Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Saturday, December 26, 2009

Hubunganku Dengan Mbak Kartika


Sebenarnya, sudah lama saya pingin mencerwulankan kisah nyata ini kepada para penggemar cerita seru. Namun karena kesibukan saya, maka baru saat ini dapat menulis dan mengirim ke situs ini. Kisahku ini sebenarnya sudah terjadi kurang lebih 15 tahun yang lalu saat saya berumur 22 tahun. Merupakan kisah percintaanku dengan "Mbak Tika" (bukan nama sebenarnya) yang sangat mengesankan dalam hidupku, bahwa semua itu terjadi begitu cepat dan indah.

Diskripsi singkat pelaku dalam kisahku ini. Aku "Dino" (sebut saja begitu) tinggi badan 175 cm, banyak orang bilang wajahku seperti Antonio Banderas. Sedangkan pacarku "wulan" (bukan nama sebenarnya) calon dokter umum, saat ini sedang PPT di daerah RS. Sarjidto Jogjakarta, wajah mirip Marisa Haque (bakan lebih cantik) umur 22 tahun, tinggi badan 168 cm, kulit kuning langsat, rambut agak ikal. Sedangkan mbak tika, umur 35 tahun, tinggi badan 170 cm, umur kulit kuning cenderung putih bersih. Wajahnya mirip sekali dengan Sandra Dewi (saat ini), dia seorang pengacara ternama di Jogja. Saat ini saya telah memasuki umur 38 tahun, dan sudah menjadi pengusaha muda yang terbilang sukses. Begini kisahnya.....".

Sebut saja namaku dino, saya berasal dari sebuah kampung di Jawa Tengah, yang kebetulan diterima kerja disebuah perusahaan multi nasional di Jakarta. Diawal-awal kerja, saya masih sering pulang kampung setiap minggu sekali, dan sempat bergabung dengan perkumpulan "PJKA" (Pulang Jumat Kembali Ahad-red), maklum bujangan. Saya masih harus sering pulang kampung minimal setiap 2 minggu sekali, karena harus memenuhi kebutuhan batiniah, yaitu apel pacar yang masih kuliah di fakultas kedokteran di universwulans ternama di Jogja. Selain untuk kangen-kangenan juga memberikan suport kepada Wulan kekasihku, karena waktu itu sedang detik-detik akhir dalam menyelesaikan PPT di rumah sakit sarjito.

Biasanya saya pulang jumat sore, namun karena wulanku telepon supaya aku pulang kamis sore, katanya ada hal yang perlu dibicarakan, "penting", maka saya minta ijin kantor untuk pulang. O iya, kantor saya di kawasan hayamwuruk jakarta pusat, sehingga relatif dekat dengan stasiun gambir. Setelah mendapatkan ijin dari bos, dan pekerjaan beres, saya langsung menuju stasiun gambir karena waktu sudah menunjukan pukul 18.00 wib. Saat itu saya sampai di stasiun gambir, kereta yang akan aku naiki sudah "stand bye", dan siap jalan menuju stasiun balapan solo, sehingga saya lansung nyelonong masuk gerbong dan mencari kursi yang masih kosong. Akhirnya saya menemukan kursi kosong di gerbong 6, setelah menaruh tas punggungku langsung aku hempaskan tubuhku di sisi dekat jendela dan menenangkan napasku yang sedikit terengah. Setelah agak rilek, segera saya nyalakan walkman yang selalu menemaniku kemana aja, dan setelah kereta jalan akhirnya aku ketiduran. Namun, belum lelap aku tidur, masih antara mimpi dan sadar sepertinya ada yang duduk disebelahku, dan dari mana dia naik saya pun tidak tahu. Tetapi kalau tidak salah dia naik dari stasiun jatinegara. Karena mata sudah sulit dibuka maka aku tidak memperdulikan siapa yang duduk disebelahku.

Sampai akhirnya datang petugas kereta membangunkanku untuk meminta tiket. Karena saya tidak punya tiket, segera aku keluarkan uang tempel seperti yang biasa kalau aku pulang bersama dengan teman-teman "PJKA". Dan saat saya ngasih, ternyata yang menerima pak karman, sahabat lamaku yang sudah aku kenal (maaf pak karman namanya ga aku sensor, hehe...). Pak karman bertanya padaku, "tumben pulang hari kamis", din? Iya pak, ada keperluan di Jogja. Nah, saya aku ngobrol sebentar dengan pak karman, saya sempat melirik siapa gerangan yang duduk disebelahku, wow...?! ternyata seorang cewek setengah umur, cantik tapi terkesan judes dan galaaak, sehingga aku tidak bernapsu untuk berbasa-basi bertegur sapa, karena yang ada dibenakku hanya ingin segera sampai di Jogja dan ketemu dengan Wulan-ku tersayang. Diapun kelihatannya cuek dan tidak memperdulikan aku juga. Tapi kalau boleh aku jujur sebenarnya batinku, mengakui bahwa cewek yang disampingku mukanya sangat cantik, bersih, modis dan berwibawa. Tapi kalau dibandingkan wulan-ku, "pilih wulan-ku lah, hehe....

Dari pada mikir yang engak-engak, setelah aku balik kaset di walkmanku, akhirnya saya tidur sambil berharap mimpi ketemu dengan wulan pacarku. Ditengah lelap tidurku, tiba-tiba saya merasakan kereta berhenti dan suasana gelaaaap. Antara bingung dan bertanya-tanya sampai dimana kiria-kira, namun semua gerbong gelap dan aku mencoba melongok ke jendela pun gelap, sehingga tidak kelihatan kereta berhenti di daerah mana. Mau bertanya ke perempuan di sebelah, sungkan rasanya. Akhirnya saya mencoba mau keluar dari kursi mau melihat situasi, sehingga mau tidak mau saya harus permisi untuk numpang lewat pada perempuan disebelah saya. Maaf permisi mbak, saya mau keluar sebentar untuk melihat situasi. Namun, betapa terkejutnya saya, ternyata perempuan disebelahku tidak mau memberikan jalan buat saya, dengan suara pelan dia berkata, "tolong dik jangan tinggalkan saya sendirian disini, saya takuut....", karena gelap. "maaf mbak, tapi saya juga kebelet mau ke toilet", jawabku. Tetapi dia tetap tidak mau memberikan jalan buatku. Antara kesel dan kebelet pipis aku tetap nekat mau keluar dari tempat dudukku, namun tiba-tiba tanganku dipegang erat, sambil dia berkata, "please dik, jangan tinggalkan mbak". Saya bener-bener takut, katanya. Akhirnya aku menyerah dan duduk kembali, sambil tetap menahan kencingku. Saya diam seribu bahasa, karena tanganku tetap dipegangi dengan erat olehnya.

