Bila ada orang yang memandang ke sebuah titik di tengah laut sana, akan terlihat sebuah pulau yang besar, terletak jauh dari pantai. Orang tidak akan bertanya-tanya pulau apakah itu, karena tidak terlihat ada tanda kehidupan di pulau itu. Tetapi jika ada orang yang melintas di atas pulau itu, akan terlihat sebuah dermaga dilanjutkan dengan jalan berliku, menembus hutan dan masuk ke tengah pulau tersebut. Jalan itu akan masuk ke sebuah gua, terus turun dan terhenti pada sebuah pintu baja besar, dengan kamera pengawas dan dikendalikan dari jarak jauh. Di balik pintu itu, terdapat ban berjalan yang dapat membawa orang-orang yang dapat masuk kedalam gua tersebut masuk lebih dalam lagi hingga tiba di ruangan yang ditata dengan selera tinggi seperti lobby hotel bintang lima. Dalam ruangan itu terdapat 13 pintu, dengan nomor 0 sampai 12 di atas masing-masing pintu tersebut. Dengan dilengkap dengan keypad pada masing-masing pintu, hanya orang yang mengerti sandi dari pintu tersebut yang dapat membukanya. Sekarang di dalam lobby tersebut ada 12 orang dengan topeng hitam yang menutupi mata mereka sehingga tidak ada yang bisa menebak siapa mereka sebenarnya. 12 orang itu mengenakan jubah mandi warna putih yang dibuat dari sutra. Mereka ditemani dengan 3 orang penjaga yang berbadan kekar, dengan raut muka yang menunjukan bahwa mereka bukan orang yang bisa diajak main-main dalam urusan ini. Salah seorang dari mereka menekan 12 digit nomor sandi di pintu dengan nomor 0, dalam sekejap pintu tersebut terbuka, dan mereka mempersilakan ke-12 orang tadi masuk diikuti oleh para penjaga. Ternyata ruangan yang ukurannya cukup besar sehingga 15 orang tersebut dapat berdiri dengan leluasa, adalah sebuah lif. Di dalam list tersebut ada tombol 0 sampai 12 diikuti dengan tombol A sampai E.
Lift tersebut kemudian berhenti ketika lampu pada angka 0 menyala. Dibalik pintu yang sekarang terbuka terlihat lorong terang. Di ujung lorong tersebut lagi-lagi terdapat pintu dengan keypad. Akhirnya, dua belas orang tersebut sampai ke dalam sebuah ruangan luas, di tengahnya terdapat 13 sofa mewah dengan nomor 0 sampai 12 di belakangnya, mengitari matras yang terlihat berkualitas paling baik. Di belakang kursi nomor 0 terdapat dua buah layar besar. Seseorang duduk di kursi nomor 0. Tubuhnya gempal, mukanya yang mengenakan topeng, tampak berparut. Ketiga penjaga tadi mempersilakan, 12 tamu tadi duduk sesuai dengan nomor yang tersemat di jas mereka. Setelah mereka duduk dengan nyaman di sofa mereka, baru mereka menyadari ada sesuatu di tengah matras yang ada di tengah mereka, diselubungi oleh kain hitam, dan bagi mereka yang awas, terlihat adanya sedikit gerakan di balik selubung hitam itu.
“Selamat malam, tuan-tuan sekalian, selamat datang di pulau kami.” pria yang duduk di kursi 0 akhirnya angkat bicara.
“Sesuai dengan pembicaraan kita sebelumnya, bahwa kami menjamin kerahasiaan, dari Anda semua, dan kami pun mengharapkan kemampuan Anda dalam menjaga rahasia ini.” lanjut pria itu. “Anda dapat memanggil saya Tuan 0 dan Anda juga dapat menggunakan nomor yang Anda dapatkan sebagai nama panggilan.”
“Ketiga orang di belakang saya ini, adalah orang yang dapat kita semua andalkan, agar semua keinginan kita semua dapat terlaksana dengan baik dan lancar.”
