Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Monday, November 30, 2009

10 Tips Agar Tidak Kecewa Putus Cinta

http://gusriandy.files.wordpress.com/2008/12/emohearts1.jpg

1. Telepon seorang teman. Teman-teman terdekat atau sahabat adalah orang-orang yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa sulit. Mereka bisa jadi pendengar yang hebat; mereka membantu Anda menyadari hal-hal yang tidak terlihat oleh Anda, dan mereka adalah teman-teman yang paling enak untuk menemani Anda minum. Bicaralah dengan mereka.

2. Makanlah. Mungkin tidak baik bagi berat badan Anda tapi makan pasti akan meredakan stress setelah putus cinta. Pilihlah makanan yang rendah kalori.


3. Tidurlah. Istirahatlah dengan baik. Usahakan jangan terlalu banyak berpikir. Semakin Anda memikirkannya, semakin Anda merasa tidak enak. Mandilah, minum susu kemudian tidur selama 8 jam penuh. Besok paginya, Anda akan merasa lebih baik.

4. Bacalah buku roman. Ini adalah ide menarik yang dikemukakan salah seorang anggota women-in-asia.com. Setelah membaca buku-buku tersebut, mungkin Anda akan menyadari ternyata mantan Anda tidak sehebat yang Anda anggap. Kemungkinan di luar sana ada banyak pria yang jauh lebih ganteng dan lebih baik yang menunggu Anda.

5. Mulailah memikirkan prioritas-prioritas lain. Masih banyak hal lain yang layak dipikirkan daripada sebuah hubungan. Teleponlah teman-teman Anda, keluarga atau alihkan perhatian pada pekerjaan Anda. Kalau Anda menggunakan waktu Anda secara efisien, Anda mungkin bahkan tidak punya satu menitpun untuk memikirkan mantan Anda.


6. Lebih banyak berolah raga. Ubah penampilan Anda menjadi lebih gres, segar dan menakjubkan. Anda akan merasa luar biasa! Bila suatu hari mantan Anda melihat Anda lagi, ia akan memukul dadanya dan berkata. “Bodoh sekali aku membiarkan wanita yang begitu hebat lepas... “Ia pasti akan menyesalinya sepanjang hidupnya!”


7. Jangan pernah mengecewakan diri Anda sendiri. Putus cinta tidak berarti kiamat. Kalau Anda mulai menyalahkan diri sendiri, lambat laun Anda sendiri akan mulai merasa kecewa. Jangan sekali-kali putus harapan pada diri sendiri. Lebih percaya dirilah dan Anda akan merasa lebih baik.


8. Jangan pernah minta balik. Semakin kita berusaha saling mempertahankan, akan semakin buruk akibatnya.


9. Jangan mengubah diri untuk menyenangkan si dia. Kalau mantan Anda memutuskan Anda gara-gara penampilan fisik atau kepribadian, jangan pernah mau menerima alasan-alasan seperti itu karena seringkali itu semua hanya alasan untuk menyingkirkan Anda. Tetaplah jadi diri sendiri.


10. “Perbaharui dirimu” Item #9 mengatakan jangan mengubah diri Anda untuk menyenangkan si dia. Tapi, tidak ada salahnya meneliti penampilan Anda dengan seksama dan “Memperbaharui” diri. Cobalah gaya rambut baru, beli pakaian tren terbaru, pergi ke salon untuk cuci muka dan masker atau untuk manicure .... inilah cara-cara “memperbaharui” diri dan membuat Anda terlihat dan merasa lebih baik.

Keberhasilan itu hanya bisa didapat pada orang-orang yang mau mencoba dan berusaha, bukan pada orang yang hanya berpangku tangan.

Semoga tips ini ada manfaatnya. Selamat mencoba…..!

TIPS UNTUK MENINGKATKAN RASA PEDE

http://www.bloggaul.com/detective_girl/pic/detective_girl_26200934600PM_EmoGirl_17_SadAndAlone-1.jpg

# Jika anda termasuk orang yang tidak atau kurang 'pede', jangan
cuma diam. Kembangkan rasa percaya diri anda! Dan jika anda sudah
memiliki rasa percaya diri yang baik, periharalah rasa pede tersebut, tentu
saja agar rasa pede Anda tetap dalam batas yang proporsional. Caranya?
Lakukanlah hal-hal berikut ini:


Pujilah diri sendiri
# Jangan ragu untuk memberi selamat pada diri sendiri ketika Anda
berhasil meraih prestasi, walau sekecil apapun. Caranya yaitu dengan
berbicara pada diri sendiri, "ya saya memang pantas mendapatkannya karena
saya
telah bekerja keras". Kalau perlu berikan hadiah pada diri sendiri,
misalnya dengan membeli sepatu atau jam tangan yang telah lama anda
iniginkan. Lagipula memuji diri sendiri sepanjang tidak merugikan dan
mengganggu orang lain dapat berpengaruh positif pada Anda. Tindakan ini
dapat
membantu Anda lebih percaya diri dan optimis dalam mengerjakan apapun,
terutama dalam melaksanakan tugas-tugas Anda. Anda pun telah belajar
menghargai diri sendiri.


Buatlah orang lain menghormati Anda
# Ingat, Anda tidak dapat memaksa orang lain menghormati Anda jika Anda
sendiri tidak menghormati diri sendiri sendiri dan orang lain. Cara
bicara yang seenaknya dan gaya berpakaian yang tidak sopan adalah contoh
bahwa Anda sendiri tidak menghormati diri sendiri. Jika Anda tidak dapat
menghormati diri sendiri bagaimana orang lain mau menghormati Anda?.
Jika Anda merasa orang lain menghormati Anda, tentu Anda akan merasa akan
lebih pede mekakukan apapun. Tentu saja Anda bisa membuat orang lain
agar menghormati Anda tanpa terkesan Anda 'gila hormat' bukan?


Jangan Takut Gagal
# Orang yang takut gagal mustahil bisa mempunyai rasa 'pede' yang lebih
baik. Mereka yang takut gagal selalu dihantui rasa bersalah setiap
ingin melakukan apapun. Hal ini jelas akan mengahambat kemajuan karir Anda.
Jika Anda pernah mengalami kegagalan di masa lalu jangan jadikan
kegagalan itu sebagai masalah 'traumatis'. Tapi sebaliknya jadikan kegagalan

itu sebagai pengalaman dan pelajaran berharga untuk meraih yang lebih
baik. Dengan mengenyahkan rasa cemas dan takut 'gagal' otomatis rasa
percaya diri Anda akan tumbuh. "Kegagalan adalah Sukses yang Tertunda".


Buatlah target sukses yang lebih luas
# Membatasi target sukses hanya membuat Anda terbelenggu pada ukuran
sukses yang sesungguhnya amat relatif. Umumnya, jika anda sudah mencapai
kesuksesan yang diinginkan, Anda akan merasa puas dan membuat Anda
berhenti sampai disitu. Sehingga Anda merasa tidak perlu berjuang lebih
keras. Karena itu jangan batasi target kesuksesan Anda. sekali Anda
menargetkan kesuksesan, Anda akan sulit untuk lebih maju dan berkembang. Dan

ingat, setiap kali Anda memimpikan sukses, setiap kali itu pula Anda
akan merasa lebih pede dalam menggapainya.


Yakinlah bahwa Anda bisa
Tanamkan keyakinan pada diri sendiri bahwa Anda bisa melakukan dan
menyelesaikan pekerjaan apapun, bahkan yang paling sulit sekalipun. Dengan
demikianAnda telah berpikir positif terhadap diri sendiri. Hal ini
dapat memberi kekuatan dan menumbuhkan percaya diri pada Anda setiap kali
Andainigin melakukan sesuatu.
Pada dasarnya rasa pede ini perlu untuk membantu dan mendorong
kesuksesan Anda tetapi jangan sampai rasa pede itu membuat Anda sombong dan
besar kepala. Dan yang perlu Anda catat, rasa 'pede saja tidak cukup
untuk menggapai sukses. Untuk menggapainya perlu dibarengi usaha, 'kerja
keras, dan doa. Semoga Sukses.


(diambil dari : My other side of the stories)

2Belas – Pilot

Bila ada orang yang memandang ke sebuah titik di tengah laut sana, akan terlihat sebuah pulau yang besar, terletak jauh dari pantai. Orang tidak akan bertanya-tanya pulau apakah itu, karena tidak terlihat ada tanda kehidupan di pulau itu. Tetapi jika ada orang yang melintas di atas pulau itu, akan terlihat sebuah dermaga dilanjutkan dengan jalan berliku, menembus hutan dan masuk ke tengah pulau tersebut. Jalan itu akan masuk ke sebuah gua, terus turun dan terhenti pada sebuah pintu baja besar, dengan kamera pengawas dan dikendalikan dari jarak jauh. Di balik pintu itu, terdapat ban berjalan yang dapat membawa orang-orang yang dapat masuk kedalam gua tersebut masuk lebih dalam lagi hingga tiba di ruangan yang ditata dengan selera tinggi seperti lobby hotel bintang lima. Dalam ruangan itu terdapat 13 pintu, dengan nomor 0 sampai 12 di atas masing-masing pintu tersebut. Dengan dilengkap dengan keypad pada masing-masing pintu, hanya orang yang mengerti sandi dari pintu tersebut yang dapat membukanya. Sekarang di dalam lobby tersebut ada 12 orang dengan topeng hitam yang menutupi mata mereka sehingga tidak ada yang bisa menebak siapa mereka sebenarnya. 12 orang itu mengenakan jubah mandi warna putih yang dibuat dari sutra. Mereka ditemani dengan 3 orang penjaga yang berbadan kekar, dengan raut muka yang menunjukan bahwa mereka bukan orang yang bisa diajak main-main dalam urusan ini. Salah seorang dari mereka menekan 12 digit nomor sandi di pintu dengan nomor 0, dalam sekejap pintu tersebut terbuka, dan mereka mempersilakan ke-12 orang tadi masuk diikuti oleh para penjaga. Ternyata ruangan yang ukurannya cukup besar sehingga 15 orang tersebut dapat berdiri dengan leluasa, adalah sebuah lif. Di dalam list tersebut ada tombol 0 sampai 12 diikuti dengan tombol A sampai E.

Lift tersebut kemudian berhenti ketika lampu pada angka 0 menyala. Dibalik pintu yang sekarang terbuka terlihat lorong terang. Di ujung lorong tersebut lagi-lagi terdapat pintu dengan keypad. Akhirnya, dua belas orang tersebut sampai ke dalam sebuah ruangan luas, di tengahnya terdapat 13 sofa mewah dengan nomor 0 sampai 12 di belakangnya, mengitari matras yang terlihat berkualitas paling baik. Di belakang kursi nomor 0 terdapat dua buah layar besar. Seseorang duduk di kursi nomor 0. Tubuhnya gempal, mukanya yang mengenakan topeng, tampak berparut. Ketiga penjaga tadi mempersilakan, 12 tamu tadi duduk sesuai dengan nomor yang tersemat di jas mereka. Setelah mereka duduk dengan nyaman di sofa mereka, baru mereka menyadari ada sesuatu di tengah matras yang ada di tengah mereka, diselubungi oleh kain hitam, dan bagi mereka yang awas, terlihat adanya sedikit gerakan di balik selubung hitam itu.

“Selamat malam, tuan-tuan sekalian, selamat datang di pulau kami.” pria yang duduk di kursi 0 akhirnya angkat bicara.

“Sesuai dengan pembicaraan kita sebelumnya, bahwa kami menjamin kerahasiaan, dari Anda semua, dan kami pun mengharapkan kemampuan Anda dalam menjaga rahasia ini.” lanjut pria itu. “Anda dapat memanggil saya Tuan 0 dan Anda juga dapat menggunakan nomor yang Anda dapatkan sebagai nama panggilan.”

“Ketiga orang di belakang saya ini, adalah orang yang dapat kita semua andalkan, agar semua keinginan kita semua dapat terlaksana dengan baik dan lancar.”

“Sebelum kita mulai dengan acara kita yang utama, perkenankan saya mengulang kembali hal-hal yang terkait dengan kelompok kita ini. Kelompok ini terdiri dari 12 orang, dengan ikatan anggota sepanjang 12 bulan. setelah 12 bulan, kita akan review apakah Anda semua masih dapat bergabung dengan kami, atau digantikan oleh calon anggota yang ada di daftar tunggu kami.”

“Setiap anggota dapat memilih target mereka masing-masing, sesuai dengan keinginan mereka, tanpa batasan status dan umur. Tapi tentu saja, target biasa dengan target public figure ataupun selebriti akan berbeda dari segi harga.”

“Setiap anggota dapat menggunakan fasilitas di ruangan yang ada di pulau kami ini, selama 30 hari, dan dapat menggunakan target mereka sesuka hati mereka, tanpa kecuali.”

Sebuah suara lirih terdengar dibalik selubung hitam itu, yang sekarang terlihat gemetar.

“Setelah waktu 30 hari habis, maka target akan menjadi hak milik kami, tertapi Anda tetap dapat menggunakan fasilitas yang tersedia bagi Anda selama 12 bulan.”

“Penggunaan target oleh semua anggota diperbolehkan, selama yang mengajak adalah anggota yang aktif pada bulan tersebut.

“Saya rasa, review singkat tersebut dapat diterima, mungkin ada pertanyaan dari Anda semua, sebelum kita mulai bisnis kita ini?”

12 orang tersebut hanya menganggukan kepala tanda mengerti, ada beberapa yang tampak tidak sabar untuk mengikuti acara selanjutnya.

“Baiklah jika Anda semua sudah mengerti.” Tuan 0 melanjutkan, “Tentu saja, kami tidak pernah hanya omong besar, tanpa memberikan bukti yang nyata. Sebagai tanda dimulainya bisnis kita ini, kami berikan sebuah sample dari apa yang akan Anda dapatkan dari kami.”

