Kejadian ini aku alami sekitar tahun 1980-an, ketika aku melakukan studi/belajar di salah satu perguruan tinggi terkenal di Jawa Tengah. Aku tinggal di salah satu tempat kost-kostsan mahasiswa, waktu itu kami menempati satu kamar yang cukup besar, dihuni bersama 2 orang mahasiswa lain yang kebetulan satu daerah dengan ku. Jadi kami ber-tiga menempati kamar yang cukup baik untuk ukuran mahasiswa saat itu. Diantara kami bertiga, ada salah seorang yang kebetulan membawa motor, jadi kadang-kadang kami bergantian pinjam motor untuk hal yang mendesak dengan konsekuensi siapa yang memakai motor tersebut pada saat kembali BBM harus dalam keadaan penuh (full tank).
Selama kurun waktu setengah tahun, kami menjalani kehidupan sebagai mahasiswa sebagaimana layaknya mahasiswa yang lain, karena kami berasal dari luar kota, maka dalam segi keuangan kami saling bantu, terutama apabila ada diantara kami yang terlambat menerima kiriman. Bukannya sombong, kami bertiga di kelas termasuk mahasiswa yang cukup dipandang karena prestasi akademis kami di atas rata2, jadi hampir setiap hari tempat kost kami selalu didatangi temen mahasiswa lain yang umumnya saling mencari informasi, apalagi pada saat2 ada tugas-tugas yang harus diselesaikan.
Singkat cerita, sekitar bulan ke-8 aku sebagai mahasiswa, ada salah seorang teman mahasiswa dari daerah lain yang harus di opname karena mengalami kecelakaan lalu lintas, kondisinya tidak begitu parah sih, tetapi harus tetap di opname sekitar 5 hari.
Sebagai teman dan karena rasa solidaritas, hampir tiap hari kami bertiga bezuk ke rumah sakit yang kebetulan hanya berjarak 500 m dari tempat kost kami, dari sinilah awal perkenalan kami dengan salah seorang perawat yang cukup menarik dan cantik, kita sebut saja mbak Sri, yang ternyata juga kost tidak jauh dari rumah sakit. Mbak Sri berasal dari luar kota dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. Awalnya kami hanya pertemanan biasa, pada saat tidak bertugas dan kebetulan kami tidak ada kuliah, mbak Sri suka main ketempat kost kami dan biasanya bersama teman sekamar yang perawat juga, dan biasanya pula ada saja makanan yang dibawa, kami sebagai anak kost tentunya seneng-seneng saja menerima kedatangan mbak Sri yang cantik dan ramah, apalagi selalu membawa makanan.
‘Witing tresno jalaran soko kulino’ demikian pepatah jawa yang kurang lebih artinya ‘awal timbulnya perasaaan cinta/sayang disebabkan karena seringnya ketemu’, demikian juga yang terjadi pada kami. Entah apa dasarnya, dari kami bertiga ternyata mbak Sri lebih memilih aku, hal ini dapat dicirikan dengan lebih sering minta tolong atau minta antar ke suatu tempat ke aku.
“Dri tolong anterin ke ....’ demikian mbak Sri menyebut penggalan namaku, dan biasanya kalo sedang tidak dipakai, aku pinjam motor temenku mengantar mbak Sri ke tempat yang diinginkan.
Karena kedekatan kami yang semakin akrab, sehingga kunjungan jadi terbalik, aku lebih sering berkunjung ke tempat kost-kostan mbak Sri yang hanya berjarak 300 m dari tempatku. Mbak Sri kost pada suatu keluarga yang dihuni oleh sepasang suami istri dengan anak 1 umur 3 tahun dan seorang ibu yang kelihatannya sudah sakit-sakitan karena sudah lanjut usia. Rumah itu terdiri dari rumah induk dengan 3 kamar dan sebuah paviliun. Kamar depan ditempati oleh pasangan suami-istri dengan 1 anak, kamar tengah ditempati mbak Sri bersama 1 orang teman yang sama-sama perawat dan kamar belakang ditempati ibu yang sudah lanjut usia. Sementara paviliun di sewa oleh sepasang suami istri yang masih pengantin baru.
Malam minggu merupakan acara wajib mengunjungi mbak Sri, biasanya kami hanya jalan-jalan disekitar keramaian yang tidak jauh dari tempat kost-kostan, kadangkala hanya sekedar nyari sate ayam atau sate + gule kambing kegemaran kami berdua. Dan yang bayar secara bergantian, tetapi lebih banyakkan mbak Sri yang biasa traktir. Acara malem minggu biasanya dilanjutkan ngobrol di tempat kost mbak Sri sampe jam 11-12 malem. Sejauh ini tidak ada kejadian-kejadian istimewa sehubungan dengan hubungan seorang pria dan wanita, hanya ngobrol, jalan dan ngobrol.