“Sebelum kita mulai dengan acara kita yang utama, perkenankan saya mengulang kembali hal-hal yang terkait dengan kelompok kita ini. Kelompok ini terdiri dari 12 orang, dengan ikatan anggota sepanjang 12 bulan. setelah 12 bulan, kita akan review apakah Anda semua masih dapat bergabung dengan kami, atau digantikan oleh calon anggota yang ada di daftar tunggu kami.”
“Setiap anggota dapat memilih target mereka masing-masing, sesuai dengan keinginan mereka, tanpa batasan status dan umur. Tapi tentu saja, target biasa dengan target public figure ataupun selebriti akan berbeda dari segi harga.”
“Setiap anggota dapat menggunakan fasilitas di ruangan yang ada di pulau kami ini, selama 30 hari, dan dapat menggunakan target mereka sesuka hati mereka, tanpa kecuali.”
Sebuah suara lirih terdengar dibalik selubung hitam itu, yang sekarang terlihat gemetar.
“Setelah waktu 30 hari habis, maka target akan menjadi hak milik kami, tertapi Anda tetap dapat menggunakan fasilitas yang tersedia bagi Anda selama 12 bulan.”
“Penggunaan target oleh semua anggota diperbolehkan, selama yang mengajak adalah anggota yang aktif pada bulan tersebut.
“Saya rasa, review singkat tersebut dapat diterima, mungkin ada pertanyaan dari Anda semua, sebelum kita mulai bisnis kita ini?”
12 orang tersebut hanya menganggukan kepala tanda mengerti, ada beberapa yang tampak tidak sabar untuk mengikuti acara selanjutnya.
“Baiklah jika Anda semua sudah mengerti.” Tuan 0 melanjutkan, “Tentu saja, kami tidak pernah hanya omong besar, tanpa memberikan bukti yang nyata. Sebagai tanda dimulainya bisnis kita ini, kami berikan sebuah sample dari apa yang akan Anda dapatkan dari kami.”
Tuan 0 melambaikan tangannya, dan salah satu pengawal tadi mendekat ke selubung tadi, lalu dengan cepat menariknya hingga semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut, yang diterangi dengan sangat terang tapi dengan suhu yang ideal, dapat melihat apa atau siapa yang ada di balik selubung tadi.
12 orang tadi terkesiap, beberapa diantara mereka bahkan langsung merasakan penis mereka mengeras melihat sosok wanita, yang masih begitu muda, dengan rambut halus tergerai, kulit yang putih lembut dan tampak terawat, mereka bahkan dapat mencium wangi tubuh wanita itu dari sofa mereka. Tanpa mengenakan selembar benang pun, wanita itu bersujud di tengah matras dengan tangan terikat ke belakang dengan borgol hitam, di lehernya melingkar kalung dari kulit warna hitam yang dilengkapi dengan lingkara-lingkaran dari logam. Payudaranya bergerak naik turun ketika tangis yang tadi ditahan semakin tidak terbendung. Wanita itu menundukan kepalanya, tapi dengan cepat tiap orang dari mereka dapat mengenali siapa dia. Tetesan air mata, tampak menetes jatuh dari pipi wanita itu tapi hanya menambah nafsu 12 orang tadi untuk segera mendekat.
“Saya lihat semua familiar dengan sample yang kami tawarkan, saya harap sample dapat lebih membuat Anda yakin bahwa investasi Anda tidak akan sia-sia.”
Mereka mengangguk, dan beberapa tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol mereka.
“Target ini adalah permintaan khusus, dari klien kami, yang agak keberatan jika target masuk dalam lingkungan keluarga mereka dengan pernikahan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.”
Wanita itu hanya dapat menahan agar tangisannya tidak pecah lebih keras lagi dengan mengigit bibirnya.
“Karena ini adalah sample, tentu saja semuanya free of charge, tapi untuk dapat menentukan urutan dari Anda untuk dapat segera mendapatkan layanan dari kami, kami mohon Anda dapat memberikan jumlah uang muka yang dapat Anda serahkan untuk membayar jasa kami dalam mendapatkan target Anda. Harap diingat jumlah tawaran tidak dapat diubah, dan menentukan urutan Anda dalam mendapatkan target Anda.”