Tuan 0 melambaikan tangannya, dan salah satu pengawal tadi mendekat ke selubung tadi, lalu dengan cepat menariknya hingga semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut, yang diterangi dengan sangat terang tapi dengan suhu yang ideal, dapat melihat apa atau siapa yang ada di balik selubung tadi.

12 orang tadi terkesiap, beberapa diantara mereka bahkan langsung merasakan penis mereka mengeras melihat sosok wanita, yang masih begitu muda, dengan rambut halus tergerai, kulit yang putih lembut dan tampak terawat, mereka bahkan dapat mencium wangi tubuh wanita itu dari sofa mereka. Tanpa mengenakan selembar benang pun, wanita itu bersujud di tengah matras dengan tangan terikat ke belakang dengan borgol hitam, di lehernya melingkar kalung dari kulit warna hitam yang dilengkapi dengan lingkara-lingkaran dari logam. Payudaranya bergerak naik turun ketika tangis yang tadi ditahan semakin tidak terbendung. Wanita itu menundukan kepalanya, tapi dengan cepat tiap orang dari mereka dapat mengenali siapa dia. Tetesan air mata, tampak menetes jatuh dari pipi wanita itu tapi hanya menambah nafsu 12 orang tadi untuk segera mendekat.

“Saya lihat semua familiar dengan sample yang kami tawarkan, saya harap sample dapat lebih membuat Anda yakin bahwa investasi Anda tidak akan sia-sia.”

Mereka mengangguk, dan beberapa tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol mereka.

“Target ini adalah permintaan khusus, dari klien kami, yang agak keberatan jika target masuk dalam lingkungan keluarga mereka dengan pernikahan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.”

Wanita itu hanya dapat menahan agar tangisannya tidak pecah lebih keras lagi dengan mengigit bibirnya.

“Karena ini adalah sample, tentu saja semuanya free of charge, tapi untuk dapat menentukan urutan dari Anda untuk dapat segera mendapatkan layanan dari kami, kami mohon Anda dapat memberikan jumlah uang muka yang dapat Anda serahkan untuk membayar jasa kami dalam mendapatkan target Anda. Harap diingat jumlah tawaran tidak dapat diubah, dan menentukan urutan Anda dalam mendapatkan target Anda.”

Penjaga tadi mengambil secarik kertas yang terlipat dan memasukan apa yang tertulis di masing-masing kertas tersebut pada komputer di bawah layar tadi. Dalam sekejap, terlihat urutan yang disusun berdasarkan besar tawaran dari mereka.

“Seperti Anda lihat, maka urutan final adalah, Tuan 7, Tuan 5, Tuan 9, Tuan, 8, Tuan 1, Tuan 2, Tuan 3, Tuan 11, Tuan 10, Tuan 4, Tuan 12, dan terakhir Tuan 6.”

Tuan 0 kemudian mengangkat telepon dan menunggu jawaban dari seberang sana.

“Selamat malam Tuan, kami disini sudah siap untuk mulai, apakah Tuan sudah siap menerima gambar dari kami?” Tuan 0 menunggu setelah itu mengangguk sambil berkata,”Tentu saja ini langsung Tuan, gambar akan Tuan terima dalam beberapa menit. Terima kasih.”

Dua orang pengawal yang tadi hanya berdiri, beranjak mengambil kamera video yang tampak berkualitas dan mengambil tempat di tepi matras sambil mulai mengambil gambar yang langsung terpancar ke layar besar tadi.

“Kamal, mulai!” perintah Tuan 0 pada penjaga yang menarik selubung hitam tadi.

Kamal mendekati wanita tadi yang tampak makin gemetar dan berusaha menyingkir, tapi kalah cepat karena tangan Kamal telah menjambak rambutnya dan membisikan kata-kata yang tampak tegas, yang membuat wanita gemetar ketika menganggukan kepalanya.

Perlu beberapa saat, yang dinanti dengan rasa tidak sabar dari 12 orang tadi , ketika wanita tadi mengangkat wajahnya dan memandang mereka. Suara yang keluar dari mulutnya penuh ketakutan.

“Nama saya Nia Ramadhani, umur saya 19 tahun, malam ini saya akan melayani Tuan semua, mohon ijinkan saya melayani Tuan semua.”

Pria yang dipanggil Tuan 6 langsung berdiri, dia tidak mau kehilangan kesempatan setelah tahu dirinya kalah dalam lelang urutan tadi, beberapa pria lain juga mengikuti dirinya. Tuan 6 langsung melepaskan jubahnya, dan menurunkan celana dalam yang dia kenakan. Penisnya mengacung dan bergoyang ketika ia melangkah diatas matras mendekati Nia. Nia memandang takut dan berusaha bangun menghindari Tuan 6, tapi terlambat, tangan Tuan 6 telah sampai dan mencengkeram kepalanya mengarahkan mulut Nia ke penisnya.

Nia Ramadhani

Nia Ramadhani

Nia memandang Tuan 6, mengharapkan dapat memohon belas kasihan, tapi ia hanya melihat sorot mata penuh nafsu, yang membuatnya membuka mulut dan menelan penis Tuan 6 yang terasa begitu keras memenuhi mulutnya. Nia membasahi batang penis itu dengan lidahnya, sembari menghisapnya perlahan. Ia memejamkan matanya.

“Lihat ke atas!” Tuan 6 menghardik.

Nia membuka matanya dan menatap dengan mata yang basah, sambil terus berusaha memuaskan pemilik penis yang bergerak keluar masuk di mulutnya itu. Nia melihat Tuan 6 tersenyum nikmat, menikmati setiap detik penis miliknya merasakan kehangatan mulut Nia.

Nia tersentak kaget ketika ia merasakan, tubuh lain menempel dipunggungnya, merabai punggungnya turun hingga pantatnya, kemudian meremas bongkahan pantat yang begitu kencang dan halus.

“Bener-bener kualitas nomor satu!” Nia mendengar suara pria lain yang berada di belakangnya. Hampir bersamaan, ia merasakan 2 orang pria mengapit dirinya, semuanya juga telanjang bulat, keduanya mengulurkan tangan mereka, mulai meremas buah dadanya yang ranum.

Nia mengerang lirih, hampir tak terdengar karena penis Tuan 6 yang makin cepat keluar masuk, ketika remasan itu dilanjutkan dengan pilinan di puting susunya, ia bergidik ketika merasakan mulut mereka menghisap dan menjilat puting susunya, yang tanpa kuasa mengeras dan mengacung.

“Ukurannya pas. Dan yang penting kencang!” pria di sebalah kanan Nia berkata, sambil terus menghisap sambil sekali-kali mengigiti puting susu itu hingga Nia kembali merintih.

Tuan 6 melihat mata Nia melebar ketika merasakan sebuah jari masuk kedalam belahan vaginanya. Ia berusaha melepaskan jari itu tapi tak berdaya, membuat Nia frustasi dan kembali melelehkan air mata. Nia merasakan, vaginanya mulai lembab, lalu menjadi licin membuat jari itu dapat leluasa bergerak masuk kedalam dan merangsang lebih dalam lagi.

Nia masih memandang Tuan 6 ketika ia melihat Tuan 6 memandang ke pria yang ada di belakangnya, sambil menganggukan kepala. Tangan Tuan 6 memegang kepala Nia, menahannya ketika ia melangkah mundur kebelakang. Sementara pria di belakang Nia memegangi pinggulnya, dan kedua pria lain yang ada di sisinya menahan pundaknya. Nia sekarang dalam posisi doggy style ditahan pada bagian bahu oleh 2 pria tadi. Pria di belakang tadi membuka kaki Nia, meremas pantatnya, dan menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Nia yang terlihat berkilat. Nia mengerang, meronta dan memohon, dengan mulut dipenuhi oleh penis Tuan 6, ia merasakan kepala penis yang sama kerasnya dengan yang ada di mulutnya, mulai membuka jalan masuk ke dalam liang kewanitaannya.

“Shit, sempit banget! Padahal dia udah gak perawan kayaknya.” suara di belakang Nia kembali terdengar sambil terus mendorong penisnya.

Tubuh Nia mengejang ketika penis itu akhirnya menang, ia merasakan ngilu bercampur sakit ketika dengan gerakan kasar penis itu mulai bergerak menyetubuhinya. Nia mendengar dengusan ketika pria itu menghentakan penisnya, keluar dan masuk, membuat tubuh Nia terdorong. Sebuah tangan meremas tangan kiri Nia sementara satu tangan lagi menahan pinggulnya, membuat tubuh Nia tetap dalam posisi doggy style walaupun sudah tidak ada yang memegangi pundaknya. Kedua pria tadi kembali menikmati buah dada Nia yang sekarang tergantung di depan mata mereka.

“Ayo lanjutkan!” Tuan 6 menghardik Nia yang berhenti menghisap penisnya ketika rasa sakit menyerang bagian bawah tubuhnya tadi.

Pria lain yang menunggu giliran, semuanya telah melepaskan jubah masing-masing dan mengusapi penis mereka yang sudah tegang, dengan tidak sabar menunggu giliran memandang pemandangan yang sangat merangsang dimana artis yang biasa mereka lihat di sinetron sekarang tengah mengejang dan mengerang melayani empat orang pria yang tanpa ampun menikmati setiap senti dari tubuhnya.

Dua pengawal tadi terus mengambil gambar dari sudut yang terbaik, yang langsung terpancar ke dua layar besar, yang sekarang sedang diamati oleh Tuan 0. Bunyi telepon hampir tak terdengar karena suara erangan 2 pria yang sedang merasakan kenikmatan dunia melalui tubuh Nia terdengar memenuhi ruangan itu. Tuan 0 mengangkat dan mendengarkan sambil tersenyum senang.

“Kami hanya memberikan yang terbaik saja Tuan, dan kami sudah membuktikan bahwa dana yang kami butuhkan untuk melaksanakan semua ini, tentu masih kecil dibandingkan dengan apabila dia masuk dalam keluarga Tuan dan mendapat bagian dari kekayaan Tuan.” jawab Tuan 0, “Terima kasih Tuan, selamat menikmati show kami ini, dan jika Tuan membutuhkan copynya, kami siap membantu.”

Tuan 0 tersenyum sambil menutup teleponnya. Layar monitor di samping tempat duduknya, berkedip dan terlihat informasi masuknya dana ke dalam rekening pribadinya, dengan jumlah digit lebih dari 9. Sementara di tengah matras, Tuan 0 tampak sudah tidak tahan untuk memuntahkan cairan cintanya ke dalam mulut Nia yang terus-menerus menghisap, menjilat dan bergerak merangsang penisnya yang dari tadi terus berkedut menahan orgasme. Sementara pria di belakang Nia, sekarang memegangi kedua tanngan NIa dan semakin brutal mendorong penisnya ingin memasukan penis miliknya sedalam mungkin kedalam liang kenikmatan itu. Rangsangan pada buah dada serta hentakan dan gesekan penis pada clitoris Nia, membuat Nia berkeringat, tubuhnya bergetar merasakan gelora yang mulai tak kuasa lagi dibendungnya. Ia meronta-ronta ketika gelora itu makin memuncak dan akhirnya Nia melengking ketika orgasme menghajar vaginanya, dan terus naik keseluruh tubuhnya membuatnya menggelepar dalam pegangan pria yang terus menyetubuhinya, seakan sedang berlomba ingin menyusulnya meraih orgasme yang dahsyat. Tuan 6 mengerang sambil menahan kepala Nia hingga penisnya masuk hingga kepala penisnya bisa merasakan gerakan otot tenggorokan Nia yang meronta-ronta ketika sperma menyembur dan langsung masuk ke dalam tenggorokan Nia.

Mata Nia membelalak memohon agar Tuan 6 melepaskan pegangannya tapi tanpa hasil sementara, hentakan di vaginanya kembali membawa dirinya diambang orgasme yang kedua, bersamaan dengan dengusan pria itu, Nia kembali tersapu orgasme yang lebih besar dan beruntun tanpa ampun. Kepalanya langsung tersungkur ke matras, ketika pria di belakangnya melepaskan pengangan tangannya. Nafas Nia tersengal-sengal, tubuhnya bergetar, vaginanya terasa ngilu setelah semua kenikmatan yang barusan ia terima secara beruntun. Tuan 6 dan pria tadi tersenyum puas, dan menghempaskan tubuh mereka ke sofa mereka masing-masing. Melihat dua pria yang tadi mengerjai buah dada Nia, membalikkan tubuh Nia hingga terlentang sekarang.

“Jangan… saya mohon, sakit… hentikan…” Nia berusaha menjauh ketika kakinya dibuka lebar oleh Tuan 4, sementara penis Tuan 8 sudah mengacung di depan mulutnya.

“Buka!” perintah Tuan 8

Nia membuka mulutnya yang terasa begitu kaku, setelah dipakai oleh Tuan 6, tapi Tuan 8 tidak peduli, dan langsung menggerakan kepala Nia membuat mulut Nia kembali menelan penis milik pria yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Tuan 8 menggeram nikmat ketika ia akhirnya merasakan kehangatan mulut Nia dengan lidahnya yang menyapu setiap bagian dari penisnya dengan begitu lembut. Tangan Tuan 8 terus meremasi buah dada Nia yang terlihat memerah. Sementara itu Tuan 4 menahan pinggul Nia ketika mulai melesakkan kepala penisnya kedalam vagina Nia.

“Neegghh, eeeghhh… hhhggkk…” Nia mengerang ketika penis itu menembus tubuhnya lagi, dan mulai merangsang vaginanya lagi.