Akhirnya, roda kereta terasa bergerak pelan, namun lampu digerbong saya belum juga nyala lampunya. Sebagian gerbong ternyata ada yang nyala, Cuma hanya sebagian saja yang nyala. Sampai akhirnya pak karman, melintas di gerbongku. sehingga aku sempat ngobrol dan bertanya, "mengapa lampu gerbong belum nyala pak", bisa pindah gerbong ga pak? tanyaku. Pak karman menjawab, "khusunya gerbong 6 panel listriknya kebakar dan sulit dibetulkan, dan tidak ada kursi kosong lagi din". Mungkin akan gelap-gelapan terus din sampai Jogja, tambah pak karman. Pak karman, tolong temani mbak ini sebentar dan saya pinjam lampu senternnya, saya mau ke toilet sebentar sudah dari tadi kebelet nich, takut ngompol di celana niih. Ah! Dasar kamu, jawab pak karman. "Ya udah, tapi jangan lama-lama ya din, soalnya aku harus segera mengontrol gerbong-gerbong lainnya", kata pak karman. "Ok, bos", jawabku. Sampai akhirnya aku kembali ke gerbongku yang gelaap...., "makasih pak karman", kataku sambil aku kembali ke kursiku lagi. Saya diam dan tanpa pedulikan perempuan disebelahku. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan pertanyaan perempuan disebelahku, "adik turun mana"?. "Jogja", jawabku sekenanya. "Sama dong dik", dia berkata lagi padaku. Akupun tak berkomentar lagi, karena yang ada dibenakku hanya, "Wulan, wulan dan wulanku.....".

"Dik, saya takut beneran, Adik jangan tinggalkan saya ya", katanya pelan padaku. "Ya", jawabku ketus. Perempuan itu akhirnya memegang lenganku dengan erat, sambil berkata padaku, "maaf ya dik". "Nggak apa-apa", jawabku. "Adik, maaf namanya siapa, saya Kartika (bukan nama sebenarnya), katanya sambil menyalami tanganku". "Saya dino, mbak", jawabku. Wah, tangannya dingin banget, mbak?, tanyaku. "Iya din, mbak takut banget kalau keadaan gelap begini, karena dari kecil saya paling takut dengan keadaan gelap seperti ini", jawabnya. Dalam bathinku, bilang, "wah tangannya halus bangeet.... hampir sama dengan lembutnya tangan wulanku", dan dalam hatiku berkata, maafkan aku sayangku, "ada perempuan yang memeluk erat lenganku". Sampai akhirnya aku ketiduran.

Ditengah tidurku, rasanya ada udara semilir yang menghembus di leherku, dengan mata berat aku lirik, ternyata mbak tika telah tidur pules dengan tetap dengan memegang lenganku, dan kepalanya bersandar di pundaku. Dengan pelan, aku benarkan posisi tidur mbak tika, dengan aku dorong agar kepala bersandar pada sandaran kursi kereta dan dengan pelan-pelan juga tangannya aku coba untuk pindahkan dari lenganku, dan aku betulkan selimutnya untuk menutupi sebagian tubuhnya, sambil berkata dalam hatiku, "maaf ya mbak". Selanjutnya aku, mencoba memejamkan mata lagi. Tapi mata ini terasa tidak mau terpejam segera. Saat itu, aku mencoba melihat dengan dekat wajah mbak tika dalam tidur lelapnya dan dikegelapan malam. "Cantik juga ternyata perempuan ini", bathinku. Namun aku mencoba menetralisir keadaan dengan mengingat kembali wajah wulanku, sampai aku tertidur.

Dalam tidurku, aku merasakan henbusan napas mbak tika di pipiku, ternyata kepala mbak tika kepala mbak tika sudah bersandar kembali dipundak-ku. Sangat terasa sekali napas mbak menerpa pipiku. Sehingga tanpa aku sadari, naluri laki-lakiku mulai bangkit kembali. Pelan-pelan si adik kecilku bereaksi. Aku mencoba memberanikan diri untuk tetap membiarkan posisi mbak tika, dan bahkan saya berani mencoba merengkuh pundak mbak tika untuk menempatkan posisi tidurnya agar lebih nyaman. Dengan aku miringkan sedikit badanku, supaya kepala mbak tika lebih leluasa tidur didalam dadaku sebelah kiriku, sehingga pipinya menempel dipipiku. "Halus sekali pipi mbak tika ini", desisku. Tiba-tiba mbak tika, "mulet badannya dan bangun meliriku", dan aku pura-pura tidur dan seolah-olah tidak menyadari posisi tidur yang terjadi, sambil berdegup kencang, jangan-jangan mbak tika tidak senang dan marah denganku.

Dugaanku meleset, mbak tika ternyata kembali dengan posisi semula dan semakin menempelkan pipinya ke pipiku, dan bahkan bibirnya sangat dekat sekali dengan bibirku. "Aduuh.... harus gimana aku ini", kata bathinku. Saya merasa bersalah sama wulan, namun disisi lain ada perempuan cantik yang tidur dalam pelukanku. "Maafkan aku sayangku...., sebenarnya aku juga tidak berharap semua ini terjadi, tapi karena kondisi yang menyebabkan harus seperti ini". Hembusan napas mbak tika yang pelan dan lembut semakin membuatku semakin tidak bisa tidur, apalagi kalau saya lihat bibir mbak tika yang sedikit terbuka didalam tidur lelapnya semakin, membuat jantung ini berdetak dengan kencang.

Saya mencoba membenahi selimutku sendiri, dan juga selimut mbak tika. Karena aku berharap posisi tidurku dengan mbak tika tidak memancing orang lain untuk melihat, sambil aku melihat situasi dan kondisi yang ada disekwulanrku yang sangat gelap. Yang terdengar hanya suara roda kereta dan napas satu-satu yang sudah tertidur dan bermimpi dengan ceritanya masing-masing.