Penjaga tadi mengambil secarik kertas yang terlipat dan memasukan apa yang tertulis di masing-masing kertas tersebut pada komputer di bawah layar tadi. Dalam sekejap, terlihat urutan yang disusun berdasarkan besar tawaran dari mereka.
“Seperti Anda lihat, maka urutan final adalah, Tuan 7, Tuan 5, Tuan 9, Tuan, 8, Tuan 1, Tuan 2, Tuan 3, Tuan 11, Tuan 10, Tuan 4, Tuan 12, dan terakhir Tuan 6.”
Tuan 0 kemudian mengangkat telepon dan menunggu jawaban dari seberang sana.
“Selamat malam Tuan, kami disini sudah siap untuk mulai, apakah Tuan sudah siap menerima gambar dari kami?” Tuan 0 menunggu setelah itu mengangguk sambil berkata,”Tentu saja ini langsung Tuan, gambar akan Tuan terima dalam beberapa menit. Terima kasih.”
Dua orang pengawal yang tadi hanya berdiri, beranjak mengambil kamera video yang tampak berkualitas dan mengambil tempat di tepi matras sambil mulai mengambil gambar yang langsung terpancar ke layar besar tadi.
“Kamal, mulai!” perintah Tuan 0 pada penjaga yang menarik selubung hitam tadi.
Kamal mendekati wanita tadi yang tampak makin gemetar dan berusaha menyingkir, tapi kalah cepat karena tangan Kamal telah menjambak rambutnya dan membisikan kata-kata yang tampak tegas, yang membuat wanita gemetar ketika menganggukan kepalanya.
Perlu beberapa saat, yang dinanti dengan rasa tidak sabar dari 12 orang tadi , ketika wanita tadi mengangkat wajahnya dan memandang mereka. Suara yang keluar dari mulutnya penuh ketakutan.
“Nama saya Nia Ramadhani, umur saya 19 tahun, malam ini saya akan melayani Tuan semua, mohon ijinkan saya melayani Tuan semua.”
Pria yang dipanggil Tuan 6 langsung berdiri, dia tidak mau kehilangan kesempatan setelah tahu dirinya kalah dalam lelang urutan tadi, beberapa pria lain juga mengikuti dirinya. Tuan 6 langsung melepaskan jubahnya, dan menurunkan celana dalam yang dia kenakan. Penisnya mengacung dan bergoyang ketika ia melangkah diatas matras mendekati Nia. Nia memandang takut dan berusaha bangun menghindari Tuan 6, tapi terlambat, tangan Tuan 6 telah sampai dan mencengkeram kepalanya mengarahkan mulut Nia ke penisnya.
Nia Ramadhani
Nia memandang Tuan 6, mengharapkan dapat memohon belas kasihan, tapi ia hanya melihat sorot mata penuh nafsu, yang membuatnya membuka mulut dan menelan penis Tuan 6 yang terasa begitu keras memenuhi mulutnya. Nia membasahi batang penis itu dengan lidahnya, sembari menghisapnya perlahan. Ia memejamkan matanya.
“Lihat ke atas!” Tuan 6 menghardik.
Nia membuka matanya dan menatap dengan mata yang basah, sambil terus berusaha memuaskan pemilik penis yang bergerak keluar masuk di mulutnya itu. Nia melihat Tuan 6 tersenyum nikmat, menikmati setiap detik penis miliknya merasakan kehangatan mulut Nia.
Nia tersentak kaget ketika ia merasakan, tubuh lain menempel dipunggungnya, merabai punggungnya turun hingga pantatnya, kemudian meremas bongkahan pantat yang begitu kencang dan halus.
“Bener-bener kualitas nomor satu!” Nia mendengar suara pria lain yang berada di belakangnya. Hampir bersamaan, ia merasakan 2 orang pria mengapit dirinya, semuanya juga telanjang bulat, keduanya mengulurkan tangan mereka, mulai meremas buah dadanya yang ranum.
Nia mengerang lirih, hampir tak terdengar karena penis Tuan 6 yang makin cepat keluar masuk, ketika remasan itu dilanjutkan dengan pilinan di puting susunya, ia bergidik ketika merasakan mulut mereka menghisap dan menjilat puting susunya, yang tanpa kuasa mengeras dan mengacung.