Tuan 4 mengangkat kaki Nia hingga penisnya bisa masuk lebih dalam dan merasakan jepitan otot vagina yang meremas batang penisnya membuat ia mengerang nikmat. Kedua pria itu bergerak makin cepat, karena dari tadi mereka sudah menahan nafsu mereka dan ingin segara merasakan puncak kenikmatan dunia bersama artis yang tanpa perlawanan melayani mereka. Sama seperti mereka, Nia pun mengalami dorongan seksual yang kian lama kian memuncak dan untuk ketiga kalinya tubuhnya meledak dalam orgasme bersamaan dengan semburan hangat dari penis Tuan 4 di dalam vaginanya. Dua manusia berbeda umur dan kelamin itu mengerang dalam kenikmatan seksual yang sama sebelum akhirnya lemas.

Tuan 4 bangkit dan menuju sofanya, sementara tempatnya digantikan oleh Tuan 8 yang sudah puas menikmati mulut Nia. Tapi hanya sesaat Nia dapat menutup mulutnya karena sepasang kaki sudah ada dihadapannya, diikuti dengan turunnya batang penis lain depan mulutnya. Delapan pria berikutnya bergantian menikmati mulut dan vagina Nia, tanpa mempedulikan, erangan Nia, serta tangisan yang memohon mereka untuk berhenti sejenak agar dia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa remuk redam dihajar oleh begitu banyak penis dan merasakan orgasme yang tiada henti. Kenikmatan orgasme itu sudah hilang digantikan oleh rasa ngilu setiap kali tubuhnya mengejang. Tuan 2 sedang menikmati goyangan pantat Nia yang sedang duduk diatasnya, berusaha segera mengakhiri siksaan itu, ketika Tuan 6 kembali bangkit, dengan penis yang sudah tegak berdiri. Tuan 6 merasa tidak puas sebagai satu-satunya orang yang tidak merasakan nikmatnya vagina Nia, mendorong Nia hingga dadanya menempel dengan dada Tuan 2. Nia menjerit panik ketika kedua tangan Tuan 6 membuka belahan pantatnya dan merasakan ibu jari Tuan 6 di lubang anusnya.

“Jangan, jangan, jangan disitu, jangan saya mohon. Jangan Tuan, jangaaakkhhh, hhhgggkkkk, aaaakkkkhhh, sakiiihhhkkk…” Nia menjerit kesakitan ketika Tuan 6 mendorong penisnya masuk ke lubang anus miliknya yang selama ini belum penrah dimasuki oleh apapun.

Lolongan Nia, disambut seringai dari semua pria yang ada di ruangan itu, sebagian menyemangati Tuan 6 agar terus mendorong. Tuan 2 mengerang nikmat karena Nia yang mengejan, menahan penis Tuan 6 membuat vaginanya meremas batang penisnya dengan begitu nikmat. Lengkingan Nia terputus ketika akhirnya penis Tuan 6 berhasil menerobos masuk dan terus mendorong hingga seluruh batang penis itu masuk ke dalam anus Nia. Dua pria itu kemudian mulai bergerak bersamaan, sementara Nia menjerit setiap mereka bergerak keluar masuk tubuhnya. Gerakan itu melambat ketika Kamal mendekati Nia, sambil membawa sebuah handphone. Ia berbisik pada telinga Nia, sambil menjambak rambutnya hingga Nia bisa melihat nomor yang ia tekan dan berbicara pada handphone tersebut.

Nia terlihat menggigit bibirnya ketika terdengar nada sambung dari speaker handphone tersebut.

“Halo, halo? Nia? Kamu dimana sayang? AKu hubungi beberapa hari ini gak pernah bisa. Halo? Halo?” suara pria terdengar dari speaker handphone tersebut.

“Hhkk..Mas Ardi..hhkk, aku gahk apa apa mas.. hkk..” Nia berkata sambil menahan hentakan Tuan 6 dan Tuan 2 yang terus menyetubuhinya.

“Kamu dimana sayang, halo? Kamu kenapa? Suara kamu kok beda… Sayang?”

“Mas Ardi, aku gak bisa bersama mas lagihhhkk, tolong lupakanhhkk aku mas.. Aku gak bisahh hggghhkk, mendampingi masshhkkk…”

“Apa maksud kamu, aku gak ngerti, papa sudah tanya kamu ter…”

“Lupakaan aku mass, lupakannn, aaahkk akggkkkk…”

Kamal menekan tombol untuk memutuskan hubungan. Melihat itu Tuan 2 dan Tuan 6 kembali menghentak dengan brutal untuk segera mengakhiri persetubuhan itu. Dan tak lama kemudian, kedua pria itu mengerang bersamaan, ketika mereka menumpahkan semua cairan cinta mereka ke dalam tubuh Nia. Nia hanya tersungkur, dengan nafas berat, matanya melihat kedua pria tadi duduk di soaf mereka masing-masing sambil tersenyum puas. Kepala Nia berputar, sebelum akhirnya ia pingsan kelelahan. Tuan 0 menepukan kedua telapak tangannya tanda kagum dengan pertunjukan yang baru ia saksikan. Kedua penjaga tadi membereskan kamera masing-masing dan kemudian membantu Kamal mengangkat tubuh Nia keluar ruangan.

“Kami ucapkan terima kasih atas apresiasi Tuan semua pada sample kami yang kami yakin sangat memuaskan bagi Tuan semua.” kata Tuan 0 ketika tubuh Nia sudah dibawa keluar dari ruangan itu. “Berikutnya Kahar akan membagikan amplop yang berisikan sandi untuk masuk ke ruangan yang sudah disediakan bagi Tuan semua. Tuan semua dapat mempergunakan ruangan itu kapan saja, selama masih menjadi anggota kami. Kami persilakan menggunakan cara yang tertera untuk dapat menghubungi kami, sehingga kami dapat menyediakan transportasi dari tempat Tuan ke pulau ini. Kami siap 24 jam untuk dihubungi oleh Tuan semua.”

12 pria tadi tersenyum menerima amplop yang dibagikan oleh Kahar.

“Kami rasa presentasi kami cukup jelas, kami menunggu kabar dari Tuan 7 mengenai target yang diinginkan, sehingga kami bisa mempersiapkannya dengan baik.”

Tuan 7 menganggukan kepala dan berjanji akan mengabari secepatnya. Akhirnya didampingi oleh tiga pengawal tadi, 12 pria tadi keluar ruangan meninggalkan Tuan 0 sendirian. Tuan 0 tersenyum puas dengan apa yang baru saja terjadi dan ia yakin rencana dirinya itu akan sukses besar dan ia dapat segera mencapai apa yang dia inginkan. Dengan cepat dan mudah. Nia membuka matanya, berusaha melihat sekelilingnya, sebelum akhirnya sadar ia ada di dalam sel tempat ia disekap selama ini. Tanganya masih terborgol kebelakang, bahu kanannya sakit karena menahan tubuhnya selama ia pingsan. Tubuh Nia sudah bersih dan harum kembali. Ia berbaring di atas matras kecil di dalam sebuah sel berukuran 5 x 5 meter. Ketika Nia sedang merenungi nasibnya, ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan melihat Tuan 0 beserta tiga pengawalnya ada di depan pintu sel.

“Selamat malam Nia, Aku rasa tidur selama 24 jam cukup bagi kamu kan.”

“Lepaskan saya, saya mohon, apa salah saya?”

“Berapa lama waktu yang kalian butuhkan mengajari dia jadi seperti kemarin?” tanya Tuan 0 pada Kahar.

“5 hari Bos.” jawab Kahar.

“Bagus, aku puas dengan hasil kerja kalian, sehingga presentasi kemarin bisa berjalan dengan lancar.” kata Tuan 0. “Aku rasa kalian pantas mendapatkan hadiah tambahan.”

Ketiga pengawal itu tersenyum lebar, salah satu dari mereka membuka kunci pintu sel itu lalu masuk mendekati Nia, diikuti oleh dua temannya. Nia berusaha bangkit dan menjauh dari mereka ketika mendengar pintu sel tadi berdentang menutup. Tuan 0 berjalan menuju lift sambil mendengarkan jeritan Nia yang meminta tolong dan memohon ampun pada ketiga pengawalnya yang tertawa ketika menikmati hadiah yang baru ia berikan.

By: Angelic Slut

Sumber : 2Belas

Bijin-Kei, Siasat Paras Elok

Bijin-Kei, Siasat Paras Elok (美人计)

-Ninja Gaijin-

********************************

PROVINSI BIZEN, JEPANG, ABAD KE-15

Hujan. Sudah dua hari hujan lebat mengguyur satu kamp tentara klan Urakami di perbukitan utara Bizen. Pemimpin kamp itu, Ukita Choichiro, jenderal kepercayaan Daimyo Urakami, menggerutu karena kehilangan kesempatan dua hari melatih pasukannya. Latihan memang tidak bisa dilakukan waktu hujan, karena yang dilatih adalah penggunaan senjata api. Tentunya repot menyalakan korek api dan sumbu untuk menyulut mesiu di tengah hujan. Selain itu, senjata dan mesiu yang berharga akan basah. Perbukitan yang dinamai “Kediaman Dewa Hujan” oleh warga setempat itu memang terpencil dan sulit dijangkau, karena itulah Daimyo Urakami yang menguasai Bizen sengaja membuat kamp tersembunyi di sana untuk melatih pasukan senapan secara rahasia. Sang Daimyo diam-diam membeli sejumlah besar senapan dari pedagang Portugis di Kyushu dan bermaksud membentuk pasukan senapan sebagai senjata rahasia untuk menghadapi daimyo-daimyo penguasa provinsi Mimasaka dan Harima tetangganya. Keunggulan senjata akan menjamin kemenangan, tapi kepemilikan senjata api harus dirahasiakan dari pesaing. Tapi rupanya pemilihan “Kediaman Dewa Hujan” sebagai tempat latihan tidak menguntungkan, karena sering terjadi hujan yang menghambat latihan 100 orang samurai yang akan dijadikan pasukan penembak. Ukita sedang mengamati hujan yang tak kunjung habis dengan dua ajudannya di depan bangunan utama yang menghadapi lapangan tempat latihan. Kamp itu berisi lapangan, bangunan utama yang merangkap tempat tinggal komandan, gudang tempat penyimpanan senjata dan mesiu, serta barak.

“Apa kita bisa minta pindah ke tempat yang lebih kering?” tanya seorang ajudan.

“Tidak bisa. Di sini tempat paling aman di Bizen, dan kita harus bisa memanfaatkan apa yang tersedia,” jawab Ukita pendek, menyembunyikan kekesalannya sendiri.

Dia baru sadar betapa repotnya mengatur jadwal latihan setelah menyadari bahwa tempat latihannya setiap beberapa hari diguyur hujan. Dia mulai bertanya-tanya apakah penugasannya ini sebenarnya semacam hukuman dari Daimyo Urakami. Seorang pengawal gerbang depan yang basah kuyup berlari-lari menyeberang lapangan menuju Ukita. Dia melapor,

“Jenderal, ada rombongan datang. Empat orang, dua membawa tandu. Mohon petunjuk!”

Ini tempat rahasia, jadi mustahil orang-orang itu cuma lewat, pikir Ukita. “Tanyakan siapa mereka. Kalau mencurigakan, habisi!” perintahnya kepada si pengawal.

Si pengawal pergi dan setelah beberapa saat kembali dengan membawa rombongan itu. Di belakangnya ada empat orang; yang paling depan adalah seorang perempuan setengah baya yang membawa payung, kemudian dua orang laki-laki yang mengusung tandu tertutup, dan terakhir seorang gadis muda yang juga berpayung dan membawa buntelan besar.

“Jenderal, mereka ini…” si pengawal berusaha menjelaskan tapi perempuan yang ada di depan rombongan mengambil-alih.

“Ukita-dono, kami diutus Yang Mulia Daimyo Urakami. Mohon persilakan kami masuk, sudah sepantasnya Anda tidak membiarkan perempuan menunggu di tengah hujan,” kata perempuan setengah baya itu sambil menggamit lengan Ukita dan menggandengnya.

Melihat sikap perempuan itu, Ukita merasa tamunya memang orang penting dan mempersilakan mereka masuk. Kedua pengusung membawa tandu masuk ruangan utama dan kemudian menurunkan tandu.

“Salam hormat kepada Ukita-dono,” perempuan yang memimpin rombongan membungkuk di depan Ukita dan mulai berbicara. “Atas keinginan Yang Mulia Daimyo Urakami kami datang ke sini, karena beliau berkenan menganugerahkan ganjaran kepada Anda sebagai bawahannya yang setia. Puanku merasa amat terhormat atas diberikannya kesempatan melayani Ukita-sama.”

Ukita masih bingung memahami ucapan kelewat santun perempuan itu, namun kebingungan itu langsung berubah jadi rasa terpukau ketika dia melihat sosok yang keluar dari dalam tandu.

“Inilah puanku Yasuha, oiran kelas satu dari Shimabara, Kyoto,” kata si pemimpin rombongan.

Sosok yang melangkah keluar dari tandu dan bersimpuh memberi hormat di hadapan Ukita membuat Ukita terperangah. Berpakaian kimono mewah, dengan rambut disanggul besar berhias banyak pernak-pernik dan wajah putih karena riasan, Yasuha memancarkan keanggunan dan keindahan selagi dia memperkenalkan diri dengan teramat sopan kepada Ukita.