Aku diam, seribu bahasa, tetapi "si kecilku" berbicara lain, dia semakin tegar dan gagahnya. Karena desakannya yang semakin kuat, mengakibatkan si kecilku menarik rambutnya, sehingga menyebabkan aku jadi salah tingkah. Karena sulit posisiku untuk membenahi posisi "si kecil", karena takut membangunkan mbak tika yang tertidur lelap di pundakku. Dengan sangat tersiksa, akhirnya aku merasakan rambut sikecil kecabut dan rontok. Dengan dag-dig-dug, aku mencoba memberanikan diri untuk menyentuh dan membelai pipi mbak tika dengan tanganku, luar biasa tidak ada jerawat sedikit pun, mulus banget pipi mbak tika ini, kata hatiku. Dan selanjutnya menaruh tangan kiriku yang kesemutan di dada mbak tika dan tangan kananku mencoba membelai rambut mbak tika yang hitam dan panjang. Ternyata mbak tika diam, tidak bereakasi. Tanganku terasa menyentuh buah dada mbak tika, yang ternyata sangat empuk dan besar (walaupun masih terhalang baju dan BH-nya). Hal tersebut semakin membuat "sikecil" kelojotan. Tiba-tiba bayangan wulan hadir.... dalam hatiku berkata, "maafkan aku sayangku", kata hatiku. Mbak tika, merubah posisi tidurnya, dan aku pelan-pelan menarik tanganku dari atas buah dadanya. Semoga mbak tika tidak tahu atas kelakuanku, saat tanganku mencoba menyentuh buah dada dan membelai rambutnya. Rambut mbak tika, hitam, lurus, lebat dan panjangnya sebahu. Sangat kontras dengan kulit lehernya yang putih dan mulus....!!

Aku mencoba memejamkan mata, tapi tidak bisa. Sampai akhirnya aku semakin merasakan bibir mbak tika semakin dekat dengan bibirku. Oh, gimana ini?, Kata hatiku. Disisi lain, si kecil semakin keras dan berontak. Dengan pelan tapi pasti, aku mencoba untuk memberanikan diri untuk semakin mendekatkan kembali tanganku ke buah dada mbak tika. Serta bibirku pun aku coba untuk semakin mendekati bibir mbak tika, tapi aku takut dan jantungku pun dak-dik-duk tidak karuan. Disaat pikiranku berkecamuk, mbak tika tiba-tiba merubah posisi tidurnya dan tanpa aku sadarinya bibirku bersentuhan dengan bibir mbak tika, tanganku tanpa sengaja semakin menekan buah dada mbak tika. Dan, "greng" darah ini terasa mengalir semakin cepat. Tapi kenapa mbak tika, tidak beraksi, pikiranku bertanya, "apakah mbak tika ini benar-benar tidur, atau pura-pura?".

Bibir mbak tika, sudah menempel dibibirku. "Lembuh sekali bibir ini, bathinku. Aku tidak berani untuk melangkah lebih jauh, aku hanya menunggu apa yang akan terjadi. "Si kecil", semakin berontak karena dibawah tekanan tubuh mbak tika. Napas mbak tika, aku rasakan semakin cepat menurut pencermatanku. Tiba-tiba kerena berhenti, ternyata sudah sampai di stasiun purwokerto. Saya pura-pura tidur, saat aku merasakan mbak tika bangun. Sambil aku menunggu apa yang bakal terjadi. Aku lihat mbak tika, bangun dan wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Kelihatannya dia juga mencermati apakah aku benar-benar tidur. Aku diam tidak beraksi, dan seolah-olah aku tidak tahu apa yang mbak tika lakukan. Kereta jalan lagi, dan kondisi gerbong pun masih gelap. Bener juga kata pak karman, bahwa gerbon ini akan gelap terus sampai di solo. Saat kereta sudah berjalan cepat, mbak tika memposisikan kembali tidur seperti semula. Tetapi dia menutupi seluruh badannya dengan selimut, dengan posisi berbalik. Sekarang dadanya menyatu dengan dadaku, dan mukanya bersandar dipundaku. Tapi yang membuatku salah tingkah dan sikecil semakin tegang, karena tangan kiri mbak tika parkir diatas si kecil. Aduuh...., gimana nich?, kata hatiku.

Aku tetap pura-pura tidur, dan seolah-olah aku menggerakan badan untuk merubah posisiku. Aku mencoba memberanikan diri tanganku untuk memeluk tubuh mbak tika, ternyata mbak tika diam dan tidak berusaha untuk mencoba memindahkan tanganku. Sebaliknya, bibir mbak tika semakin menempel di bibirku. "Aduuh...., gimana nich?! Kata hatiku. Aku mencoba untuk pura-pura mengigau pelan, sambil menggerakan bibirku untuk agar semakin menempel ke bibir mbak tika. Ternyata mbak tika melenguh pelan, dan bibirnya pun semakin terbuka. Aku mencoba diam menunggu situasi.



Aku mencoba semakin menekan tanganku di buah dada mbak tika, sambil menunggu reaksi mbak tika. Tiba-tiba mbak tika merubah posisi tidurnya, badannya semakin ke atas, sehingga tanganku semakin tergencet oleh buah dada mbak tika. Dan bibirku pun semakin menempel bibir mbak tika, apalagi "si kecil", terasa semakin mengeras dalam sentuhan tangan mbak tika, walaupun hanya dari balik celana levi's-ku. Aku tetap mencoba seolah-olah tidur, Cuma si kecil terus bangun. Aku merasakan napas mbak tika semakin memburu, dan semakin terasa menghembus di mukaku. Pelan tapi pasti, tidak tahu siapa yang memulai, bibirku ternyata telah menyatu dan berpagutan pelan, lembut dan penuh dengan perasaan dengan bibir mbak tika. Dino...?! panggil pelan mbak tika padaku. Tapi tak aku jawab, hanya saja bibirku semakin berani untuk mencari bibir mbak tika, dan bibir mbak tika pun tidak kalah dahsyatnya semakin ganas melumat bibirku. Lidahku tidak luput dari jangkauan lidah mbak tika, ugh...! aku merasa melayang..... ternyata mbak tika liar dan ganas.