“Ukurannya pas. Dan yang penting kencang!” pria di sebalah kanan Nia berkata, sambil terus menghisap sambil sekali-kali mengigiti puting susu itu hingga Nia kembali merintih.
Tuan 6 melihat mata Nia melebar ketika merasakan sebuah jari masuk kedalam belahan vaginanya. Ia berusaha melepaskan jari itu tapi tak berdaya, membuat Nia frustasi dan kembali melelehkan air mata. Nia merasakan, vaginanya mulai lembab, lalu menjadi licin membuat jari itu dapat leluasa bergerak masuk kedalam dan merangsang lebih dalam lagi.
Nia masih memandang Tuan 6 ketika ia melihat Tuan 6 memandang ke pria yang ada di belakangnya, sambil menganggukan kepala. Tangan Tuan 6 memegang kepala Nia, menahannya ketika ia melangkah mundur kebelakang. Sementara pria di belakang Nia memegangi pinggulnya, dan kedua pria lain yang ada di sisinya menahan pundaknya. Nia sekarang dalam posisi doggy style ditahan pada bagian bahu oleh 2 pria tadi. Pria di belakang tadi membuka kaki Nia, meremas pantatnya, dan menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Nia yang terlihat berkilat. Nia mengerang, meronta dan memohon, dengan mulut dipenuhi oleh penis Tuan 6, ia merasakan kepala penis yang sama kerasnya dengan yang ada di mulutnya, mulai membuka jalan masuk ke dalam liang kewanitaannya.
“Shit, sempit banget! Padahal dia udah gak perawan kayaknya.” suara di belakang Nia kembali terdengar sambil terus mendorong penisnya.
Tubuh Nia mengejang ketika penis itu akhirnya menang, ia merasakan ngilu bercampur sakit ketika dengan gerakan kasar penis itu mulai bergerak menyetubuhinya. Nia mendengar dengusan ketika pria itu menghentakan penisnya, keluar dan masuk, membuat tubuh Nia terdorong. Sebuah tangan meremas tangan kiri Nia sementara satu tangan lagi menahan pinggulnya, membuat tubuh Nia tetap dalam posisi doggy style walaupun sudah tidak ada yang memegangi pundaknya. Kedua pria tadi kembali menikmati buah dada Nia yang sekarang tergantung di depan mata mereka.
“Ayo lanjutkan!” Tuan 6 menghardik Nia yang berhenti menghisap penisnya ketika rasa sakit menyerang bagian bawah tubuhnya tadi.
Pria lain yang menunggu giliran, semuanya telah melepaskan jubah masing-masing dan mengusapi penis mereka yang sudah tegang, dengan tidak sabar menunggu giliran memandang pemandangan yang sangat merangsang dimana artis yang biasa mereka lihat di sinetron sekarang tengah mengejang dan mengerang melayani empat orang pria yang tanpa ampun menikmati setiap senti dari tubuhnya.
Dua pengawal tadi terus mengambil gambar dari sudut yang terbaik, yang langsung terpancar ke dua layar besar, yang sekarang sedang diamati oleh Tuan 0. Bunyi telepon hampir tak terdengar karena suara erangan 2 pria yang sedang merasakan kenikmatan dunia melalui tubuh Nia terdengar memenuhi ruangan itu. Tuan 0 mengangkat dan mendengarkan sambil tersenyum senang.
“Kami hanya memberikan yang terbaik saja Tuan, dan kami sudah membuktikan bahwa dana yang kami butuhkan untuk melaksanakan semua ini, tentu masih kecil dibandingkan dengan apabila dia masuk dalam keluarga Tuan dan mendapat bagian dari kekayaan Tuan.” jawab Tuan 0, “Terima kasih Tuan, selamat menikmati show kami ini, dan jika Tuan membutuhkan copynya, kami siap membantu.”