“Selamat siang Ukita-dono, hamba Yasuha dari Shimabara datang menghadap Tuan atas suruhan Yang Mulia Daimyo, dengan perintah supaya hamba melakukan yang terbaik untuk menghibur Ukita-dono, sebagaimana disampaikan dalam surat ini dari Yang Mulia Daimyo,” kata Yasuha dengan langgam merdu dan sangat teratur. Perempuan pemimpin rombongan, yang rupanya pembantu Yasuha, mempersembahkan amplop dengan segel bercap lambang keluarga Urakami. Ajudan Ukita menerima amplop itu, memeriksanya, lalu menyerahkannya kepada Ukita. Ukita membacanya:

“Kepada bawahanku yang setia, Ukita Choichiro,

Telah berlalu waktu cukup lama sejak engkau mulai bertugas melatih pasukan senapan, dan aku selalu menantikan tambahan kekuatan yang akan mereka berikan kepada tentara Urakami. Baru-baru ini aku menyadari betapa beratnya keadaan alam yang engkau hadapi. Aku tidak ingin engkau berprasangka buruk bahwa aku sengaja memberimu tugas yang tak mudah. Jauh dari itu, aku mempercayaimu penuh dengan tugas maha penting ini. Untuk menunjukkan ketulusanmu aku telah memutuskan untuk memberimu hadiah. Kuduga engkau mungkin akan senang ditemani, jadi aku telah membeli jasa Yasuha, oiran paling terkenal di sekitar daerahku. Aku telah menyuruh Yasuha melayani segala kebutuhanmu, dan dia akan tinggal selama tujuh hari. Kuharap pemberianku dapat membayar segala kerepotan yang telah engkau alami.

Urakami Kagefumi, Daimyo Bizen”

Yasuha

Yasuha

Awalnya Ukita sedikit curiga, namun setelah membaca surat itu kecurigaannya sirna. Dia menengok ke ajudannya dan menyuruh tuliskan surat balasan yang menyatakan telah menerima kedatangan rombongan Yasuha, lalu kembali menoleh ke arah Yasuha. Dan sesudahnya dia enggan memalingkan pandangannya dari perempuan cantik yang bersimpuh di depannya itu. Sungguh kontras sosok kedua manusia yang sedang berhadapan itu! Ukita Choichiro adalah jenderal berpengalaman yang sudah kenyang bertempur membela junjungannya, keluarga Urakami, dan sudah berkali-kali terluka karena itu. Walaupun berpakaian samurai biasa, dengan gaya rambut khas samurai yang plontos di depan dan dikuncir di belakang, penampilan Ukita tidak bisa tidak menarik perhatian. Dia memakai penutup mata untuk menutupi mata kanannya yang sudah rusak karena pernah kena sabet katana. Sabetan yang sama juga menyisakan bekas luka mengerikan dari sudut mata ke arah belakang sampai ke telinga kanannya, yang bagian atasnya juga sudah hilang. Dia mendapatkan luka itu ketika melindungi putra sang Daimyo yang diserang ronin, samurai tak bertuan, dalam perjalanan. Selain luka itu, banyak bekas luka lain yang malang-melintang di sekujur tubuhnya, dan kelingking tangan kirinya juga sudah puntung. Ukita sangat berani dalam bertarung dan tak segan-segan menerima serangan dengan tubuhnya demi menjatuhkan lawan. Dia disegani kawan dan ditakuti lawan; celakanya mukanya yang rusak itu juga membuat dia ditakuti perempuan, sampai-sampai salah seorang putri keluarga Urakami yang mau dijodohkan dengannya menolak dan sampai mengancam akan bunuh diri.

Oiran adalah sebutan untuk wanita penghibur kelas tinggi dalam Dunia Terapung, sebutan untuk industri kenikmatan. Merekalah perempuan paling bergaya dan berkelas pada zaman itu, dihormati kaum laki-laki dan dikagumi kaum perempuan, hidup dalam dunia penuh glamor dan kemewahan. Harga mereka sangat tinggi, hanya orang-orang yang berkuasa dan berkedudukan tinggi yang mampu membayar mereka. Dan bukan hanya uang yang diperlukan untuk membeli jasa mereka—mereka dapat menolak orang yang hanya kaya tapi tak memiliki status, misalnya kaum pedagang. Mereka paling menyukai klien dari kalangan samurai. Menikmati jasa oiran juga dianggap lambang status. Kehidupan oiran jauh lebih baik daripada kehidupan pelacur yang berstatus kelas rendah, yang tidak bisa memilih klien; mereka yang berstatus paling rendah bahkan harus menawarkan jasa di jalan dan kadang mesti melayani kaum budak. Geisha, yang kelak menjadi lebih terkenal daripada oiran, juga masih lebih rendah statusnya; biarpun geisha memakai rias wajah putih yang sama dengan oiran, tata rambut dan kimono geisha lebih sederhana. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila Ukita Choichiro belum pernah melihat perempuan yang lebih cantik daripada Yasuha. Ukita tak bisa menebak umur Yasuha dari melihat wajah yang tertutup pupur putih itu, tapi sang oiran kira-kira berumur tak lebih daripada tigapuluh tahun, walau pastinya bukan remaja belasan tahun, karena bagi seorang pelacur, diperlukan pengalaman dan keahlian untuk mencapai tingkat oiran. Tersebar bau wangi dari tubuh Yasuha, memanjakan hidung Ukita. Rambutnya yang hitam mengkilat disasak sehingga mengembang membingkai muka dan ditata membentuk dua konde setengah lingkaran di atas kepala. Satu sisir hias besar menancap di tengah atas kepalanya, sementara di kiri-kanan tercantol masing-masing dua tusuk konde berwarna emas. Dia mengenakan kimono luar berwarna campuran merah tua-merah muda bermotif bunga sakura dan berlengan sangat lebar. Di balik kerah kimono luarnya terlihat sedikit kimono dalam berwarna merah gelap. Yasuha selalu menunduk sopan.

Ketika Ukita menyuruhnya mengangkat wajah, sang oiran pelan-pelan mendongak, memperlihatkan wajahnya yang bulat telur dan seputih salju. Alisnya dilukis hitam, keliling matanya pun dibuat tajam dengan celak hitam dan perona merah. Namun yang paling mencolok di tengah wajah putihnya jelas sepasang bibirnya yang diwarnai merah cerah. Kedua ajudan Ukita, yang berdiri agak di belakang Yasuha, seperti panas dingin karena mendapat pemandangan luar biasa. Salah satu pesona oiran adalah karena keberanian mereka menampilkan cukup banyak bagian tubuh, misalnya seperti yang dilakukan Yasuha saat itu: kerah belakang kimononya terbuka cukup jauh ke belakang sehingga tengkuknya dan sebagian punggungnya terlihat, menampilkan bagian berbentuk “lidah ular” di belakang leher yang tak tertutup polesan putih. Ketika tadi Yasuha melangkah keluar dari tandu pun mereka dapat melihat kakinya yang mungil, mengenakan sandal kayu, tak terbungkus kaus kaki. Pada zaman itu, jarang sekali perempuan yang menampilkan kulitnya sebanyak itu di muka umum!

“Ukita-dono?” ucapan Yasuha memecah kesunyian, mengagetkan Ukita yang terpesona.

“Eh, oh, ya,” jenderal berwajah rusak itu menjawab dengan kagok. “Tuan Daimyo sungguh baik hati. Yasuha-san, Anda pasti amat lelah setelah perjalanan panjang. Ada kamar kosong yang cukup besar di lantai dua bangunan ini. Anda bisa pakai kamar itu selagi berada di sini.”

“Terima kasih. Suatu kehormatan bagi hamba dapat melayani Ukita-dono,” ujar Yasuha, masih dengan nada kelewat sopan. “Hamba ingin tahu apakah Ukita-dono menginginkan kehadiran hamba malam ini.”

“Boleh juga,” Ukita mengatakan itu dengan sangat datar, sambil berusaha menutupi perasaan yang meluap dalam hatinya. Dia masih belum percaya bahwa junjungannya telah memberinya imbalan berupa hiburan dari seorang oiran ternama.

“Baiklah,” kata Yasuha. “Kami akan menaruh barang-barang dulu dan mempersiapkan segala hal.” Lalu Yasuha menunduk, berdiri, dan beranjak pergi bersama rombongannya, meninggalkan Ukita.

*****

Ketika senja…

Ukita Choichiro berjalan menuju ruang utama. Ketika dia membuka pintu, dilihatnya Yasuha sudah duduk di sana bersama kedua asistennya. Melihat Ukita datang, Yasuha langsung memberi tanda kepada asistennya yang muda untuk memetik kecapi, memainkan musik. Ukita langsung terliputi oleh suasana romantis yang disiapkan Yasuha. Melodi kecapi membelai telinganya, wewangian memanjakan hidungnya, dan penampilan Yasuha memuaskan matanya. Yasuha berdiri dan mengantar Ukita ke tempat duduknya di balik meja kecil berkaki pendek. Ruangan itu diterangi beberapa lentera yang memberi cahaya lembut. Itulah alasan mengapa para geisha dan oiran memulas putih wajah mereka. Wajah putih Yasuha seolah bersinar dalam temaram, memaksa perhatian Ukita tertuju hanya kepadanya.

“Anda sungguh cantik, Yasuha-san. Belum pernah aku melihat perempuan yang lebih cantik dari Anda,” puji Ukita ketika Yasuha menuangkan sake ke dalam cangkirnya.

“Ukita-dono terlalu memuji hamba,” jawab Yasuha dengan rendah hati, sambil tersenyum. “Ada banyak perempuan lain di Edo dan Kyoto yang kecantikannya melebihi saya, dan saya ibarat perempuan petani saja apabila dibandingkan dengan mereka.”

Sambil mengagumi senyum Yasuha, Ukita menyesap sake yang dituangkan sang oiran. Dilihatnya Yasuha memandangi dirinya, seolah mempelajari.

“Hamba hendak bernyanyi untuk Ukita-dono, apabila Tuan mau,” saran Yasuha.

“Silakan,” Ukita setuju.

Diiringi kecapi, Yasuha menyanyikan dua lagu. Ukita seolah tersihir oleh nyanyian dan kecantikan Yasuha. Dia bertepuk tangan ketika sang oiran selesai menyanyi.

“Indah sekali, Yasuha-san,” puji Ukita.

“Terima kasih, Ukita-dono,” kata Yasuha.

Pembantu Yasuha yang tua masuk ke ruangan membawa hidangan untuk makan malam Ukita. Dia menyajikannya di hadapan Ukita. Yasuha mengisi kembali cangkir sake Ukita dan duduk di samping Ukita yang menikmati hidangan. Setelah Ukita makan, Yasuha duduk di sampingnya dan menjadi teman berbincang-bincang sambil terus menyuguhkan sake. Yasuha mendengarkan Ukita bercerita tentang kampung halamannya, lalu sepak-terjangnya sebagai bawahan keluarga Urakami.

“…jadi waktu itu iring-iringan Tuan Muda-ku dicegat sepuluh orang ronin di hutan sebelah timur Bizen. Yang mengawal waktu itu hanya sedikit, dan banyak kawanku yang ditewaskan para ronin itu. Aku sendiri bisa menjatuhkan separonya. Tapi para ronin itu sangat ganas dan satu orang hampir berhasil melukai Tuan Muda. Terpaksa kuterima bacokan orang itu, dan itu sebabnya mata kananku rusak dan kuping kananku putus sebagian.

“Ukita-dono sungguh pemberani,” puji Yasuha.

Yang tidak diduga Ukita, Yasuha mengulurkan tangan dan membelai bekas luka bacokan yang baru diceritakan. Ukita kaget, tapi dilihatnya Yasuha langsung menarik lagi tangannya dan bersikap seperti biasa.

“Kalau yang di leher Anda ini, bagaimana ceritanya?” lanjut Yasuha.

Ukita meneguk lagi secangkir sake dan melanjutkan bercerita. Makin lama Ukita merasa makin nyaman dengan kehadiran sang oiran, apalagi dia memang suka menceritakan tentang pertempuran-pertempuran yang dialaminya. Ukita bahkan tak segan untuk membuka baju dan memperlihatkan dada dan punggungnya yang penuh bekas luka, sementara Yasuha terus mendengarkan dan sekali-sekali menyentuh bekas-bekas luka di tubuh Ukita.

“…kalau yang di perut ini, bekas kena panah, tapi langsung kucabut sendiri. Terimakasih, Yasuha-san,” kata Ukita sambil menerima cangkir yang disuguhkan sang oiran

Ukita meminum isi cangkir itu tapi kaget ketika dia merasakan isinya teh, bukan sake.

“Lho, kok diganti teh?” ujar Ukita terkejut.

“Hamba kira Tuan sebaiknya jangan mabuk malam ini…” kata Yasuha, lalu perempuan itu tiba-tiba mendekat dan berbisik, “…karena Tuan akan kurang bisa menikmati hamba kalau Tuan mabuk.”

Kaget juga Tanegashima karena kata-kata Yasuha yang berani itu, namun sang oiran sudah kembali ke sikap kelewat sopannya yang biasa.

“Yasuha ada di sini hanya demi kesenangan Tuan. Hamba bersedia mendengarkan segala kesulitan Tuan, melakukan segala yang Tuan suruh, dan berupaya membantu Tuan bersantai. Jadi mohon Anda jangan sungkan, Tuan.”

Mereka meneruskan ngobrol sebentar sesudahnya, dan ketika merasa waktunya sudah tepat, Yasuha mohon diri dan mengatakan akan bersiap menemui Ukita. Ukita kembali ke kamarnya.

*****

Malam, di luar kamar pribadi Ukita…

Yasuha disambut seorang pengawal di luar kamar. Sang oiran sudah berganti pakaian, menukar kimono mewahnya dengan baju yang lebih sederhana, putih keperakan dan tipis, hanya selapis tanpa apa-apa lagi di bawahnya. Tata rambut dan rias wajahnya tak berubah. Si pengawal membungkuk memberi hormat dan mempersilakan Yasuha masuk. Langit bergemuruh. Hujan akan turun lagi. Ukita sedang duduk di tengah kamarnya, di atas futon (kasur), mengenakan kimono untuk tidur, ketika Yasuha masuk. Yasuha menutup pintu dan kemudian berdiri di depan Ukita, tampak begitu elok. Kamar itu hanya diterangi beberapa lentera, tapi cahayanya sudah cukup sehingga Ukita dapat memandangi dan menikmati kecantikan Yasuha. Paras Yasuha seolah bersinar, karena begitu putihnya, sementara jeli matanya dan merah bibirnya memancarkan pesona. Kimono putih tipis yang dikenakannya membungkus tubuh yang sempurna, dan obi (sabuk) merah yang mengikat kimono itu terikat di depan—pertanda bagi para wanita penghibur, seolah hendak memudahkan laki-laki membukanya.