Tangan kiriku mencoba memberanikan menyusup dibalik pakaian mbak tika, aku usap dan remas pelan buah dada mbak tika yang masih dibungkus Bhnya dan tangan kananku mencoba meraba paha mbak tika. Pelan tapi pasti tangan kananku semakin naik sampai akhirnya berhenti di bagian paling rahasia mbak tika, walaupun masih dilapisi celana jean mbak tika, tetapi tanganku dapat merasakan gundukan yang ada diantara kaki mbak tika. Mbak tika melenguh pelan, tetapi gigitan ke bibirku semakin ganas, dan napasku pun semakin tersengal. Dino....?! mbak tika memanggilku lagi, tapi aku tetap tidak menjawab. Hanya saja tangan kiriku semakin berani untuk meremas dan membuka kait BH mbak tika, sulit sekali ternyata untuk membuka kancing BH mbak tika. Dan, lepas juga akhirnya. Dengan leluasa tangan kananku untuk meremas kedua buah dada mbak tika. Mbak tika tiba-tiba bangun, saya kaget. Aku pikir mau marah kepadaku, ternyata dugaanku salah. Mbak tika semakin ganas, tangannya pun bergerilnya kemana-mana, sampai akhirnya parkir, memegang dan mengelus si kecil, walaupun hanya dari luar celana levi's-ku.

Dinoooo...., mbak tika pelan memanggilku. "Ya mbak", jawabku. Namun mbak tika tidak berkata-kata lagi, namun tangan kirinya semakin berani mengusap si kecil. Sehingga membuatku semakin kelojotan. Tangan mbak tika kelihatannya sambil terus mengusap, sambil mencari-cari reselting celana levi's ku, dan krrek.... kreeek..... kreeek... dengan pelan akhirnya terbuka juga celanaku. Tangan mbak tika diam sesaat, saya coba pegang tangan mbak tika dan pelan aku tuntun agar tidak ragu untuk memasukan tangannya kedalam celanaku. Ternayata mbak tika tidak keberatan, dan berani memegang si kecil walaupun masih terhalang cd-ku, namun tak mengurangi rasa nikmatku. Tangan mbak tika semakin kencang memegang si kecil dan bergerak naik turun, hal tersebut aku imbangi dengan terus meremas dan meremas buah dada mbak tika yang semakin lama semakin terasa keras dan kenyal, saat tanganku mencoba untuk memilin punting buah dada mbak tika, mbak tika melenguh dan bibirnya semakin bernafsu menciumi bibirku, sampai nafasku terasa sesak dan tersengal.

Tangan kiriku semakin berani
untuk memutar punting buah dada mbak tika, dan tangan kananku mencoba memberanikan diri untuk mencari reselting celana mbak tina, Cuma saya tidak dapat menemukan. Sehingga tangan kananku hanya membelai gundugan kecil mbak tika dari luar celana jean-nya. Akhirnya tangan mbak tika membimbing tanganku kepinggang bagian kanannya, ternyata reselting celananya ada dipinggang sebelah kanan, dan.... kreeek.... kreeek..... terbukalah celana mbak tika. Tangan kananku semakin berani menyusup dan menyusuri paha mbak tika. Wow... mulus sekali kulit paha mbak tika, ku usap dan kuusap paha mbak tika. Mbak tika mengelinjang saat tangan kananku mencoba menyusup ke balik cd-nya dan menemukan gundugkan kecil yang ditumbuhi rambut halus, ternyata sudah basah. Mbak tika melenguh dan kedua pahanya menjepit tanganku.

Dinoo...., mbak tika memanggil namu dengan gemetar. Saat tanganku mencoba bergerilya diantara bibir vagina mbak tika, dan memainkan daging kecil yang sedikit kenyal. Vagina mbak tika semakin terasa basah, jari tengahku pun semakin lincah dan berani memainkan vagina mbak tika. Bibir dan lidah mbak tika semakin menggila memagut dan mencium bibir serta menyedot lidahku dengan keras. Sedangkan tangan kiri mbak tika sudah menyusup ke dalam cd-ku dan memegang dan mengocok si kecilku, sehingga aku semakin kelojotan dan terasa terbang. Ujung si kecil terasa semakin penuh dengan udara dan rasanya ingin meledak. Mbak tikaaa....., ugh! Aku melenguh menahan rasa nikmat yang tiada tara.

Jari tanganku semakin turun menyusuri vagina mbak tika, namun tanganku dicegah dan dwulanrik ke atas oleh tangan mbak tina agar tetap membelai daging kecil yang ada diantara bibir vagina mbak tika. Sampai akhirnya mbak tina mengejang dan, dinooo..... aku mau sampai katanya. Sehingga jari telunjukku semakin bergerak cepat naik turun di daging kecil milik mbak tika yang semakin menegang. Mbak tidak mengejang, dan nafasnya tersengal-sengal. Dinooo...., auuuf.... ssst.... mulut mbak tika merancu tidak karuan, dan akhirnya tubuhnya melemah. Ternyata mbak tika sudah orgasme. Din, kamu belum ya...? tanya mbak tika pelan di telingaku. Belum mbak, jawabku. Doni mau....? tanya mbak tika. "Iya mbak", jawabku. Gerakan tangan mbak tidak semakin cepat dalam mengocok si kecil, aku semakin kelojotan menahan nikmat. Si kecil semakin menegang dan ujungnya terasa semakin penuh, terusss mbak, lebih kenceng mbak, pintaku pelan ditelinga mbak tika aku mau sampai juga mbak. Dan, aah... sst.... mbak, doni mau keluaar... dan akhirnya si kecil mengejang dan muntah-muntah banyak sekali akibat permainan tangan mbak tika.

Tangan mbak tika tetap bergerak naik turun, sehingga si kecil terasa semakin licin oleh muntahan sperma. Dengan tangan yang telah basah oleh spermaku, mbak tika mengurut si kecil dengan pelan dan cengkraman yang lebih kuat, sehingga si kecil memuntahkan lagi lahar kenikmatan. Kupeluk mbak tika, dan kucium bibirnya yang sensual dengan penuh kelembuhan dan rasa sayang yang semakin tumbuh dihatiku. Tanpa terasa jalan kereta semakin pelan, sekilas aku melihat ke jendela ternyata sudah sampai di kulon progo. "Mbak kwulan sudah mau sampai, kataku. Iya doon... jawab mbak tika sambil membenahi celana levi's ku, untuk kembali ditutup dengan sabar dan penuh perasaan. Akupun mengikuti apa yang dilakukan oleh mbak tika. Namun sebelum aku menarik reselting celana mbak tika, aku cubit pelan gundukan kecil mbak tika, dan mbak tika. Menggelinjang sambil berkata, dinoo... nakal kamu ya. Mbak tika mencoba merapikan semua pakaiannya, BH bagianku untuk merapikan. Tapi sebelum aku mengkaitkan tali HB mbak tika, tanganku iseng meremas kembali bukit kembar mbak tika yang sangat aduhai itu. Mbak tika tersenyum manis sekali diantara giginya yang putih dan sangat rapi.