Pada malam minggu berikutnya, kebetulan teman yang punya motor sedang pulang ke daerahnya, maka aku pinjam motor untuk ngapelin mbak Sri, kami berangkat pukul 7 malem, putar-putar ke beberapa tempat sambil nyari tempat makan, selesai makan jam 9-an mbak Sri ngajak ke suatu tempat yang katanya tempat para pasangan memadu kasih, dari tempat tersebut kita dapat melihat gemerlapnya kota karen kami berada di ketinggian. Awalnya kami hanya ngobrol sambil duduk di rerumputan dengan pandangan menikmati indahnya lampu berwarna warni di kejauhan, didorong oleh suasana, kami ngobrol sambil berpegangan tangan sambil bersenda gurau, ketawa-ketiwi, hingga pada suatu momen entah sengaja atau tidak, pipi kami saling bersentuhan, kami sama-sama kaget dan saling pandang, tapi tidak lama, entah ada kekuatan dari mana aku dekatkan bibirku ke wajah mbak Sri dan secara tiba-tiba bibir kami saling bersentuhan ringan, hanya sekilas kemudian kami saling berpandangan tanpa sepatah katapun.
“Kenapa Dri?” Tanya mbak Sri memecah kecanggungan, aku jadi salah tingkah dan bingung harus ngomong apa, akhirnya hanya diam seribu basa. Kali ini mbak Sri mengambil inisiatif, diraihnya tanganku kemudian didekatkanya bibirnya ke bibirku sampai akhirnya aku merasakan sedotan ringan yang cukup mantap. Rupanya mbak Sri sudah berpengalaman dalam hal ini, dan naluriku merespon sedotan bibir mbak Sri dengan kembali menyedot ringan seperti apa yang dilakukan mbak Sri. Rupanya inilah yang disebut dengan ciuman, ciuman dari bibir ke bibir, dan sesungguhnya aku belum pernah mengalami sebelumnya.
Suasana sangat mempengaruhi keadaan kami berdua, akhirnya pagutan bibir kami makin inten dengan dekapan yang cukup erat. Aku merasakan lidahnya mencari-cari sesuatu dan secara naluri aku sedot lidahnya sampai mbak Sri tersengal-sengal.
Satu per satu pasangan yang mungkin sama melakukan seperti yang kami lakukan, meninggalkan lokasi dan akhirnya kamipun meningggalkan lokasi dengan pertimbangan keamanan. Saat kami berboncengan motor, terasa mbak Sri makin mesra, dipeluknya aku dengan kuat dan terasa tonjolan kenyal di punggungku yang menambah kemesraaan kami berdua.
Sesampainya di tempat kost, kami meneruskan ngobrol sabil saling memegang dan meremas jari-jari kami.
“Dri, kamu gak usah pulang”, tiba-tiba mbak Sri melontarkan pernyataan yang bagiku bagai suara halilintar ..... rupanya mbak Sri mengetahui kebingunanku, “Aku Cuma sendirian, temenku tadi sore pulang kampung karena hari Senin kebagian libur” lanjut mbak Sri mempertegas pernyataan pertamanya. Hal ini makin membingungkan, “Nanti seperti biasa, Andri pamitan ke mbak .... (nama yang punya rumah), tapi gak pulang, masuk kekamarku” makin jelas pernyataan mbak Sri. Akhirnya aku menyetujui usulnya mbak Sri, siapa sih yang tidak menyambut tawaran seperti ini?.
Sekitar pukul 11.30 malem, seperti biasa aku pamitan ke yang punya rumah dari balik pintu, sambil agak berteriak “mbak, aku pulang dulu” ... “ya silahkan mas Andri” terdengar jawaban dari dalam kamar. Kemudian aku diseret ke kamar tengah secara berhati-hati, disuruh menunggu disitu, sementara mbak Sri kembali lagi ke pintu depan, sambil ngomong “Ati-ati ya”, sambil menutupkan pintu dan menguncinya, sengaja agak keras agar terdengan tuan rumah bahwa tamunya sudah pulang.
Tidak lama mbak Sri masuk kamar dan menguncinya dari dalam, sementara aku masih berdiri bengong di dalam kamar tanpa tau yang harus kulakukan. “Tidurnya di bawah saja, kalo di atas takut berderit tempat tidurnya” bisik mbak Sri di telingaku, aku mengiyakan tanda setuju. Kemudian dengan sangat berhati-hati, agar tidak membuat kegaduhan, mbak Sri mencari-cari sesuatu di lemari, rupanya yang dicari adalah celana training dan kaos. “Nih ganti biar bajumu gak kusut”, bisik mbak Sri selanjutnya. Dengan rasa canggung, sambil membalikkan badan, aku mengganti bajuku dengan pakaian tidur yang diberikan mbak Sri, sementara itu mbak Sri sibuk menggelar beberapa selimut yang cukup tebal di bawah, rupanya mempersiapkan tempat untuk aku tidur. Tidak lama kemudian kami menempatkan diri masing-masing, aku tidur di bawah, sementara mbak Sri tidur di atas, di tempat tidur. Rupanya rasa kantuk yang biasanya sudah mendera kami, tiba-tiba seperti sirna ditelah keheningan malam.