Tuan 0 tersenyum sambil menutup teleponnya. Layar monitor di samping tempat duduknya, berkedip dan terlihat informasi masuknya dana ke dalam rekening pribadinya, dengan jumlah digit lebih dari 9. Sementara di tengah matras, Tuan 0 tampak sudah tidak tahan untuk memuntahkan cairan cintanya ke dalam mulut Nia yang terus-menerus menghisap, menjilat dan bergerak merangsang penisnya yang dari tadi terus berkedut menahan orgasme. Sementara pria di belakang Nia, sekarang memegangi kedua tanngan NIa dan semakin brutal mendorong penisnya ingin memasukan penis miliknya sedalam mungkin kedalam liang kenikmatan itu. Rangsangan pada buah dada serta hentakan dan gesekan penis pada clitoris Nia, membuat Nia berkeringat, tubuhnya bergetar merasakan gelora yang mulai tak kuasa lagi dibendungnya. Ia meronta-ronta ketika gelora itu makin memuncak dan akhirnya Nia melengking ketika orgasme menghajar vaginanya, dan terus naik keseluruh tubuhnya membuatnya menggelepar dalam pegangan pria yang terus menyetubuhinya, seakan sedang berlomba ingin menyusulnya meraih orgasme yang dahsyat. Tuan 6 mengerang sambil menahan kepala Nia hingga penisnya masuk hingga kepala penisnya bisa merasakan gerakan otot tenggorokan Nia yang meronta-ronta ketika sperma menyembur dan langsung masuk ke dalam tenggorokan Nia.
Mata Nia membelalak memohon agar Tuan 6 melepaskan pegangannya tapi tanpa hasil sementara, hentakan di vaginanya kembali membawa dirinya diambang orgasme yang kedua, bersamaan dengan dengusan pria itu, Nia kembali tersapu orgasme yang lebih besar dan beruntun tanpa ampun. Kepalanya langsung tersungkur ke matras, ketika pria di belakangnya melepaskan pengangan tangannya. Nafas Nia tersengal-sengal, tubuhnya bergetar, vaginanya terasa ngilu setelah semua kenikmatan yang barusan ia terima secara beruntun. Tuan 6 dan pria tadi tersenyum puas, dan menghempaskan tubuh mereka ke sofa mereka masing-masing. Melihat dua pria yang tadi mengerjai buah dada Nia, membalikkan tubuh Nia hingga terlentang sekarang.
“Jangan… saya mohon, sakit… hentikan…” Nia berusaha menjauh ketika kakinya dibuka lebar oleh Tuan 4, sementara penis Tuan 8 sudah mengacung di depan mulutnya.
“Buka!” perintah Tuan 8
Nia membuka mulutnya yang terasa begitu kaku, setelah dipakai oleh Tuan 6, tapi Tuan 8 tidak peduli, dan langsung menggerakan kepala Nia membuat mulut Nia kembali menelan penis milik pria yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Tuan 8 menggeram nikmat ketika ia akhirnya merasakan kehangatan mulut Nia dengan lidahnya yang menyapu setiap bagian dari penisnya dengan begitu lembut. Tangan Tuan 8 terus meremasi buah dada Nia yang terlihat memerah. Sementara itu Tuan 4 menahan pinggul Nia ketika mulai melesakkan kepala penisnya kedalam vagina Nia.
“Neegghh, eeeghhh… hhhggkk…” Nia mengerang ketika penis itu menembus tubuhnya lagi, dan mulai merangsang vaginanya lagi.
Tuan 4 mengangkat kaki Nia hingga penisnya bisa masuk lebih dalam dan merasakan jepitan otot vagina yang meremas batang penisnya membuat ia mengerang nikmat. Kedua pria itu bergerak makin cepat, karena dari tadi mereka sudah menahan nafsu mereka dan ingin segara merasakan puncak kenikmatan dunia bersama artis yang tanpa perlawanan melayani mereka. Sama seperti mereka, Nia pun mengalami dorongan seksual yang kian lama kian memuncak dan untuk ketiga kalinya tubuhnya meledak dalam orgasme bersamaan dengan semburan hangat dari penis Tuan 4 di dalam vaginanya. Dua manusia berbeda umur dan kelamin itu mengerang dalam kenikmatan seksual yang sama sebelum akhirnya lemas.