Din, kalau nanti sampai di stasiun tugu masih gelap, temani dan antar mbak tika sampai di rumah ya.., pinta mbak tika padaku. Aku diam dan berfikir, karena aku sudah janji dengan wulan kekasihku. Saat itu aku merasa bersalah dengan wulan-ku, karena aku sudah melakukan hal seharusnya tidak aku lakukan. Maafkan aku, sayangku... koq diam din? Pertanyaan yang mengagetkanku. Sehingga sepontan aku menjawab, "baik mbak tika", nanti saya temani dan antar mbak tika sampai dirumah.



Sampai akhirnya kereta sampai di stasiun tugu, jam menunjukkan jam 4.20 wib. Aku bantuin untuk membawa barang-barang dan tas mbak tika. Aku turun duluan, dan mbak tika mengikutiku. Sambil jalan menyusuri lorong stasiun aku bertanya kepada mbak tika, maaf mbak rumah tika di daerah mana? Jalan kaliurang KM "*****". Tapi saya mampir ke telepon umum dulu ya mbak, mau ngasih tahu ke rumah kalau aku mau mengantar mbak tika dulu. Saya masuk kabin telepon umum, dan kuputar nomor telepon wulan-ku, agak lama aku tunggu telepon diangkat. Halooo...., ternyata suara wulan-ku. Haloo... sayang ini aku, nanti siang acaranya jam berapa, tanyaku. "Mas dino dimana niih?", tanya wulan. "Aku di stasiun tugu, jawabku. Koq pagi banget keretanya, tanya wulan. Iya, jawabku. Acaraku diundur mas jam 3 sore, mas dino mau langsung ke rumah jogja atau mau ke rumah "******" dulu? Tanya wulan. Saya ke rumah "*****" dulu aja ya, nanti jam 2 aku usahakan sampai di rumah jogja, ok? Ya mas, mas dino ati-ati ya.., pesen wulan kepadaku. Dah ya sayang, saya pulan dulu....

Mbak tika dengan sabar menungguku, udah din?, tanya mbak tika. Udah mbak, dan ayo kwulan naik taxi aja ya mbak, ajaku ke mbak tika. Tangan mbak tika aku gandeng menuju taxi yang sudah menunggu, setelah barang-barang mbak tika aku taruh ke bagasi, saya dan mbak tika langsung duduk di jok belakang. Mas jalan kaliurang ya, pintaku ke driver. Saat didalam taxi, tangan mbak tika semakin erat mencengkeran tanganku, jari-jari lembut mbak tika menyusup diantara jari-jari tanganku. Pikiranku berkecamuk tidak karuan, karena selalu ingat wulan. "Maafkan aku sayangku", kata hatiku.... terus terang baru kali ini saya selingkuh. Kepala mbak wulan disandarkan ke pundakku, din sebentar lagi belok kanan ya, nanti rumah yang paling ujung. Awas jangan sampai ke bablasan ya, pinta mbak tika padaku.

Akhirnya jam 5.00 wib, taxi sampai di depan rumah mbak tika, rumah kecil tapi halamannya luas dan asri sekali. Setelah aku membayar taxi dan menurunkan barang-barang dan tas mbak tika dari bagasi, langsung bergegas menyusul mbak tika yang sedang membuka kunci pintu rumah. Ayo masuk din, ajak mbak tika padaku. Aku masuk dan memandang sekeliling ruang tamu mbak tika. Rumah yang indah, kata hatiku. "Mbak tika tinggal disini dengan siapa?", tanyaku. Sendiri din, rumah ini hanya aku tempati setiap aku pulang ke jogja, bapak ibu dan adikku tingga di jakarta semua, jawab mbak tika, sambil mengangkat tasnya ke dalam kamarnya. Mau minum apa din, tanyak mbak tika. "Apa aja mbak", jawabku sekenanya, sambil aku jalan-jalan melihat-lihat bagian rumah mbak tika lainnya. "Aku tidak punya minuman apa aja din", goda mbak tika padaku. Ya udah kalau tidak ada ya sudah, terserah mbak tika aja. Kalau mbak tika tidak keberatan aku mau minum susu aja, jawabku. Mbak tika keluar dari kamar sudah berganti pakaian, dengan menggunakan celana dalam ketat sampai lutut dan kaos dagadu yang longgar warna putih dan lengan pendek, sehingga terlihat jelas kaki jenjang yang putih dan mulus, wow... ternyata mulus banget kaki mbak tika ini, kataku.

Mbak tika menuju ke pantry, bermaksud membuatkan minuman yang aku pesan. Sambil mengaduk susu, mbak tika berkata padaku, "dino mau mandi dulu?", tanya mbak tika. "Boleh mbak", jawabku. "Kamar mandinya dimana mbak?", tanyaku. Kamu mandi dikamarku aja din, soalnya kamar mandi tamunya masih bocor dan belum sempat aku benerin. Bener niih mbak? Tanyaku. Terserah kamu aja din, kalau tidak mau juga tidak apa-apa, kalau aku sudah nyuruh berarti sudah aku ijinkan, jawab mbak tika sambil membawa susu pesananku ke ruang tamu. Din, kamu ga usah bongkar tas mu, pakai andukku saja yang sudah aku siapkan dikamar mandi, kalau mau pakai kaos ku juga boleh, nanti biar aku siapkan. "Ok mbak", jawabku sambil mencicipi susu buatan mbak tika. Selanjutnya aku menuju ke kamar mbak tika untuk mandi. Saat aku menuju ke kamar mandi, mbak tika sedang sibuk mencarikan kaos buatku. "Ini din, kaos buatmu. Kaos ini baru aku pakai sekali, Cuma aku kedodoran, kalau dino mau ambil aja", Kata mbak tika. Setelah aku terima kaos, aku langsung masuk kamar mandi, dan aku nyalakan shower air panas, dan terasa hangat dan enak sekali badan ini setelah semalaman begadang di kereta dengan mbak tika. Wah, cdku ternyata sudah berlepotan muntahan si kecil semalam. Setelah puas aku mandi, aku pakai kaos pemberian mbak tika, tapi aku tidak menggunakan cd karena cd-ku kotor. Hanya pakai handuk yang aku lilitkan dipinggangku aku keluar dari kamar mandi bermaksud untuk mengambil cd baru di tasku. Saat aku keluar dari kamar mandi, ternyata mbak tika tidur pules di tempat tidurnya.

