam sepanjang satu meter dengan dua buah ****** ******an logam dilas pada tengah-tengahnya. ****** ******an yang satu berukuran besar, sekitar 25 senti panjang dan berdiameter 10 senti. Yang satu lagi panjangnya 15 senti dan berdiameter sekitar 3 senti. Tangan Widi kembali diborgol ke belakang. Kedua puting susunya dijepit oleh jepitan yang pernah dijepitkan pada puting susunya tadi. Jepitan yang akan menjepit makin keras jika kabel yang ada diujungnya ditarik. Kembali Widi menjerit ketika puting susunya yang sekarang berwarna ungu kembali dijepit oleh jepitan buaya itu. Kemudian kabel tadi ditarik dan kemudian diikatkan pada gelang besi yang ada di langit-langit. Sekarang puting susu dan susu Widi tertarik keatas sehingga Widi berusaha berjinjit untuk mengurangi rasa sakit yang timbul. Selanjutnya batang besi tadi diletakan diantara kedua kaki Widi dengan ****** ******an yang berukuran besar di depan. Tali-tali dari langit-langit diikatkan pada kedua ujung batang logam tadi dan untuk kemudian tali itu ditarik hingga batang logam tadi terangkat ke atas, menuju ke arah nonok dan dubur Widi. ****** ******an yang besar bersentuhan dengan bibir nonok Widi. Si hitam mengarahkan agar ujung ****** ******an logam itu tepat di liang nonok Widi. Si botak terus menraik tali yang mengikat batang tadi. ****** ******an itu mulai membuka bibir vagina Widi dan menerobos masuk. Widi menjerit kesakitan ketika nonoknya melebar berusaha dibuka oleh ****** ******an logam tadi yang terus masuk karena batang tadi ditarik ke atas oleh si botak. Kemudian ****** ******an yang lebih kecil mulai menempel ke liang dubur Widi. Widi menjerit ketakutan menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ketika ****** ******an kecil itu mulai menempel, tubuh Widi ikut terangkat ke atas. Liang duburnya tidak membuka untuk ****** ******an yang kecil itu. Tapi berat tubuh Widi, membuat tubuh Widi yang pada mulanya ikut terangkat perlahan turun. Dan itu menyebabkan liang dubur Widi mulai membuka perlahan dimasuki oleh ****** ******an kecil tadi. Rasa sakit yang dirasakan oleh Widi tak terkira. Widi belum pernah merasakan satu bendapun masuk ke dalam duburnya yang kecil dan sempit. Tapi sekarang liang dubur itu terbuka perlahan, diterobos oleh ****** ******an logam itu. Untuk sesaat Widi melupakan ****** ******an besar yang juga terus terbenam masuk ke nonoknya karena sakit yang terasa amat sangat terdapat pada duburnya. Perlahan seluruh ****** ******an tadi terbenam seluruhnya ke nonok dan dubur Widi. Tapi logam itu terus terangkat membuat tubuh Widi juga ikut terangkat dari lantai.

Dengan tangan terborgol ke belakang Widi tidak bisa menjaga keseimbangannya ketika tubuhnya terangkat dari lantai. Tubuh Widi mulai terjatuh ke depan, sampai akhirnya tertahan oleh kabel yang terikat pada jepitan di puting susu Widi. Widi menjerit-jerit ketika jepitan itu menjepit makin dalam karena tertarik oleh tubuhnya yang jatuh ke depan. Widi terus menerus menjerit sampai akhirnya tubuh Widi benar-benar terangkat dari lantai dengan tergantung pada kabel yang ada di puting susunya dan dua ****** ******an yang masuk dan mengangkat tubuhnya dari lantai. Ketika selesai, tubuh Widi tergantung sekitar satu meter dari lantai. Kedua polisi itu bergantian mendorong tubuh Widi hingga terayun-ayun membuat Widi menjerit kesakitan karena kabel jepitan yang ada di puting susunya ikut tertarik. Puting susu dan buah dada Widi tampak memerah dan kemudian berubah menjadi ungu karena terus menerus ditarik dan dijepit makin keras. Akhirnya mereka puas mendengar jerit kesakitan dari Widi. Mereka menurunkan batang logam tadi sehingga sekarang Widi bisa berdiri di atas kedua kakinya tapi kedua ****** ******an yang jepitan tadi masih ada di tempatnya masing-masing.