Tuan 4 bangkit dan menuju sofanya, sementara tempatnya digantikan oleh Tuan 8 yang sudah puas menikmati mulut Nia. Tapi hanya sesaat Nia dapat menutup mulutnya karena sepasang kaki sudah ada dihadapannya, diikuti dengan turunnya batang penis lain depan mulutnya. Delapan pria berikutnya bergantian menikmati mulut dan vagina Nia, tanpa mempedulikan, erangan Nia, serta tangisan yang memohon mereka untuk berhenti sejenak agar dia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa remuk redam dihajar oleh begitu banyak penis dan merasakan orgasme yang tiada henti. Kenikmatan orgasme itu sudah hilang digantikan oleh rasa ngilu setiap kali tubuhnya mengejang. Tuan 2 sedang menikmati goyangan pantat Nia yang sedang duduk diatasnya, berusaha segera mengakhiri siksaan itu, ketika Tuan 6 kembali bangkit, dengan penis yang sudah tegak berdiri. Tuan 6 merasa tidak puas sebagai satu-satunya orang yang tidak merasakan nikmatnya vagina Nia, mendorong Nia hingga dadanya menempel dengan dada Tuan 2. Nia menjerit panik ketika kedua tangan Tuan 6 membuka belahan pantatnya dan merasakan ibu jari Tuan 6 di lubang anusnya.
“Jangan, jangan, jangan disitu, jangan saya mohon. Jangan Tuan, jangaaakkhhh, hhhgggkkkk, aaaakkkkhhh, sakiiihhhkkk…” Nia menjerit kesakitan ketika Tuan 6 mendorong penisnya masuk ke lubang anus miliknya yang selama ini belum penrah dimasuki oleh apapun.
Lolongan Nia, disambut seringai dari semua pria yang ada di ruangan itu, sebagian menyemangati Tuan 6 agar terus mendorong. Tuan 2 mengerang nikmat karena Nia yang mengejan, menahan penis Tuan 6 membuat vaginanya meremas batang penisnya dengan begitu nikmat. Lengkingan Nia terputus ketika akhirnya penis Tuan 6 berhasil menerobos masuk dan terus mendorong hingga seluruh batang penis itu masuk ke dalam anus Nia. Dua pria itu kemudian mulai bergerak bersamaan, sementara Nia menjerit setiap mereka bergerak keluar masuk tubuhnya. Gerakan itu melambat ketika Kamal mendekati Nia, sambil membawa sebuah handphone. Ia berbisik pada telinga Nia, sambil menjambak rambutnya hingga Nia bisa melihat nomor yang ia tekan dan berbicara pada handphone tersebut.
Nia terlihat menggigit bibirnya ketika terdengar nada sambung dari speaker handphone tersebut.
“Halo, halo? Nia? Kamu dimana sayang? AKu hubungi beberapa hari ini gak pernah bisa. Halo? Halo?” suara pria terdengar dari speaker handphone tersebut.
“Hhkk..Mas Ardi..hhkk, aku gahk apa apa mas.. hkk..” Nia berkata sambil menahan hentakan Tuan 6 dan Tuan 2 yang terus menyetubuhinya.
“Kamu dimana sayang, halo? Kamu kenapa? Suara kamu kok beda… Sayang?”
“Mas Ardi, aku gak bisa bersama mas lagihhhkk, tolong lupakanhhkk aku mas.. Aku gak bisahh hggghhkk, mendampingi masshhkkk…”
“Apa maksud kamu, aku gak ngerti, papa sudah tanya kamu ter…”
“Lupakaan aku mass, lupakannn, aaahkk akggkkkk…”
Kamal menekan tombol untuk memutuskan hubungan. Melihat itu Tuan 2 dan Tuan 6 kembali menghentak dengan brutal untuk segera mengakhiri persetubuhan itu. Dan tak lama kemudian, kedua pria itu mengerang bersamaan, ketika mereka menumpahkan semua cairan cinta mereka ke dalam tubuh Nia. Nia hanya tersungkur, dengan nafas berat, matanya melihat kedua pria tadi duduk di soaf mereka masing-masing sambil tersenyum puas. Kepala Nia berputar, sebelum akhirnya ia pingsan kelelahan. Tuan 0 menepukan kedua telapak tangannya tanda kagum dengan pertunjukan yang baru ia saksikan. Kedua penjaga tadi membereskan kamera masing-masing dan kemudian membantu Kamal mengangkat tubuh Nia keluar ruangan.