“Kemarilah, Yasuha-san,” panggil Ukita. Yasuha mendekat dan pandangan keduanya saling bertemu. Ukita kehabisan kata-kata untuk memuji sang oiran. Dia juga agak ragu, bagaimana sebaiknya menghadapi Yasuha. Perempuan ini adalah salah seorang perempuan paling terkenal di seantero negeri dan dia tak mau dianggap tak tahu adat. Namun Yasuha sepertinya sadar akan keraguan Ukita. Oiran yang ayu itu tersenyum dan berkata,

“Ukita-dono, jika Anda menghendaki, Yasuha bisa menangani segalanya malam ini. Anda tak usah sungkan.”

“Silakan,” bisik Ukita.

Setelah menerima izin, Yasuha mendekati Ukita. Berdebar-debar hati Ukita selagi makhluk paling cantik yang pernah dia lihat mendekati dirinya. Ukita bersandar selagi Yasuha makin dekat. Yasuha kini berada sangat dekat dengan Ukita, dan meraih tangannya. Tangan itu dipandunya menyentuh dadanya. Ukita menanggapi dengan meremas-remas buah dada Yasuha di balik kimononya, lalu menyelipkan tangan ke balik kimono tipis Yasuha untuk menyentuh langsung kulit Yasuha. Ukita bukan orang yang tak berpengalaman, dia juga mulai mengulum-ngulum telinga Yasuha sambil membisikkan kata-kata mesra. Yasuha membalas dengan mulai mendesah manja. Kemudian Ukita menyibak kimono Yasuha dan mengeluarkan satu payudara sang oiran. Dia memain-mainkan pentil Yasuha yang mengeras. Selanjutnya dia menyibak kembali sisi lain kimono Yasuha, menyingkap payudara sebelahnya, sambil berpindah ke belakang Yasuha. Dari belakang, Ukita meremas-remas kedua payudara Yasuha sambil menggerumiti pundak sang oiran. Karena tubuh atasnya sudah setengah telanjang, tampaklah di seputar bahu dan dada Yasuha batas antara lapisan bedak putih yang menutupi wajah dan lehernya dengan kulit tubuhnya yang berwarna lebih gelap. Yasuha terengah, mendesah, menengok dan berusaha menempelkan wajahnya ke wajah Ukita yang terus menggarap pundak dan lehernya. Puas menggerayangi payudara Yasuha, kedua tangan Ukita meraih ke bawah dan menemukan simpul obi Yasuha. Tanpa membuang waktu dibukanya simpul itu dan dilepasnya segera sabuk yang mengikat kimono sang oiran. Setelah membantu membebaskan tubuh indah Yasuha dari belitan sabuk dan kimono, Ukita tak segan-segan menggerayangi seluruh tubuh itu, hanya menghindari rambut dan wajah Yasuha agar tak merusak dandanan rumit sang oiran. Selagi Ukita mengelus pinggang dan pinggul Yasuha, dinikmatinya erangan lembut gadis itu.

Yasuha tiba-tiba menggenggam kedua tangan Ukita dan menjauhkan keduanya dari tubuhnya. Dia menoleh, tersenyum nakal, lalu beringsut maju sehingga tubuhnya menjauh dari Ukita. Kemudian dia berbalik dan melepas kimono tidur Ukita, sehingga kini mereka berdua sama-sama nyaris telanjang. Diperhatikannya tubuh Ukita yang penuh bekas luka, sungguh tubuh seorang petarung yang tak kenal takut. Ditelusurinya beberapa bekas luka Ukita dengan jemarinya yang halus, mulai dari leher, bahu, dada, perut, terus ke bawah…dan sampai pula tangan Yasuha ke jendulan di balik cawat Ukita. Yasuha tersenyum, dan membuka cawat itu, mengeluarkan kejantanan Ukita. Disentuhnya batang dan biji Ukita, selagi wajahnya mendekat.

“Akan hamba tunjukkan keahlian hamba,” kata Yasuha, lalu dijilatnya ujung batang Ukita.

Setelah beberapa kali jilat, Yasuha membuka mulut dan menyepong kejantanan sang samurai. Sungguh erotis, pikir Ukita ketika melihat bibir merah Yasuha membelai batangnya dan wajah putih sang oiran maju-mundur di selangkangannya. Ukita menikmati permainan bibir, lidah, gigi dan juga jemari Yasuha, dan dia bertanya-tanya apakah keahlian ini yang membuat Yasuha menjadi penghibur kelas satu. Rangsangan Yasuha sungguh ampuh, dan cepat sekali mendorong Ukita ke batas kemampuannya. Tanpa dapat menahan, Ukita tiba-tiba memuncratkan benihnya dalam mulut Yasuha. Sang oiran itu ternyata tak melepas kulumannya, dia menghisap seluruh mani yang dikeluarkan Ukita. Setelah selesai, dengan lembut Yasuha mengeluarkan kejantanan Ukita dari mulutnya dan menyeka tetesan mani di sudut bibirnya.

Yasuha melihat kejantanan Ukita mulai lemas, namun dia siap membuatnya tegak kembali.

“Ukita-dono,” rayu Yasuha selagi kembali merapat ke tubuh Ukita, “inilah leher, dada, dan perut hamba. Silakan Anda sentuh sekehendak Anda. Silakan jilat dan gigit dan remas…”

Ukita langsung menghujani tubuh Yasuha dengan ciuman dan gigitan. Digenggamnya tubuh Yasuha, lalu sang oiran itu pun didorong dengan lembut sehingga terbaring di futon, sementara Ukita sendiri berubah posisi di atas tubuh wanita penghibur kelas tinggi itu. Ukita terus meraba, menggerayangi, meremas, menggigit-gigit. Dilihatnya puting Yasuha mengeras setelah dia jilati. Disaksikannya Yasuha menggeliat dan merintih selagi dia mencupang leher dan dadanya. Mata Yasuha terpejam dan bibir merah Yasuha setengah terbuka, mengeluarkan suara-suara kenikmatan.

“Bagaimana, Yasuha-san?” tanya Ukita.

“Sungguh nikmat, Ukita-dono…” kata Yasuha sambil mendesah, dan menggerakkan pinggulnya ke atas sehingga bibir luar kemaluannya menyentuh selangkangan Ukita.

Pada waktu yang sama, tangan kiri Yasuha juga bergerilya ke sana, menggenggam dan mengocok kejantanan Ukita supaya tegak kembali. Tangan kanannya meraih belakang leher Ukita, mendekatkan tubuh Ukita. Dia berbisik kepada Ukita,

“Oh… Anda sungguh perkasa Ukita-dono… mohon jamah tubuh hamba…”

Yasuha membawa tangan pasangannya ke gerbang kewanitaannya. Ukita bisa merasakan kehangatan kewanitaan Yasuha, serta cairan yang membasahi tempat itu. Tangan Yasuha membimbing tangan Ukita meraup cairan itu, lalu menggerakkannya ke arah muka mereka berdua. Ukita dalam posisi berhadap-hadapan dengan Yasuha, dan jemari mereka berdua yang basah berada di antara muka keduanya.

“Apakah Ukita-dono ingin merasakannya?” tanya Yasuha.

Ukita tak menjawab tapi dia menjilat cairan kewanitaan Yasuha yang berlumuran dari jemari mereka berdua, sementara Yasuha ikut melakukan hal yang sama.

“Manisnya,” gumam Ukita.

Yasuha tersenyum, pelan-pelan mendorong Ukita menjauh, lalu menggeser tubuhnya sehingga kini sepenuhnya berada di atas futon. Dia duduk, menarik sepasang kakinya yang indah mendekat ke tubuhnya, lalu mengangkat tinggi-tinggi keduanya, sampai memperlihatkan bagian bawah pantatnya kepada Ukita. Pelan-pelan Yasuha meregangkan kedua pahanya, kaki kanan dan kirinya bergerak saling menjauh melintasi lengkungan di udara sampai akhirnya dia berposisi mengangkang, kedua tungkainya membentuk sudut tumpul yang membuka ke atas, kewanitaannya yang tercukur bersih tersaji menantang di tengah-tengah sudut itu. Tangan kiri Yasuha meraih celah kewanitaannya, jemarinya membuka bibir bawahnya pelan-pelan sambil memain-mainkan kelentitnya. Caranya memain-mainkan kemaluannya sendiri hanya membuat dia makin basah, sehingga cairan kewanitaannya mengalir turun sampai melewati lubang duburnya dan membasahi sarung futon yang dia duduki. Yasuha menjilat bibirnya sendiri selagi sepasang matanya yang lapar menatap Ukita. Ukita menelan ludah sambil menonton pertunjukan cabul itu.

“Maukah Tuan?” undang Yasuha. “Yasuha akan bawa Anda ke kenikmatan tertinggi…”

Sambil menyeringai lebar, dengan terburu-buru Ukita langsung menerkam Yasuha, saking tak sabarnya dia untuk merasakan perempuan itu setelah digoda sejak kedatangan Yasuha.

Yasuha menggerakkan kakinya ke depan seolah hendak menyambut kedatangan Ukita. Kedua kaki Yasuha merangkul dan menarik tubuh Ukita sementara tangannya menyambut kejantanan Ukita. Ukita masuk dengan mudah, gerbang yang sudah becek itu terasa gampang dimasuki namun setelah di dalam, amat sempit dan kesat. Sambil bergerak maju-mundur mengentot Yasuha, berganti-ganti antara cepat dan lambat, Ukita terheran-heran dengan betapa peretnya liang kewanitaan Yasuha. Sebagai seorang pelacur, tentunya sudah tak terhitung laki-laki yang memasuki kewanitaan Yasuha. Ukita sendiri tahu kendornya pelacur-pelacur kelas rendah yang kadang dia pakai apabila sedang ditugaskan di lapangan (karena hanya yang kelas rendah saja yang umumnya tersedia bagi tentara yang bergerak); bersetubuh dengan pelacur murahan tidak ada rasanya, menurutnya. Tapi si oiran ini, rasanya seolah dia sedang bersenggama dengan perawan saja. Agaknya kuatnya jepitan Yasuha termasuk satu hal yang melambungkan statusnya di Dunia Terapung. Ataukah para pelacur kelas tinggi punya rahasia untuk menjaga mutu alat kerja utama mereka?

“Ahn… ahhh… ohh… Ukita…-dono… ungh…”

Ukita melihat ekspresi wajah Yasuha yang seputih salju itu berganti-ganti, antara sakit dan nikmat. Dirasakannya kaki Yasuha yang mengunci tubuhnya mendorong tubuhnya lebih dekat, seolah tak ingin melepasnya.

“Ehhh… enak sekali… ayolah Tuan…” senyum Yasuha terkembang sementara matanya terpejam, kata-katanya terlontar seolah tanpa dia pikirkan dulu. Ukita hampir kehilangan akal merasakan bagaimana bagian dalam kewanitaan Yasuha memijat-mijat dan merapat-merenggang secara bergantian di seputar kejantanannya, seolah-olah memijat batangnya. Belum pernah dia rasakan perempuan yang bisa melakukan itu. Apakah itu salah satu rahasia Dunia Terapung? Ukita memikirkan itu sambil mengulum telinga kanan Yasuha, serta membenamkan hidungnya ke gelung rambut Yasuha yang wangi.

Yasuha berubah posisi, kedua kakinya pindah dari punggung Ukita, sekarang kedua betisnya dia sandarkan ke bahu Ukita. Ukita menarik mundur batangnya sampai hampir keluar, lalu mendesak sedalam mungkin. Dia mengulangi gerakan itu beberapa kali, dan setiap kali mendesak, Yasuha menjerit lirih tanpa tertahan. Pinggul Yasuha terus bergoyang mengimbangi gerakan Ukita, kedua tangannya sekarang ada di samping kepala dan menggenggam sarung futon, sementara sepasang payudaranya berguncang-guncang mengikuti gerak Ukita. Ukita memang lumayan perkasa, sudah cukup lama persetubuhan mereka tapi dia tampak bisa bertahan. Sementara Yasuha tampak sudah tak peduli lagi kalau di luar sana mungkin ada orang, dan mulai bersuara lebih keras seolah-olah ingin didengar semua orang di situ. Reaksinya makin liar, dia mulai menyentakkan kepala ke kanan-kiri sambil meremas-remas payudaranya sendiri. Teriakan-teriakannya yang penuh nafsu menerobos dinding kertas dan kayu ruangan itu, membuat penjaga kamar Ukita di depan pintu tak bisa tidak mengocok anunya sendiri sambil membayangkan keelokan sang oiran. Keringat membasahi sekujur tubuh Yasuha dan Ukita selagi keduanya bertempur sengit demi kenikmatan. Ketika merasa bahwa dia hanya tinggal menunggu waktu saja untuk mencapai puncak, Ukita mempercepat gerakannya, menusuk Yasuha makin brutal dengan “pedang pusaka”-nya selagi jerit rintih sakit campur nikmat sang oiran bergema memecah malam. Puncaknya sampai ketika Ukita muncrat di dalam rahim Yasuha, mengosongkan benih yang tersimpan dalam tubuhnya dalam beberapa sempburan sambil melenguh lega. Dan bagaimana dengan Yasuha? Yasuha menjerit keras dan lama, wajahnya banjir keringat, dan liang kewanitaannya menjepit erat kejantanan Ukita yang meledak di dalamnya, memeras semua isinya. Ukita merasa dia berhasil membuat sang oiran mencapai puncak kenikmatan juga, dan merasa agak lega.