Penyiksaan pada diri Widi membuat nafsu pada kedua polisi itu bangkit lagi. Satu-satunya gadis yang masih tersisa adalah Nola, yang masih tergantung terlentang pada kaki dan tangannya. Mereka berdua mendekati Nola. Si hitam mendekati kepala Nola sedangkan si botak berdiri di depan selangkangan Nola. Si hitam memasukan ******nya yang masih lemas ke mulut Nola, sementara si botak memasukan tiga jarinya ke dalam nonok Nola dan melebarkan bibir nonok Nola. Nola meronta kesakitan, tapi ia hanya bisa berayun-ayun dalam ikatannya, sedangkan mulutnya sudah dipenuhi oleh ****** yang terus membesar dan mengeras. Ketika ****** telah mengeras seluruhnya, ia memberi tanda pada si botak dan mereka bertukar tempat.

Mereka mulai memperkosa Nola secara bersamaan. Sebuah ****** yang lemas kembali masuk ke dalam mulutnya dan ****** si hitam yang keras dan tegang masuk ke dalam nonoknya. Kembali tubuh Nola berayun kedepan dan belakang. Dan ketika ****** si botak telah mengeras seluruhnya ia mendorong ****** itu makin dalam ke tenggorokan Nola. Dalam sesaat nonok dan tenggorokan Nola mulai diperkosa oleh ****** si hitam dan si botak. Setelah beberapa menit kedua polisi itu mencapai puncak dan keduanya menyemburkan pejunya ke nonok dan mulut Nola.

Ketiga gadis itu tergantung kesakitan dalam ruangan itu. Lucy tergantung di dinding. Kakinya terikat pada lantai dan terbuka lebar. Tangannya terasa sakit karena terikat dan menanggung berat tubuhnya. Widi berdiri dengan tangan terborgol ke belakang. Jepitan pada puting susunya membuat Widi tidak berani bergerak sedikitpun. Dan di antara kedua kakinya terdapat batang logam dengan dua buah ****** ******an logam yang terbenam masuk ke nonok dan duburnya. Nola terikat dan tergantung pada kedua kai dan tangannya. Nonoknya teluka karena dipecuti dan dirinya baru diperkosa secara bersamaan.

Setelah beristirahat sejenak kedua polisi tadi mulai lagi membuat ketiga gadis itu saling menyiksa temannya masing-masing. Nola diturunkan dari ikatan. Si hitam memberinya minuman keras untuk memulihkan seluruh kesadarannya. Ia kemudian menyerahkan pecut yang tadi dipergunakannya pada Nola sendiri. Sedangkan Lucy serta Widi masih terikat dan tergantung di ruangan itu. Si hitam kemudian memerintahkan Nola agar mulai memecuti mereka, sampai mereka menyuruh Nola berhenti. Dan jika ia tidak menuruti perintah itu, Noal sendir yang akan merasakan pecut itu sekali lagi. Nola tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah itu.

Nola mendekati tubuh Lucy yang masih tergantung. Seluruh tubuh Lucy terpampang dan dapat dipecuti oleh Nola. Nola berbisik mohon maaf ketika dirinya makin dekat dengan Lucy. Dengan ragu-ragu ia mengayunkan pecutnya ke paha Lucy. Lucy menjerit kesakitan, tapi si hitam berteriak agar Nola mengayunkan pecut itu lebih keras lagi. Kembali Nola mengayunkan pecutnya ke paha Lucy, yang membuat Lucy menjerit lebih keras lagi. Hitam kemudian merampas pecut itu dari tangan Nola dan menyuruh Nola membungkukan badannya. Nola terdiam. Si hitam mengancam akan menghukum Nola lebih menyakitkan jika Nola tidak menuruti perintahnya. Nola berbalik dan membungkukan badannya. Si hitam mengayunkan pecut tadi sekuat tenaga mengarah pada pantat Nola. Nola menjerit dan jatuh tersungkur ke lantai, tangannya menutupi bekas merah yang timbul pada pantatnya. "Bangun!" si hitam berteriak. Tubuh Nola tidak bertenaga untuk bangkit setelah pecutan yang sangat menyakitkan tadi. Ketika melihat Nola tetap berbaring di lantai ia mulai mengayukan pecutnya lagi. Pecut itu mendarat di perut Nola kemudian pada punggung Nola. Nola berusaha bangkit untuk menghentikan pecutan tersebut. Dan ketika ia berhasil berdiri dengan sempoyongan, ia menghentikan pecutannya.