“Dri, kok diam saja, melamun ya?” mbak Sri berbisik memecah keheningan,
“Apa mbak?” aku balik berbisik karena pertanyaan tadi tidak jelas. Kami sama-sama hilang rasa kantuknya, tapi tidak bisa ngobrol karena takut terdengar dari kamar sebelah. Rupanya mbak Sri memaklumi keadaan ini, akhirnya mbak Sri menurunkan bantalnya dan turun menggeser tidurku.
“Nah kalo gini khan ngobrolnya bisa tenang, gak takut kedengeran dari luar” bisik mbak Sri ditelingaku. Kami melanjutkan obrolan sambil berbisik, sementara kami tidur sambil saling bergesekan karena sempit, tapi rupanya hal inilah yang diinginkan kita berdua.
Aku merasakan remasan lembut pada tanganku, dan tiba-tiba tanganku ditari ke arah dada mbak Sri sambil menyentuh payudaranya, rupanya mbak Sri tidak memakai BH, tidak tau kapan mencopot pembungkus payudara tersebut, mungkin tadi pada saat mbak Sri ke kamar mandi sambil melepas BH-nya.
Aku tidak tau apa yang harus kuperbuat, rupanya ketololanku bisa ditangkap oleh mbak Sri
“Kok diem saja, gak pingin menyentuh dadaku?” bisik mbak Sri sambil menekan dan menggesekkan tanganku ke payudaranya.
Seerrrrr ..... ada perasaaan aneh saat tanganku bersentuhan dengan tonjolan daging yang terasa hangat, akhirnya aku mencoba untuk menyentuh lembut dada mbak Sri dengan telapak tanganku, terasan gundunkan yang kenyal dan di bagian tengan terasa ada tonjolan halus yang makin lama makin keras setiap kali telapak tanganku mengusap tonjolan itu.
“Sssstttt, geli tapi enak Dri” bisiknya lirih seperti orang kepedesan ditelingaku. Suara rintihan itu membangkitkan semangat pada diriku, aku kembali meremas2 payudara mbak Sri sambil mengusap tonjolan yang sudah sangat keras, dan bibirku mencari-cari bibirnya, kami kembali berpagutan sambil tanganku masih asyik meremas dadanya, meneruskan keasyikan yang tadi kami lakukan di tempat pacaran. Rupanya nafsu makin meningkat pada diri kami, aku merasakan adikku sudah sangat tegang dan berusaha menyembunyikannya, malu, jangan sampai bersentuhan, sementara tanganku makin liar meremas-remas dada mbak Sri sampai tanpa sengaja, beberapa kancing daster mbak Sri copot, maka tanganku tidak lagi terhalah oleh apapun dapat menyentuh langsung gundukan daging hangat yang ternyata sangat menggairahkan untuk di raba.
“Terus Dri, sssttttt .... sssttttt” terdengar suara rintihan seperti kepedasan dari mulut mbak Sri, rupanya nafsu mulai menguasai perasaan mbak Sri, dengan masih tetap berpagutan, terasa mbak menggeser badannya dan menarik badanku sehingga akhirnya aku menindih badan mbak Sri. Mau tidak mau, tesasa adik kecilku menyentuh dan bergesekan dengan tumpukan daging lain di antara selangkangan mbak Sri, karena gesekan itu, kaki mbak Sri makin di buka dan terasa sekali alat kelamin kami saling bergesekan. Sampai akhirnya, terasa dengan kasar mbak Sri meremas-remas bokonngku sambil menekan sehingga gesekan kelamin makin inten.
“Auhhhh .... aduuh... ssttt .. auuu” terdengan rintihan mengeluarkan suara-suara aneh, tangan mbak Sri semakin liar menekan-nekan bokongku yang akhirnya dengan taran yang tiba aku merasakan tekanan tanhan pada bokongku disertai bokongnya mbak Sri yang di angkat sambil di goyang secara brutal.
“ooooooohhhhhhh ....... ooohhhhhhhhh ..... uuuuuhhhhhhh” terdengan lenggukan panjang, yang kemudian saya ketahui belakangan bahwa saat itu mbak Sri telah mengalami orgasme. Cengkeraman mbak Sri mulai mengendur dan mengendur sampai akhirnya sama sekali tidak ada tekanan, rupanya mbak Sri tertidur karena kelelahan setelah menerima kenikmatan yang sungguh luar biasa. Akupun karena lelah ikut tertidur sambil tanganku masih menggenggam dan menempel di payudaranya.
Belakangan aku ketahui bahwa mbak Sri pernah berpacaran dan sampai melakukan ML beberapa kali, maka waktu bersentuhan denganku emosinya cepat sekali terusik dan hanya satu yang diinginkan, terpuaskan, dalam bentuk orgasme.
Demikian sekelumit pengalaman pertama kali tidur di tempat kost-kostan anak putri yang kebetulan telah berpengalaman. Masih banyak pengalaman-pengalaman mengasikkan bersama mbak Sri, tetapi aku mencona menunggu dulu respon, apakah cerita semacam ini banyak yang seneng atau justru sebaliknya.
Mudah-mudahan mbak Sri-ku membaca ceritaku ini, aku gak akan melupakan saat-saat indah bersamamu.
No comments:
Post a Comment