Sang oiran melakukan sesuatu yang sedari tadi tidak dilakukannya. Dia meraih wajah Ukita dan mencium bibirnya. Ukita, yang menahan diri karena dia menganggap Yasuha mungkin tak suka kalau dia melakukan sesuatu yang bisa merusak rias wajah sempurna itu, menyambut bibir dan lidah sang oiran dengan senang hati. Bijin-kei, Siasat Paras Elok. Satu di antara 36 siasat perang legendaris Cina. Perempuan cantik dengan segala pesonanya adalah kelemahan laki-laki. Jenderal paling perkasa maupun ahli siasat paling pandai pun bisa jadi lemah dan bodoh apabila sudah terkena sihir paras elok. Rencana yang matang bisa buyar, kota-kota dan negara-negara bisa runtuh, anak bisa dibuat mengkhianati ayahnya, hanya karena perempuan. Sungguh siasat maut yang sulit sekali dihindari laki-laki. Itulah siasat yang dijalankan Yasuha. Selagi perhatian Ukita terebut oleh lidah dan bibirnya, Yasuha meraih salah satu tusuk konde yang tertancap di rambutnya, lalu secepat kilat menancapkan tusuk konde itu ke belakang leher Ukita! Ukita menjerit, tapi karena kepalanya ditahan oleh tangan Yasuha, suara jeritannya teredam. Yasuha menggerakkan tusuk konde yang tertancap di belakang kepala Ukita ke kanan-kiri beberapa kali. Dia tahu bahwa di belakang kepala terdapat tempat lemah yang juga menjadi pusat pergerakan tubuh manusia. Tusukan di sana bisa lebih cepat melumpuhkan dan membunuh orang daripada tusukan di pembuluh darah besar di leher, yang menghasilkan muncratan darah bertekanan tinggi tetapi tidak langsung menghabisi sasaran. Setetes darah mengalir dari belakang kepala Ukita Choichiro, menetes ke tubuh Yasuha. Sang jenderal andalan keluarga Urakami itu tewas dengan luka di belakang kepala, tubuhnya lemas menindih Yasuha. Yasuha segera bangkit dan menggulingkan mayat Ukita dari atas tubuhnya. Dilihatnya bayangan beberapa sosok berdiri di luar kamar.

Dengan percaya diri, sang oiran yang baru menjadi pembunuh itu berjalan ke arah pintu kamar, tanpa mengenakan lagi kimononya. Dibukanya sedikit pintu kamar, dan yang pertama dilihatnya adalah si penjaga kamar yang sudah tergolek di samping pintu, mati dengan lidah terjulur keluar karena dicekik, dan pembunuhnya di belakangnya, seorang ninja berpakaian serba hitam yang masih memegangi tali yang dipakai mencekik.

“Beres?” tanya ninja itu, yang sebelumnya berperan sebagai pemimpin rombongan Yasuha.

Yasuha mengangguk, lalu menerima sebuah buntelan dari ninja lain yang ada di sana. Di dekat pintu itu, sekarang ada empat orang berpakaian ninja, mereka ini tadinya adalah dua perempuan pengiring Yasuha dan dua laki-laki pengusung tandu. Di dalam buntelan yang diterima Yasuha ada sebuah pil dan segumpal kain. Yasuha segera menelan pil itu, yang berisi zat perangsang dan pemulih tenaga, kemudian membuka gumpalan kain itu yang ternyata adalah satu setel baju ketat dari bahan jaring yang rapat. Dibantu kawannya, Yasuha mencabuti pernak-pernik rambutnya dan menguraikan rambutnya dari tataan khas oiran, sehingga rambut panjangnya tergerai sampai ke punggung bawah, lalu dengan cepat kawannya mengubah tata rambut Yasuha sehingga menjadi konde kecil ringkas di belakang kepala yang terbungkus kain, sementara Yasuha mengenakan baju jaring itu dengan memasukkan kakinya dulu, seperti memasang kaus kaki tetapi sampai membungkus seluruh tubuh sampai ke dada dan leher.

“Kita pergi sekarang?” tanya si ninja perempuan kepada Yasuha.

“Sebentar,” kata Yasuha, yang merasakan sedikit tak nyaman di selangkangannya. Dia meraih ke bawah lalu dengan cueknya merobek sebagian baju ketatnya yang menutupi kemaluannya. Dibiarkannya kemaluannya tak tertutup sambil mengalirkan mani Ukita yang masih banyak di dalam sana.

“Nah, ini mendingan,” kata Yasuha sambil menerima sepotong kain hitam yang kemudian diikatkannya di seputar muka, menutupi bagian bawah mukanya. Mereka harus segera meninggalkan tempat itu dan menghilang dalam kegelapan malam. Walaupun sudah bermandi keringat tadi, masih ada sisa riasan putih di wajah Yasuha dan itu tetap bisa menarik perhatian, jadi dia perlu menutup wajahnya.

Sementara Yasuha bersiap-siap, dua orang ninja lain membuka jendela ke arah luar lalu merayap ke atap ruang utama. Yasuha dan sisanya menyusul mereka ke atap. Kedua ninja yang datang pertama sudah menyulut kembang api. Mereka berlima melesat pergi dari atas atap bangunan terbesar di kamp militer itu setelah kembang api yang disulut itu terbang dan meledak. Yasuha dan kawan-kawannya sebenarnya adalah ninja yang disewa oleh seorang daimyo musuh keluarga Urakami untuk menyabot kamp pelatihan rahasia keluarga Urakami. Kembang api yang mereka luncurkan itu merupakan tanda bagi pasukan daimyo itu yang mengepung dan sudah bersiap menyerang kamp militer Urakami. Kamp itu pun segera diserang. Para samurai Urakami di sana kalang-kabut setelah mendapati pemimpin mereka, Ukita Choichiro, tiba-tiba sudah jadi mayat di kamarnya sendiri. Kamp itu segera ditaklukkan. Seluruh senjata api yang disimpan di sana direbut dan kelak akan digunakan untuk mengalahkan keluarga Urakami dalam kelanjutan zaman peperangan antar daimyo di Nippon. Namun itu semua urusan kaum samurai. Bagi kelima ninja yang berlompatan dari pohon ke pohon menjauhi kamp militer itu, tugas mereka selesai setelah Ukita dibunuh. Kegagahan Ukita tak dapat menyelamatkan dirinya dari siasat paras elok Yasuha. “Yasuha” berada paling belakang, mengikuti teman-temannya yang membuka jalan. Di dalam hatinya hanya ada perasaan puas karena berhasil menuntaskan tugas. Dan esok hari, akan ada pekerjaan serupa. Namanya sendiri sebenarnya bukan Yasuha. Sebagai salah satu perempuan tercantik di klan-nya, dia bertugas menjalankan misi yang memerlukan kecantikan. Perannya sudah membuat dia memikat dan meniduri entah berapa banyak laki-laki, dan banyak di antaranya yang harus dia habisi. Hari ini dia berhasil menjalankan tugas tanpa masalah. Tapi tugas-tugas berikutnya, siapa tahu? Kehidupan ninja memang brutal dan keras. Dan bagi kaum perempuan ninja, kecantikan tiada gunanya selain untuk senjata.

TAMAT
****************

KISAH NYATA

Kembali ada sumbangan cerita dari seorang anggota^^ katanya ini kisah nyata miliknya....


eh....aku mau mandi dulu yah,”kataku pada rahma

tapi jangan ngintip ,’kataku menggodanya

wee....ngapain ngintip kamu,”jawabnya padaku merasa kurang senang

lalu aku pergi ambil handuk,sengaja ku buka pintu kamarku ketika aku membuka baju dan celanaku tinggal celana dalam yang tersisa.ku lirik ke rahma tapi kulihat seolah olah dia tidak melihatku.

di dalam kamar mandi otak mesumku mulai merencanakan untuk memcumbunya..

kupercepat mandiku.Sengaja aku nggak pake celana dalam agar mudah untuk take off nantinya. aku keluar kamar sengaja nggak pake baju,akal bulus ku mulai kumainkan. kudekati rahma dari belakang langsung kurangkul pinggangnya yang ramping,kucium lehernya mulai dari rambut sampai telingannya.dia merapatkan bahunnya merasakan geli bercampur nikmat karena kumisku.

jangan om,......”rintihnya sambil berusaha menghindar dariku

rahma.........oh.oh ,” sambil kugesekkan penisku yang tak terhalang oleh cd

rahma meronta melepaskan rangkulanku merapat ke dinding, karena nafsu yang mengebu kurapatkan badanku dari depan, sambil tangan ku begerilya ke balik baju kaos ketatnya meraih bra dan memainkan punting susunya, buah dadanya kecil dan kenyal.kulihat rahma mulai merasa terangsang menikmati rasa geli bercampur nikmat.kubuka roknya mulai memainkan vaginanya.

sssssssssssssssstttt.........,”napasnya tertahan

om.............jangan om,” suaranya tertahan menahan rasa kenikmatan.

duh...........om,” saat kumainkan klitorisnya,dia spontan merapatkan pahanya.

kulumat habis bibir tipisnya,semula dia hanya diam,namun lama kelamaan dia mulai bereaksi,menjulurkan lidahnya,justru aku yang jadi bulan bulanan kecupannya.

kurasakan napasnya tersengal sengal tak tahan saat ku maikan klitorisnya. kutarik celana merah muda yang selama ini tertutup rapi. kutuntun tangannya untuk mengenggam penisku yang dari tadi sudah tegang dan mengeras.

om......besar sekali ,” saat rahma mulai mengenggam penis ku.

ayo ma, mainkan , aku ingin ............,”suaraku terputus saat rahma mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya, lidahnya mulai mengelitik penisku,menyedot, dan sesekali menjilati kepala penisku. aku merasakan sensasi yang luar biasa,meski mulut rahma serasa penuh oleh penisku tapi dia seolah olah menikmati es krim yang lezat.

om.............,masukin yah om, aku dak tahan lagi,”pintannya.

dia merebahkan badannya diatas karpet wol, yang baru saja kubeli tadi pagi. tubuh bugilnya membuat aku tambah tersangsang, kulit putih bersih, walau sedikit kurus tapi pantatnya berisi,buah dadanya bak buah yang ranum siap dipetik,vagina bersih tanpa bulu walau terasa sedikit kasar sepertinya baru di cukur. menonjol kemerahan lipatan vaginanya mulai basah dan berlendir.

saat penisku menyentuh vaginanya, terasa sekali sempit, berulang kali aku menusukkan kelubang vaginanya belum juga dapat masuk fuul.setelah bererapa saat mulai terasa penisku menyentuh dasarnya.

auwwwwwh....”jeritnya tertahan

pelan pelan om,”

tanpa menghiraukan rintihannya kegenjot terus penisku yang mulai lancar karena basah dilobang vaginannya.baru sekitar 15 menit dia mengejan menumpahkan sperma dia ,terasa hangat , lubang vaginanya menyedot nyedot penisku. uffffffffssssst .............,nikmat sekali.

kuanggat kakinya kugantung di pundakku,aku berjongkok untuk dapat lebih dalam lagi menusukkan penisku.

ma.....enak sekali memekmu......,” ku cuba menaikkan emosinya agar terpacu lagi gairahnya untuk yang kedua,sambil terus memainkkan klitorisnya. kepalanya mengeleng kekiri kekanan menahan rasa kenikmatan yang sulit dibayangkan. kubalikkan badannya kesamping aku ingin dia menerima sensasi dari samping ( posisi ini yang paling kusenangngi) karena jepitan vagina menyempit di kepala penis.

tak lama berselang rahma kembali menumpahkan spermanya membasahi kepala penisku.kubiarkan vaginanya menyedot penisku, membiarkan sebentar agar dia merasakan kenikmatannya.

om.........enak banget,” pelukannya makin rapat.

kubiarkan dia hanyut,untuk beberapa saat.

aku menyuruhnya untuk tengkurap, posisi ini juga merupakan yang kusukai. sensasi jepitan vagina ditambah dengan empuknya pantat yang dapat sesekali kuremas. kupercepat volume sodokkanku sambil menciummi leher dan telinganya.badanya gemetaran menahan geli dan nikmat,geli di lehernya saat kuusapkan kumisku ke lehernya,nikamat saat kumainkan puting susunya yang kenyal dan empuk. sungguh luar biasa memeknya meski sudah melahirkan anak vaginanya masih rapet, yang lebih membuat akau tak tahan memeknya berdenyut denyut,memainkkan penisku seolah olah memijit mijit,ahhhhhhhhhhh luar biasa sensasi kenikmatan yang kudapatkan.

satu jam hampir berlalu sengaja kutunggu orgamesnya yang ketiga,agar rahma mendapatkan kepuasan yang mungkin tak terlupakan. disaat puncakku hampir sampai semburan yang ketiga rahma kembali menghangatkan penisku. saat di puncak ku muntahkan spermaku di atas perutnya. aku tak mau dia hamil,

ohhhhhh................, “ ku kocok kocok penisku memuntahkan sisa sperma..

badanku ambruk disamping rahma. sekian menit berlalu kami membisu menikmati apa yang barusan terjadi.

om...........,” rahma mencium bibirku,pipiku

kenapa kamu suka,”kataku mengoda

senyum nya manis sekali,sepertinya dia sangat menikmati permainan ini.

om.......baru sekali ini aku merasakan nikmatnya bercinta,” bisiknya di telinggaku

\ kamu hebat sekali,” rahma memuji sambil merebahkan kepalanya di pundakku.

kucium rambutnya ,terasa segar dan harum.aku tertidur pulas entah berapa jam.