Sesaat langkahku terhenti, dan memperhatikan dengan seksama tubuh mbak tika mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut, "sungguh tubuh yang sangat sempurna", kata hatiku. Tanpa aku sadari ternyata si kecil mulai berontak, dan langsung berdiri dengan tegak dan leluasa setelah mataku menelusuri setiap lekuk tubuh mbak tika. Tampaknya mbak tika tidur pules sekali, karena saat aku mencoba mendekat dan menaiki tempat tidurnya bermaksud untuk melihat tubuh mbak tika lebih dekat, dia tidak tahu. Sampai akhirnya aku beranikan diri untuk duduk ditepi tempat tidur dan mengusap rambut hitamnya dan mencium lembut bibirnya yang merekah. Mbak tika pun tidak bergeming dan beraksi.

Aku rebahkan badan disamping mbak tika, tetap dengan handuk yang masih melilit dipinggangku. Aku miringkan tubuhku, aku belai rambut mbak tika, aku pandangi wajahnya, buah dadanya. Dadaku berdetak kencang, saat melihat gundugkan bukit kembar mbak tika dari lubang lengan kaos yang dikenakan, sungguh mulus dan putih sekali buah dada mbak tika, dan ternyata mbak tika tidak memakai BH. Aku beranikan diri untuk memeluk mbak tika, dengan niat ingin menemai mbak tika tidur saja dan tidak berbuat yang macam-macam. Tetapi mata ini tidak bisa juga terpejam, karena ingat wulan dan pikiranku berkecamuk setelah melihat tubuh mbak tika tergoleh tidur disampingku. Saat tanganku mencoba meraba buah dada mbak tika, mbak tika bangun dan berkata, "adduh din, aku ketiduran ya"? Tanya mbak tika sambil belihat ku tak berkedip. Iya, mbak tika tidur pules saat aku sudah selesai mandi. Lho koq, kamu hanya pakai handuk sih din, tanya mbak tika. Iya mbak, tadi saat mau pakai cd-ku, ternyata berlepotan muntahan si kecil semalam, hehe.... jawab ku sambil tertawa kecil.

"Mbak tika tidak mandi", tanyaku. Malas aku din, jawab mbak tika tetap sambil tiduran disampingku. Atau dino mandiin? Tanyaku sekenanya. "Enak aja", jawab mbak tika. Tanpa aku sadari ternyata handukku tersingkap dan si kecil yang masih tegak nongol keluar. "Din, itu adikmu sudah bangun", kata mbak tika. Spontan, aku benerin handuk untuk menutupi si kecil yang tegak berdiri, tapi mbak tika malah senyum-senyum, dan berkata, "din...din..., dasar adikmu memang bandel, tuh handuknya tetap nggak muat, hahaha.... tawa mbak tika terbahak sambil mau beranjak dari tempat tidur. Seolah-olah aku seperti orang bingung, dan sepontan aku tarik kaos mbak tika sehingga dia terjatuh diatas tubuhku.

Tanpa basa-basi langsung aja aku peluk mbak tika, aku cium bibir mbak tika, dengan penuh nafsu yang membara. Sampai mbak tika terengah-engah dan terbatuk-batuk, "ampun din.... ampun din... lepaskan aku", pinta mbak tika padaku. "Gak mau ah, jawabku sekenanya sambil aku balik tubuh mbak tika, sehingga tubuh mbak tika berada dibawah kekuasaanku, tanpa aku sadari handuk yang melilit dipinggangku lepas, sehingga si kecil sudah bebas tanpa selembar benang apa pun. Bibirku memburu bibir mbak tika, ternyata mbak tika menyambut dengan hangat dan mesra. Bibir dan lidahku bergelut hebat dengan bibir dan lidah mbak tika, saling sedot dan saling kulum. Sembari ambil napas, aku lepas kaos yang nempel ditubuhku, sehingga aku telah telanjang bulat dan menindih tubuh mbak tika. Mbak tika terbelalak melihat kelakuanku, tapi sebelum mbak tika berkomentar apa-apa, aku serbu lagi bibirnya, kucium matanya, aku telusuri seluruh mukanya, lehernya, tubuh mbak tika menggelinjang tidak karuan, dan tertawa-tawa karena kegelian saat aku cium telinganya.

Bibirku terus bergerilnya semakin kebawah, aku jilati leher jenjang mbak tika, dari kanan pindah ke kiri, aku masukan kepalaku ke kaos longgar mbak tika, dan bibirku menemukan bukit kembar mbak tika yang sangat mulus dan putih. Kuciumi punting susu mbak tika kiri dan kanan secara bergantian. Mbak tika kelojotan tidak karuan. Kepalaku aku keluarkan dari kaos mbak tika, dan kutarik tubuh mbak tika untuk bangun dan duduk dalam pangkuanku. Sekali tarik, lepas sudah kaos yang melekat ditubuh mbak tika. Sehingga dengan leluasa bibirku, mencium dan aku gigit bergantian buah dada dan punting susu mbak tika, sehingga membekas memerah disemua permukaan buah dada mbak tika. Dengan tak kalah lincahnya dengan tangan mbak tika yang telah memegang dan memainkan si kecil sudah dari tadi menegang. Dengan gerakan tangan naik turun si kecil diberikan stimulan oleh mbak tika, sehingga semakin kuat dan tegak berdirinya. Bibirku semakin turun dan menelusuri perut indah mbak tika, dan lidahku berhenti dipusar mbak tika, hal tersebut membuat mbak tika menggelinjang tidak karuan. Kedua tanganku dengan terus meremas buah dada mbak tika, mbak melenguh dan napasnya semakin memburu.... din.... ssst.... din.... aaaah....., teriakan-teriakan kecil mbak tika yang semakin membuatku bernafsu.