Ia menunggu hingga Nola membungkuk lagi. Pecutan yang datang lebih keras dari sebelumnya. Nola berusaha bertahan dengan menggigit bibirnya agar tidak tersungkur lagi. Ia terus menjerit kesakitan tapi tetap berdiri membungkuk. Ia kemudian menyerahkan pecutnya kembali ke Nola dan menyuruhnya agar menggunakan tenaganya.

Nola mengambil pecut itu dan berjalan tertatih-tatih mendekati Lucy. Pantatnya terasa sangat sakit dan ia tidak ingin si hitam kembali memecutnya. Nola kemudian mengayunkan pecut pada paha Lucy sekuat tenaganya. Lucy kembali menjerit. Si hitam mengangguk dan melihat Nola mengayunkan pecutnya lagi. Kembali jeritan Lucy terdengar.

Ia kemudian menyuruh Nola memecuti Lucy dari depan. Nola menangis selain karena sakit yang dirasakannya pada pantatnya, juga karena ia menyiksa sahabatnya Lucy. Nola mengayunkan pecutnya ke puting susu Lucy. Lucy menjerit dan mengejang. Kembali pecut itu mendarat di puting susu Lucy. Selanjutnya pecut itu mengarah ke nonok Lucy. Jeritan Lucy makin tinggi dan keras sekarang. Ia membiarkan Nola memecuti puting susu dan nonok Lucy untuk beberapa saat. Si hitam kemudian memerintahkan agar Nola memasukan gagang pecut yang berbentuk ****** itu ke nonok Lucy. Nola memandang gagang itu ketakutan, tapi si hitam mendekatinya membuat ia segera melaksanakan perintah tadi. Nola mulai mendorong gagang pecut tadi masuk ke nonok Lucy. Lucy mengerang kesakitan ketika dirasakannya ujung gagang itu mulai memasuki nonok yang terluka tadi. Nola perlahan berhasil memasukan sekitar 20 senti dari gagang itu ke dalam nonok Lucy. Sementara Lucy terus merintih kesakitan.

Si hitam kemudian menyuruh Nola menggerakan gagang pecut itu. Nola segera menggerakan gagang pecut tadi keluar masuk nonok Lucy. Lucy menrintih dan meronta-ronta ketika nonok yang telah terluka karena tangan Widi tadi kembali digesek-gesek oleh gagang pecut yang kasar. Nola terus menggerakan gagang tadi selama beberapa menit, sebelum si hitam menyuruhnya untuk berhenti.

Si botak kemudian mendekati Lucy dan melepaskan ikatannya. Tubuh Lucy langsung ambruk ke tanah. Memau-memar dan garis-garis merah terlihat di sekujur tubuh Lucy. Ia kembali menuangkan minuman keras ke mulut Lucy untuk menyadarkannya. Setelah beberapa saat Lucy mampu berdiri di atas kakinya. Sementara itu Nola kembali diperintahkan untuk memecuti tubuh Widi. Nola mengayunkan pecutnya ke punggung Widi. Tubuh Widi terlonjak sehingga puting susunya makin terjepit dan membuat ia berteriak kesakitan. Nola memecut Widi sebanyak empat kali. Perut, pantat, dan susunya mendapat pecutan dari Nola dan Widi menangis keras ketika akhirnya Nola berhenti.

http://img.kapanlagi.com/free/widi_ab_three_01.jpg

Widi kemudian dilepaskan. Jepitan dari puting susunya dilepaskan dan kedua tangannya juga dibebaskan dari borgol. Widi berusaha mengeluarkan kedua ****** ******an tadi dari nonok dan duburnya tapi ia merasa kesakitan setiap kali ia berusaha menariknya keluar. Akhirnya si botak dan si hitam secara bersamaan menarik batang loga tadi dengan brutal. Ketika mereka menarik batang logam tadi, kedua ****** ******an itu tertarik keluar dan membuat Widi menjerit, dan terlihat darah melumuri kedua ****** ******an tadi. Widi menutupi nonok dan duburnya denga tangannya berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Sekarang ketiga gadis itu telah selesai disiksa oleh si botak dan si hitam. Kelima orang di ruangan itu semuanya telanjang bulat. Ketiga gadis itu telah dibebaskan dari semua ikatan mereka. Kedua polisi itu lalu berpakaian kembali, dan memakaikan pakaian penjara kepada ketiga gadis itu. Sekarang mereka bertiga terbaring lemah dalam sebuah sel yang terkunci. Si botak dan si hitam akan mulai menanyai mereka lagi keesokan harinya.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?