“Kami ucapkan terima kasih atas apresiasi Tuan semua pada sample kami yang kami yakin sangat memuaskan bagi Tuan semua.” kata Tuan 0 ketika tubuh Nia sudah dibawa keluar dari ruangan itu. “Berikutnya Kahar akan membagikan amplop yang berisikan sandi untuk masuk ke ruangan yang sudah disediakan bagi Tuan semua. Tuan semua dapat mempergunakan ruangan itu kapan saja, selama masih menjadi anggota kami. Kami persilakan menggunakan cara yang tertera untuk dapat menghubungi kami, sehingga kami dapat menyediakan transportasi dari tempat Tuan ke pulau ini. Kami siap 24 jam untuk dihubungi oleh Tuan semua.”
12 pria tadi tersenyum menerima amplop yang dibagikan oleh Kahar.
“Kami rasa presentasi kami cukup jelas, kami menunggu kabar dari Tuan 7 mengenai target yang diinginkan, sehingga kami bisa mempersiapkannya dengan baik.”
Tuan 7 menganggukan kepala dan berjanji akan mengabari secepatnya. Akhirnya didampingi oleh tiga pengawal tadi, 12 pria tadi keluar ruangan meninggalkan Tuan 0 sendirian. Tuan 0 tersenyum puas dengan apa yang baru saja terjadi dan ia yakin rencana dirinya itu akan sukses besar dan ia dapat segera mencapai apa yang dia inginkan. Dengan cepat dan mudah. Nia membuka matanya, berusaha melihat sekelilingnya, sebelum akhirnya sadar ia ada di dalam sel tempat ia disekap selama ini. Tanganya masih terborgol kebelakang, bahu kanannya sakit karena menahan tubuhnya selama ia pingsan. Tubuh Nia sudah bersih dan harum kembali. Ia berbaring di atas matras kecil di dalam sebuah sel berukuran 5 x 5 meter. Ketika Nia sedang merenungi nasibnya, ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan melihat Tuan 0 beserta tiga pengawalnya ada di depan pintu sel.
“Selamat malam Nia, Aku rasa tidur selama 24 jam cukup bagi kamu kan.”
“Lepaskan saya, saya mohon, apa salah saya?”
“Berapa lama waktu yang kalian butuhkan mengajari dia jadi seperti kemarin?” tanya Tuan 0 pada Kahar.
“5 hari Bos.” jawab Kahar.
“Bagus, aku puas dengan hasil kerja kalian, sehingga presentasi kemarin bisa berjalan dengan lancar.” kata Tuan 0. “Aku rasa kalian pantas mendapatkan hadiah tambahan.”
Ketiga pengawal itu tersenyum lebar, salah satu dari mereka membuka kunci pintu sel itu lalu masuk mendekati Nia, diikuti oleh dua temannya. Nia berusaha bangkit dan menjauh dari mereka ketika mendengar pintu sel tadi berdentang menutup. Tuan 0 berjalan menuju lift sambil mendengarkan jeritan Nia yang meminta tolong dan memohon ampun pada ketiga pengawalnya yang tertawa ketika menikmati hadiah yang baru ia berikan.
By: Angelic Slut
Sumber : 2Belas
indonesich otak bokep tolol idiot lagi
ReplyDeletejangan ada yang ngejawab mau saya tebas sesadis mungkin sama saya bisa aja lebih sadis dari teroris mau bukti ha karna saya sudah tergabung sama orang orang yahudi men enak disitu gua berbuat sadis bahkan lebih mau coba ha kediri lo semua sama anceman lo semua ni gua anggap gak ada apa2nya dibanding ajaran gua yahudi satu lagi gua sangat suka orang yahudi ya tuh impian gua gua gak peduli mau berapa orang yang mati ya inget ya semua ok kalo tidak nyawa kalian atau orang tua kalianmenjadi milik gua 1.gua sangat serius kok njing ingat ya biar ga ada yang mati
ReplyDelete