Celana dalam mbak tika yang masih menempel, aku coba lepas. Namun mbak tika tampaknya keberatan, sehingga akupun tidak memaksakan untuk melepas celana tersebut. Aksi bibir dan lidahku pindah ke kaki mulus dan jari-jari kaki mbak tika secara bergantian kaki kiri dan kanan. Mbak tika merancu tidak karuan, ssst.... aaaaah..... auuugh.... dinoooo....., sambil tangannya tetap memegang si kecil dan mengocok naik turun. Aku sempat melenguh, karena keenakan.... ugh.... enaak mbak tika, teruuussss...... mbak... aku telusuri paha mbak tika dengan bibirku, walaupun terbungkus oleh celana ketatnya. Muka Mbak tika menggelinjang kekiri dan kekanan, dan buah dadanya bergoyang-goyang seolah-olah mengharap untuk dijamah. Aku mencoba memberanikan diri untuk mencium gundukan kecil yang ada diantara kedua belah paha mbak tika. Mbak tika kelojotan saat aku coba sapu vagina mbak tika dengan lidahku. Aauuh.... auuu.... dinoooo.... terussss sayaaang...., sambil tetap aku ciumi vagina mbak tika dari balik celana ketatnya, dengan pelan-pelan aku mencoba menurunkan dan melepas, mbak tika tidak memberontak dan keberatan saat celananya pelan-pelan aku lepas dan bahkan memberikan bantuan agar celananya segera lepas dari tubunya. Dan..., terlepas sudah celana ketat sekalian cd mbak tika, sehingga terpampang di mataku gundukan daging kecil yang ditumbuhi rabut lembut yang sangat lebat dan dalam dan rapi sekali, serta paha mbak tika yang sangat mulus dan jenjang sekali.

"Mbak tika, kaki mbak tika mulus dan bagus sekali", kataku. Namun mbak tika tidak menjawab, kedua tangannya menariku, dicium dengan ganasnya bibir dan lidahku sambil mengacak-acak rambutku. Kepalaku didorong dan diarahkan ke vaginanya. Aku tanggap apa yang mbak tika mau, aku sibak pelan-pelan bibir vagina mbak tika, selanjutnya aku sedot daging kecil yang menyembul diantara bibir vagina mbak tika yang seksi. Mbak tika menggelinjang dan tubuhnya bergetar hebaat, tangannya semakin membenamkan kepalaku ke vaginanya, dan aku merasakan adanya cairan yang keluar dari vagina mbak tika, semakin cepat kumainkan vagina mbak tika dengan lidahku. Diinnnnooo.... aku sudah tidak tahan, sssst.... ssst.... errghh.... aaaah.....mbak tika orgasme dan akhirnya mbak tika tergoleh lunglai dengan keringat bercucuran membasahi tubuh dan sprei.

Si kecil masih tegak dengan gagahnya, mata mbak tika terpejam dan tubuhnya tergolek menikmati orgasme yang baru saja aku berikan. Aku coba bersihkan cairan dan ludahku yang ada di bibir vagina mbak tika, setelahnya aku coba membawa si kecil untuk menyeruak ke bibir vagina mbak tika. Tiba-tiba mbak tika bangun, dan berkata, "please dinnn, jangan..... aku masih perawan". Haa...?! aku terkejut dan seolah tidak percaya, karena kalau dilihat umurnya mbak tika kurang lebih saat ini umur 35 tahunan. "Baik mbak, kataku. Tapi aku hanya ingin si kecil main diluar vagina mbak tika, boleh kan mbak? Tanyaku. Mbok tika tidak menjawab, hanya menganggu pelan.

Si kecil aku coba gesek-gesek kan ke bibir vagina dan daging kecil yang ada diantara bibir vagina mbak tika, naik turun. Dengan sabar dan telaten aku terus memainkan si kecil di vagina mbak tika, pantat mbak tika bergoyang pelang saat si kecil mencoba untuk memainkan vagina mbak tika. Aku mencoba memberikan stimulan lagi ke bibir vagina mbak tika dengan aku cium, (aromanya khas sekali) dan vagina mbak tika semakin basah dengan lidahku, mbak tika bergetar hebat saat lidahku mencoba menelusuri vagina bagian bawah, sambil aku coba melihat apakah benar mbak tika masih perawan. Ternyata benar, vagina mbak tika masih rapet seperti milik wulan-ku. Saat aku coba masukkan lidahku ke lubang kecil bagian bawah mbak tika, mbak tidak menggeliat dan menggoyang pantatnya semakin kencang. Dinnno..... uaaah..... ssst....., mbak tika merancu tidak karuan. Si kecil semakin tegang, bibir ku pindah mencium bibir mbak tika yang sensual, dan dibalas dengan pagutan-pagutan liar dari mbak tika. Tanpa disadari mbak tika, si kecil aku coba arahkan ke vagina mbak tika, sambil aku sodokan maju mundur. Mbak tika tika merespon dengan mengerakan pantatanya kiri – kanan dan naik-turun, dengan bibirku tetap saling berpagutan dengan bibir mbak tika.

Si kecil kayaknya menemukan lubang kecil di vagina mbak tika, dengan sabar dan pelan-pelan aku gosokan dan gesek-gesekan terus di vagina mbak tika, pinggul dan pantat mbak tika bergerak semakin liar. Akhirnya tanpa disadari mbak tika, si kecil semakin menyusup ke dalam liang vagina mbak tika dan pelan tapi pasti si kecil semakin tenggelam dalam vagina mbak tika. Pelan-pelan aku dorong si kecil agar masuk ke vagina mbak tina. Mbak tika menjerit, namun segera aku cium dan aku lumat bibirnya, "dinoooo..... mengapa kamu masukin", kamu tega sama aku, kata mbak tidak dengan suara yang sangat berat. "Karena aku sayang mbak tika", jawabku. Mabk tika diam, dan matanya menerawang. Dengan sabar aku cium dan kulumat lidah dan bibir mbak tika, sambil aku terus mendorong pelan-pelan si kecil agar semakin menyeruak kedalam liang senggama mbak tika. Udah kepalang basah kata hatiku. Akhirnya dengan sekali dorong, dan blesss.... si kecil berhasil masuk sepenuhnya ke liang vagina mbak tika. Mbak tika menjerit dan menggigit bibirku dengan kuat, perih din...., sabar sayaang. untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasa mbak tika, aku terus mencium bibir dan memainkan lidah mbak tika dengan lidahku, sedangkan si kecil untuk sesaat diam di dalam liang vagina mbak tika.