**********************

rahma adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan,hatinya begitu hancur karena baru saja menikmati hidup baru. 1,5 tahun dia mengurung dirinya, meratapi kesedihan atas apa yang terjadi padanya.

rahma seorang sosok wanita cantik di mataku,dia berkulit putih bersih,pipinya sedikit kemerahan, bodynya langsing berisi.siapapun yang melihat pasti tertarik.dia adalah istri temanku. hampir 1 tahun terakhir ini aku sering membantunya.memberinya uang untuk membeli susu anaknya, mencarikan dia pekerjaan, dan terkadang aku sering mengantarkan makanan disaat aku pulang kerja. semula niat baikku tak akan ternoda bila aku dapat menguasai diriku, tetapi aku hanyalah laki laki normal yang tak mampu menahan gejolak nafsu.apalagi karena seringnya kami berduan berboncengan diatas motor dan sesekali buah dadanya menempel di pungguku saat aku mengerem mendadak. dan seringkali kusengaja agar aku dapat merasakan buah dadanya yang mungil,padat dan berisi itu.

usianya 22 tahun saat itu,anda bisa bayangkan usia itu masih sangat muda,masih kuat di ingatanku saat dia naik pelaminnan wajah cantiknya sungguh mempesonaku diantara undangan lainnya.Andini pacarku saja masih jauh dari rahma meski dia sudah memiliki seorang anak berusia 1,2 bulan. rambutnya panjang terurai wangi dan berkilau saat ditimpa matahari.

aku merasa syok saat suatu malam aku bermimpi melihat wajah suaminya memandangku tajam, menunjukkan kemarahannya. seolah dia tak ihklas aku meniduri mantan isterinya. aku syok sekali bayangan wajah itu sering muncul setelah aku , bercinta dengan rahma. pernah kuceritakan pada rahma setelah usai kami bermain,ada sedikit kesedihan di matanya.. tapi setelah itu dia selalu menjawab

dia memang dulu suamiku,tapi apakah mungkin dia bisa memuaskan nafsuku sekarang ini,”jawabnya

dan lagi dia tidak sehebat kamu, dia cuma mampu 10 menit disaat aku baru mau mulai,” keluhnya

lima bulan berselang aku selalu menghindar dari rahma,setelah orang tua andini selalumendesakku untuk segera menikahi andini

walau sesekali aku masih memberi rahma kenikmatan yang dia minta, nafsu rahma termasuk tinggi.dan belum puas kalau belum orgamus yang ketiga.

*******************

saat kuceritakan ini, aku masih membayangkan rahma.walau saat ini aku sudah memiliki 2 orang anak . khabar terakhir dia menelponku dia mau menikah dengan seorang duda beranak dua. kujawab dengan sopan,baguslah kamu segera menikah .. agar hidupmu lebih terjamin.

selamat jalan, sahabat mohon maaf ku yang tak terhinnga.aku salah menjalankan amanatmu untuk melindungi anak dan isterimu.

kututup ceritaku besar harapan bayangan wajah sahabat,tentram di alam sana

di sudut kota,metro politan desember 2001

Sunday, November 29, 2009

Keajaiban MAKE UP

Pernah dengar kata-kata "KECANTIKAN WANITA ITU RELATIF, DAN SEMUA WANITA ITU CANTIK", banyak cewe yang tersenyum kecut mendengar hal tersebut apalagi kalau mereka sendiri tidak pernah merasa cantik ataupun cukup cantik. Tapi coba baca artikel berikut ini judulnya "Keajaiban MAKE UP" ibarat cerita Cinderella Make up artis itu bener-bener seperti sihir:)

PERHATIKAN GAMBAR BERIKUT!!!!!!!!!!!!!!!!!

Ini buktinya dimana penampilan seorang wanita sebelum bisa berubah jauh sesudah di make up!!!

[Image: powerful-makeup.jpg]

[Image: powerful-makeup2.jpg]

[Image: powerful-makeup3.jpg]

[Image: powerful-makeup4.jpg]

[Image: powerful-makeup5.jpg]

[Image: powerful-makeup8.jpg]

[Image: powerful-makeup10.jpg]

[Image: powerful-makeup14.jpg]

[Image: powerful-makeup16.jpg]

dan begini lah hasinya;)

JREEENGGGGGGGGGGGGG......................


[Image: powerful-makeup18.jpg]

So, buat kalian para wanita yang merasa tidak cantik bersoleklah dan yakinlah kalau kalian itu cantik. Kalian hanya perlu berani menunjukkan kecantikan kalian, bukan hanya cantik fisik namun juga cantik dan sikap dan perilaku:).

Saturday, November 28, 2009

Silakan Perkosa Istriku


“MMMMPPFFFF….mmmpffff….” perempuan di atas ranjang itu mendesah tertahan karena mulutnya tersumpal celana dalamnya sendiri

Perempuan yang semasa gadis kukejar-kejar itu meronta-ronta tak berdaya. Kedua tangannya terikat terentang ke sebatang besi yang melintang. Kedua matanya tertutup sehelai kain hitam yang mengikat kepalanya. Dulu, ia jadi buruan banyak lelaki, termasuk aku. Reni namanya, umur 27 tahun, lima tahun lebih muda dariku, kulitnya putih mulus, rambut panjang agak bergelombang dan mata yang bulat indah. Ia seorang wanita yang terkenal alim sejak dulu, santun dalam tingkah laku, selera berpakaiannya pun tinggi, ia tidak suka mengumbar kemulusan tubuhnya walau dikaruniai body yang aduhai dengan payudara yang montok. Dari sekian banyak lelaki, akhirnya akulah yang beruntung mendapatkannya sebagai istri. Aku tahu, banyak lelaki lain yang pernah menidurinya dalam mimpi atau menjadikannya objek masturbasi mereka. Tetapi, aku bukan hanya bermimpi. Aku bahkan betul-betul menidurinya kapanpun aku mau. Ia juga membantuku masturbasi saat ia datang bulan. Cintaku padanya belum berubah, yang berubah hanya caraku memandangnya. Tiba-tiba, entah kapan dan bagaimana awalnya, aku selalu membayangkan Reni dalam dekapan lelaki lain. Entah aku sudah gila atau bagaimana, rasanya benar-benar excited membayangkan payudara dan vaginanya dalam genggaman telapak tangan pria lain, terutama yang bertampang kasar dan status sosialnya di bawahnya. Reni istri yang setia, jadi tentu saja, dalam imajinasiku itu, Reni tidak sedang berselingkuh. Aku mungkin gila membayangkannya menderita lantaran diperkosa! Dan kini imajinasiku itu menjadi kenyataan. Di depanku, seorang lelaki tengah memeluknya dari belakang. Sebelah tangan lelaki itu meremas-remas payudaranya. Sebelah lagi dengan kasar melakukan hal yang sama pada pangkal pahanya. Tiga lelaki sedang bersiap-siap memperkosa Reni, seorang istri setia yang alim. Itu semua terjadi di depan suaminya sendiri dan atas perintahnya. Tentu saja, Reni tak tahu hal itu terjadi atas rancangan aku, suaminya. Itu sebabnya, kedua matanya kini terikat. Tiga lelaki itu adalah orang yang kupilih untuk mewujudkan fantasi gilaku.

Setelah melalui beberapa pertimbangan dan pembicaraan-pembicaraan santai yang makin mengarah ke serius, akhirnya kudapatkan juga tiga orang yang kurasa pas untuk mewujudkan kegilaanku. Orang pertama, Aldo, adalah office boy di kantor tempatku bekerja. Orangnya masih berumur 23 tahun, berperawakan kurus tinggi dengan kumis tipis. Dia sering membantuku dan tugas-tugas yang pernah kupercayakan padanya pun selalu rapi. Pada jam istirahat atau lembur kami sering ngobrol dan merokok bersama, dan dalam suatu obrolan lah aku mengungkapkan ide gilaku padanya. Sifatnya agak pemalu dan pendiam sehingga tidak banyak teman.Menurut pengakuannya, ia belum pernah berpacaran apalagi main perempuan.

“Ya boleh juga lah Bos, sapa tau seperti kata Bos, bisa bikin saya lebih berani ke cewek hehehe” katanya menanggapi permintaanku.

Orang kedua Bob, seorang temanku di perusahaan tempatku bekerja dulu, seorang pria berusia 40 tahun lebih. Aku berpikir dia pas untuk tugas gila ini begitu melihatnya terutama perutnya yang gendut. Aku memang kadang mengkhayalkan wajah Reni yang lembut dikangkangi seorang lelaki gendut. Bob mengaku tertarik dengan tawaranku lantaran ia punya seorang karyawati cantik yang belum berhasil ditaklukannya. Ia memperlihatkan foto gadis itu kepada kami yang memang harus diakui cantik. Kata Bob, ia sudah berulangkali mencoba merayu gadis itu untuk melayaninya, tetapi gadis itu selalu menolaknya.

“Setelah bermain-main dengan Reni, aku ingin kalian membantuku memperkosa si Lia ini” katanya.

Orang ketiga bernama Jaelani yang direkomendasikan oleh Bob. Ia adalah sopir perusahaan di tempat kerja Bob, tubuhnya kekar, kulitnya hitam, kumis di atas bibirnya menambah sangar wajahnya yang memang sudah seram itu. Melihatnya, aku langsung membayangkan Reni menjerit-jerit lantaran vaginanya disodok penis pria seperkasa Jaelanni ini.

“Saya udah lima tahun cerai, selama ini mainnya sama perek kampung aja kalau lagi sange, kalau ngeliat yang cantik kaya istri Abang ini wah siapa ga kepengen Bang” sahutnya antusias ketika kuperlihatkan foto Reni di HP-ku.

“OK deh, minggu depan kita beraksi. Silakan kalian puaskan diri dengan istriku. Nanti hari H min satu kita atur lagi lebih dalam rencananya! kataku mengakhiri pertemuan.

***

H – 1

Sehari sebelum hari yang direncanakan tiba, kami berempat berkumpul lagi di rumah kontrakan Jaelani untuk membahas apa yang harus dilakukan. Akhirnya, ide Bob yang kami pakai. Idenya adalah menculik istriku dan membawanya ke villa Bob yang besar dan terletak di luar kota. Bob menjamin, teriakan sekeras apapun tak akan terdengar keluar villanya itu, selain itu suasananya pun jauh dari keramaian kota sehingga aman untuk melakukannya. Kami semua sepakat dan mulai membagi tugas. Aku tak sabar menunggu saatnya mendengar jeritan kesakitan Reni diperkosa ketiga pria ini.

***

Hari H

Hari yang disepakati pun tiba. Aku tahu, pagi itu Reni akan ke rumah temannya. Aku tahu kebiasaannya. Setelah aku berangkat kantor, ia akan mandi. Hari itu ia memakai gaun terusan krem bermotif bunga-bunga. Sebenarnya aku tidak ke kantor, tetapi ke rumah Bob. Di sana, tiga temanku sudah siap. Kamipun meluncur ke rumahku dengan mobil van milik Bob. Sekitar sepuluh menit lagi sampai, kutelepon Reni.

“Sudah mandi, sayang ?” kataku.

“Barusan selesai kok” sahutnya.

“Sekarang lagi apa?”

“Lagi mau pake baju, hi hi…” katanya manja.

“Wah, kamu lagi telanjang ya ?”

“Hi hi… iya,”

“Cepat pake baju, ntar ada yang ngintip lho !” kataku.

“Iya sayang, ini lagi pake BH,” sahutnya lagi.

“Ya udah, aku kerja dulu ya, cup mmuaachh…” kataku menutup telepon.

Tepat saat itu mobil Bob berhenti di samping rumahku yang tak ada jendelanya. Jadi, Reni tak akan bisa mengintip siapa yang datang. Bob, Aldo dan Jaelani turun, langsung ke belakang rumah. Kuberitahu mereka tentang pintu belakang yang tak terkunci. Aku tak perlu menunggu terlalu lama. Kulihat Aldo sudah kembali dan mengacungkan jempolnya. Cepat kuparkir mobil Bob di garasiku sendiri.

“Matanya sudah ditutup Do?” kataku.

“Sudah bos. Mbak Reni sudah diikat dan mulutnya disumpel. Tinggal angkut” katanya.

Memang, kulihat Bob dan Jaelani sedang menggotong Reni yang tengah meronta-ronta. Istriku yang malang itu kini terikat tak berdaya. Kedua tangannya terikat ke belakang. Aku siap di belakang kemudi. Kulirik ke belakang, tiga lelaki itu memangku Reni yang terbaring di jok tengah.

“Ha ha… step one, success!” kata Bob.

Aku menelan liurku ketika rok Reni disingkap sampai ke pinggang. Tangan mereka saling berebut menjamah pahanya yang putih mulus. Bob bahkan telah menurunkan bagian dada Reni yang agak rendah sehingga sebelah payudaranya yang masih terbungkus bra hitam menyembul keluar. Lalu, ia menurunkan cup bra itu. Mata ketiganya seolah mau copot melihat payudara 34B Reni yang bulat montok dengan puting coklat itu. Bob bahkan langsung melumat bongkahan kenyal itu dengna bernafsu embuat Reni merintih-rintih. Gilanya, aku malah sangat menikmati pemandangan itu.

“Udah Bang, sekarang berangkat aja dulu” kata Jaelani sambil jarinya mulai merambahi selangkangan Reni dan mengelusi vaginanya dari luar celana dalamnya.

***

Villa Bob

Setelah empat puluh menit perjalanan tibalah kami di villa Bob yang besar. Kami mengikat Reni di ranjang dengan tangan terentang ke atas. Si sopir, Jaelani, tengah memeluknya dari belakang, meremas payudara dan pangkal pahanya.