Setelah beberapa saat, aku mencoba mendorong pelan maju-mundur si kecil. Mbak tika diam, tidak bereaksi tetapi bibirnya dengan semakin ganas mencium dan mengkulum bibirku. Vagina mbak tika hangat dan enak sekali. Semakin lama, semakin kencang aku dorong si kecil, ternyata mbak tika memberikan respon dengan menggoyang kekiri dan kekanan. Diiinnnnno...., iya sayang jawabku... dengan terus mendorong maju-mundur si kecil dalam vagina mbak tika. Sampai beberapa saat mbak tika mengejang dan merancu tidak karuan, diinnnn.... aaah..... ssst.... errhhh..... dengan menjepitkan kedua kakinya. Akhirnya tubuhnya lunglai, mbak tika orgasme lagi. Aku dorong maju mundur lebih cepat, dan akhirnya ujung si kecel terasa tebal dan mengejang, dengan mencium bibir mbak tika, mbak tikaaaa..... akuuu..... mauuuuuu keluuaaaar.... dan cret.... cret..... aaah.... si kecil memuntahkan laharnya dalam vagina mbak tika. Mbak tika terkejut dan kaget, karena aku tidak mencabut si kecil saat enjakulasi.... dinoooo.... kenapa tidak dikeluarkan diluar, nanti kalau aku hamil bagaimana? Pertanyaan mbak tika sempat membuatku gugup dan tersadar. Dan, tiba-tiba bayangan wulan-ku seolah hadir di wajahku. Antara bingung, puas dan was-was aku peluk dan kuucapkan, kalimat, "mbak tika, aku sayang kamu, kalau mbak tika hamil aku akan bertanggungjawab", jawabku sekenanya. Sambil dengan pelan mencabut si kecil dari liang vagina mbak tika. Sekilas aku melihat bercak darah segar di sprei tempat tidur mbak tika. "Jadi mbak tika benar-benar masih perawan", kata hatiku.

Mbak tika bangun, dan duduk di tepi tempat tidur, pandangannya kosong. Untuk itu, aku segera bersimpuh didepannya, aku angkat tubuh mbak tika dan peluk, kulihat matanya meneteskan air mata. Dinooo..., mbak juga sayang sama dinooo.... sejak melihat wajah dino pertama kali di kereta, mbak langsung jatuh cinta sama dino. Kata mbak tika. Akhirnya aku peluk mbak tika, kucium bibirnya dengan mesra, "dino juga sayang banget sama mbak tika", suaraku pelan didekat telinga mbak tika. Tiba-tiba mbak tika bertanya, dino sekarang umur berapa? Deg! Jantungku seolah berhenti. Dino umur 22 tahun mbak, jawabku. Mbak tika sekarang umur berapa, tanyaku. "Aku jadi malu dino, aku sudah tua. Umurku sudah 35 tahun. Apakah dino mau punya pacar atau istri lebih tua", tanya mbak tika. Tanpa aku jawab, aku rengkuh tubuh mbak tika yang masih dalam keadaan telanjang, selanjutnya aku katakan, apapun adanya mbak tika, aku tetap sayang sama mbak tika. I love you, Mbak tika...... akhirnya ku rengkuh tubuh mbak tika dan kupeluk tubuh telanjangnya, seolah biar menyatu dengan tubuhku. Mbak tika membalas memeluku dengan erat dan mencium bibirku sangat lembuuut.... Wulan-ku maafkan aku......

Dengan sangat pelan aku coba dudukan mbak tika ditepi tempat tidur, ternyata mbak tika mengikuti kemauanku. Aku mengikuti duduk disamping mbak tika, dengan muka berhadapan dengan tubuh yang polos tanpa ditutupi selembar benang pun. Aku tatap dengan sangat dekat mata dan wajah mbak tika. Mbak tika juga menatapku dengan tatapan yang tajam, namun tiba-tiba mata mbak tika dipejamkan. Saat itulah aku coba mendekatkan bibirku ke bibir mbak tika. Awalnya mbak tika tetap diam dan belum merespon dan tidak menolak seranganku. Pelan tapi pasti, bibir mbak tika terbuka dan memberikan kesempatan buatku agar untuk melakukan ciuman yang lebih dalam lagi. Aku rebahkan tubuh mbak tika. Selanjutnya tubuh mbak tika sudah berada dalam kekuasaanku, aku ciumi tubuh mbak tika dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mbak tika memberikan respon yang sangat luar biasa, dibelai naik-turun si kecil dengan tangannya yang lembut. Ugh..! sangat membuatku bagai melayang saat mbak bibir dan lidah mbak tika mencoba menyentuh pelan si kecil, selanjutnya si kecil dimasukan sepenuhnya ke mulutnya dan dijilat dengan penuh perasaan. Ssst.... aahh.... aku melenguh dan merancu tidak karuan. Sampai akhirnya aku kuasai tubuh mulus mbak tika, aku renggangkan kakinya, aku bimbing si kecil untuk memasuki liang vagina mbak tika yang sudah basah kuyub oleh cairan kewanitaannya. Sleeb.... si kecil masuk ke liang kenikmatan mbak tika. Aku dorong maju mundur dengan perasaan si kecil, mbak tika melenguh... ssst.... aaah...., dengan pinggulnya digoyang kekiri dan kekanan. Dinooo....., mbak dah mau sampai sayang. Aku coba percepat gerakanku, tubuh mbak tika meneggang dan kepalanya berpaling kekiri dan kekanan, sampai akhirnya, "ayo mbak kita keluar bareng", kataku.



Dinoooooo.... mbak keluaar, bersamaan dengan itu pula, si kecil telah memuntahkan lahar kenikmatan didalam liang vagina mbak tika, tubuh mbak tika basah kuyup dengan keringatnya, eeemuuach, kucium lembut bibir mbak tika, seraya aku ucapkan aaah.... ssst... terima kasih mbak tika. "Dinoo..., kalau nanti aku hamil bagaimana? Tanya mbak tika kepadaku lagi. "Berarti itu anak kita berdua, dan akulah bapaknya", jawabku tiba-tiba. Mbak tika menangis dalam pelukanku, aku senang dan bahagia sekali hari ini dinoo...., kenapa aku baru bisa ketemu dinoo saat ini, kata mbak tika. Aku sayang kamu dinoooo....., dan siap menjadi ibu dari anak-anakmu.... miliki aku dino, dan sejak saat ini jangan panggil aku dengan sebutan "mbak tika", panggil aja aku tika. deg! Jantungku seolah berhenti berdetak, setelah mendengar kata mbak tika. Iya sayang, seraya aku peluk tubuh indah mbak, sehingga buah dadanya yang kenyal dan besar sangat terasa menyatu dengan tubuhku. Sampai akhirnya aku berdua tertidur dalam pelukan.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?