“Pak Bob merokok kan? Reni benci sekali lelaki perokok. Saya pingin ngelihat dia dicium lelaki yang sedang merokok. Saya juga pengen Pak Bob meniupkan asap rokok ke dalam memeknya,” bisikku kepada Bob.

Bob mengangguk sambil menyeringai. Aku lalu mengambil posisi yang tak terlihat Reni, tapi aku leluasa melihatnya. Kulihat Bob sudah menyulut rokoknya dan kini berdiri di hadapan Reni. Dilepasnya penutup mata Reni. Mata sendunya berkerjap-kerjap dan tiba-tiba melotot. Rontaan Reni makin menjadi ketika Bob menjilati pipinya yang halus. Apalagi, kulihat tangan Jaelani tengah mengobok-obok vaginanya. Pinggul Reni menggeliat-geliat menahan nikmat.

“Bang nggak bosen-bosen mainin memek Mbak Reni,” tanya Aldo yang duduk di sebelahku sambil memainkan penisnya.

“Lho, kok kamu di sini. Ayo direkam sana!” kataku menepuk punggungnya.

“Oh iya. Lupa!” kata Aldo sambil cengengesan.

Bob menarik lepas celana dalam Reni yang menyumbat mulutnya.

“Lepaskaaaan…. mau apa kalian… lepaskaaaan!” langsung terdengar jerit histeris Reni yang marah bercampur takut.

“Tenang Mbak Reni, kita cuma mau main-main sebentar kok,” kata Bob sambil menghembuskan asap rokok ke wajah cantiknya.

Kulihat Reni melengos dengan kening berkerut.

“Ya nggak sebentar banget, Mbak. Pokoknya sampe kita semua puas deh!” kata Aldo.

Ia berjongkok di hadapan Reni. Diarahkannya kamera ke bagian bawah tubuh Reni, ia mengclose-up jari tengah Ben yang sedang mengobok-obok vagina istriku.

“Memek Mbak rapet sih. betah nih saya maenan ini seharian,” timpal Jaelani.

“Aaakhhh… binatang…lepaskaaann…nngghhhh!” Reni meronta-ronta dan menangis

Telunjuk Aldo ikut-ikutan menusuk ke dalam vaginanya. Kulihat Bob menghisap rokok Jie Sam Soe-nya dalam-dalam. Tangan kirinya meremas-remas payudara kanan Reni yang telah terbuka

“Lepaskaaaan… jangaaann….setaan….mmmfff…..mmmmfffff….mmmpppfff… .” jeritan Reni langsung terbungkam begitu Bob melumat bibirnya dengan buas.

Mata Reni mendelik. Kulihat asap mengepul di antara kedua bibir yang berpagut itu. Al

mengclose-up ciuman dahsyat itu. Ketika Bob akhirnya melepaskan kuluman bibirnya, bibir Reni terbuka lebar. Asap tampak mengepul dari situ. Lalu Reni terbatuk-batuk.

“Ciuman yang hebat, Jeng Reni. Sekarang aku mau mencium memekmu,” kata Bob.

Reni masih terbatuk-batuk. Wajahnya yang putih mulus jadi tampak makin pucat. Bob berlutut di hadapan Reni. Jaelani dan Aldo membantunya membentangkan kedua kaki Reni lebih lebar.

“Wow, memek yang hebat,” kata Bob sambil mendekatkan ujung rokok yang menyala ke rambut kemaluan Reni yang tak berapa lebat.

Sekejap saja bau rambut terbakar menyebar di ruangan ini. Bob lalu menyelipkan bagian filter batang rokoknya ke dalam vagina Reni. Istriku masih terbatuk-batuk sehingga terlihat batang rokok itu kadang seperti tersedot ke dalam. Tanpa disuruh, Aldo meng-close-upnya dengan handycam. Bob lalu melepas rokok itu dari jepitan vagina Reni. Dihisapnya dalam-dalam. Lalu, dikuakkannya vagina Reni lebar-lebar. Mulutnya langsung merapat ke vagina Reni yang terbuka.

“Uhug…uhug…aaaakkhhh… aaaaakkhhh….aaaaakkkhhhh…” Reni menjerit-jerit histeris. Bob tentu sudah mengembuskan asap rokoknya ke dalam vagina istriku.

“Aaakhhhh… panaaassss….adududuhhhh….” Reni terus menjerit dan meronta-ronta. Kulihat Bob melepaskan mulutnya dari vagina istriku.

Sementara Aldo mengclose up asap yang mengepul dari vagina Reni. Reni semakin menangis ketakutan.

Bob bangkit dan menjilati sekujur wajahnya. Lalu dengan gerak tiba-tiba ia mengoyak bagian dada istriku. Reni memekik ketika Bob merenggut putus bra-nya yang telah tersingkap. Ia terus menangis saat Bob mulai menjilati dan mengulum putingnya. Kulihat Jaelani kini berdiri di belakang istriku. Penisnya yang besar itu telah mengacung dan siap beraksi. Ia menoleh ke arahku, seolah minta persetujuan. Aku mengacungkan ibu jari, tanda persetujuan. Tak sabar aku melihat istriku merintih-rintih dalam persetubuhan dengan lelaki lain. Kuberi kode kepada Aldo, si office boy, agar mendekat.

“Tolong tutup lagi matanya. Gua pengen ingin dia menelan sperma gua soalnya selama ini dia belum pernah” kataku

Al mengangguk dan segera melakukan perintahku. Setelah yakin Reni tak bisa melihatku, aku pun mendekat.

“Aaakkhhh….aaakkkhhh….. jangaaaannn….!” Reni menjerit lagi, kali ini lantaran penis Jaelani yang besar mulai menusuk vaginanya.

Kulihat baru masuk setengah saja, tapi vagina Reni tampak menggelembung seperti tak mampu menampung penis itu. Kulepaskan ikatan tangan Reni tapi kini kedua tangannya kuikat ke belakang tubuhnya. Penis si sopir masih menancap di vaginanya. Jaelani kini kuberi isyarat agar duduk di lantai. Berat tubuh Reni membuat penis Jaelani makin dalam menusuk vaginanya. Akibatnya Reni menjerit histeris lagi. Tampaknya kali ini ia betul-betul kesakitan. Aku sudah membuka celanaku. Penisku mengacung ke hadapan wajah istriku yang cantik ini. Reni bukannya tak pernah mengulum penisku. Tapi, selalu

saja ia menolak kalau kuminta spermaku tertumpah di dalam mulutnya.

“Jijik ah, Mas,” katanya berkilah.

Tetapi kini ia akan kupaksa menelan spermaku. Kutekan kepalanya ke bawah agar penis si sopir masuk lebih jauh lagi sehingga Reni makin histeris. Saat mulutnya terbuka lebar itulah kumasukkan penisku, jeritannya pun langsung terbungkam. Aku berharap Reni tak mengenali suaminya dari bau penisnya. Ughhhh… rasanya jauh lebih nikmat dibanding saat ia mengoral penisku dengan sukarela. Kupegangi bagian belakang kepalanya sambil kugerakkan maju mundur pinggulku. Sementara Jaelani juga sudah semakin ganas menyentak-nyentak penisnya pada vagina istriku. Reni mengerang-erang, dari sela kain penutup matanya kulihat air matanya mengalir deras. Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi. Kutahan kepalanya ketika akhirnya spermaku menyembur deras ke dalam rongga mulut istriku yang kucintai. Kutarik keluar penisku, tetapi langsung kucengkeram dagunya yang lancip. Di bawah, Bob dan Aldo menarik kedua puting istriku.

“Ayo, telan, banyak proteinnya nih Mbak, sehat loh” kata Bob.

Akhirnya memang spermaku tertelan, meski sebagian meleleh keluar di antara celah bibirnya. Nafas Reni terengah-engah di antara rintihan dan isak tangisnya. Ben masih pula menggerakkan pinggangnya naik turun.

Aku duduk bersila menyaksikan istriku tengah dikerjai tiga pria bertampang jelek. Penis Jaelani masih menancap di dalam vagina Reni. Kini Bob mendorong dada Reni hingga ia rebah di atas tubuh tegap sopir itu. Ia kini langsung mengangkangi wajah Reni. Ini dia yang sering kubayangkan. Wajah cantik Reni terjepit pangkal paha lelaki gendut itu. Kuambilalih handycam dari tangan Aldo, lalu kuclose up wajah Reni yang menderita. Reni menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menjerit-jerit. Tetapi, jeritannya langsung terbungkam penis Bob. Kedua tangan kekar Jaelani menggenggam payudara Reni. Meremas-remasnya dengan kasar dan berkali-kali menjepit kedua putingnya. Dari depan kulihat, tiap kali puting Reni dijepit keras, vaginanya tampak berkerut seperti hendak menarik penis Ben makin jauh ke dalam. Aldo tak mau ketinggalan. Ia kini mencari klitoris Reni. Begitu ketemu, ditekannya dengan jarinya dengan gerakan memutar. Sesekali, bahkan dijepitnya dengan dua jari. Terdengar Reni mengerang-erang, tubuhnya mengejang seperti menahan sakit.

“Boleh aku gigit klitorisnya?” tanya Aldo padaku sambil berbisik.

“Boleh, asal jangan sampai luka,” sahutku sambil mengarahkan handycam ke vagina istriku.

Office boy pemalu ini betul-betul melakukannya. Mula-mula dijilatinya bagian sensitif itu. Lalu, kulihat klitoris istriku terjepit di antara gigi-gigi Aldo yang tidak rata. Ditariknya menjauh seperti hendak melepasnya. Kali ini terdengar jerit histeris Reni.

“Aaaaakkhhhh….saakkkkiiiittt…” rupanya Bob saat itu menarik lepas penisnya lantaran Jaelani ingin berganti posisi. Jaelani memang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuh Reni pada kedua pahanya. Penisnya yang besar masih menancap di vagina istriku. Terus terang aku iri melihat penisnya yang besar itu. Reni terus menjerit-jerit dalam gendongan Jaelani yang ternyata membawanya ke atas meja. Diturunkannya Reni hingga kini posisinya tertelungkup di atas meja. Kedua kakinya menjuntai ke bawah dan kedua payudaranya tepat di tepi meja.

“Kita teruskan lagi, ya Mbak. Memek Mbak kering sekali, jadi lama selesainya,” kata si sopir

Ia menusukkan dua jari ke vagina Reni sehingga tubuh istriku itu menggeliat.

“Sudaaahh…. hentikaaan…kalian…bangsat!” teriaknya di sela isak tangisnya.

“Iya Mbak, maafkan kami yang jahat ini ya?” sahut Jaelani sambil kembali memperkosa istriku.

Suara Reni sampai serak ketika ia menjerit histeris lagi. Tapi tak lama, Bob sudah menyumpal mulutnya lagi dengan penisnya. Dalam posisi seperti itu, si sopir betul-betul mampu mengerahkan kekuatannya. Tubuh Reni sampai terguncang-guncang. Kedua payudaranya berayun ke muka tiap kali Ben mendorong penisnya masuk. Lalu, kedua gumpalan daging kenyal itu berayun balik membentur tepi meja. Payudara Reni yang putih mulus kini tampak memerah. Jaelani terlihat betul-betul kasar, mungkin Reni adalah wanita tercantik yang pernah disetubuhinya sehingga tak heran ia begitu bernafsu. Saat ia terlihat hampir sampai puncak, Bob berseru kepadanya,

“Buang ke mulutnya dulu. Nanti putaran kedua baru kita buang ke memeknya,” kata Bob.

Jaelani mengangguk lalu ia bergerak ke depan Reni. Vagina Reni tampak menganga lebar, tetapi sejenak saja kembali merapat. Bob dengan cepat menggantikan posisi Jaelani. Penisnya kini menyumpal mulut Reni. Ia menggeram keras sambil menahan kepala Reni.

“Ayo, telen spermaku ini… Uuughhhh….yah…. telaaannn…..” si sopir meracau.

Jaelani baru melepaskan penisnya setelah yakin Reni benar-benar menelan habis spermanya. Reni terbatuk-batuk, sopir itu mengusapkan penisnya yang berlumur spermanya sendiri ke hidung Reni yang mancung.

“Uuggghhh….nggghhhhhh…..” Reni merintih.

Tak menunggu lama, kini giliran Bob menyetubuhi Reni. Reni tampaknya tak kesakitan seperti saat diperkosa si sopir. Mungkin karena penis Bob lebih kecil.

“Aiaiaiaiiiii…. jangaaan…. aduhhhh…. sakiiit….” tiba-tiba Reni mendongak dan menjerit kesakitan.

“Anusmu masih perawan ya ? Nanti aku ambil ya ?” katanya.

Ternyata, sambil menancapkan penisnya ke vagina Reni, Bob menusukkan telunjuknya ke anus Reni.

Kudekati Bob seraya berkata,

“Jangan sekarang, pak Bob. Aku juga ingin merasakan menyodominya. Aku belum pernah memasukkan kontolku ke situ,” bisikku.

“Oke, setelah suaminya, siapapun boleh kan?” sahutnya juga dengan berbisik.

Aku mengangguk. Bob tak mau kalah dengan Jaelani. Ia juga menancapkan penisnya dengan kasar, cepat dan gerakannya tak beraturan. Bahkan, sesekali ia mengangkat sebelah kaki Reni dan memasukkan penisnya menyamping. Saat bersetubuh denganku, biasanya posisi menyamping itu bisa membuat Reni melolong-lolong dalam orgasme.

Tapi, kali ini yang terdengar adalah rintihan dan jerit kesakitan. Saat aku mulai merasa kasihan padanya, jeritan itu berhenti. Aldo kini membungkam mulutnya dengan penisnya. Peluh membasahi sekujur tubuh Reni. Bob sudah menumpahkan sperma ke dalam mulutnya. Tubuh Reni terkulai lemas karena kelelahan, keringat bercucuran di tubuhnya yang mulus. Tetapi, kulihat ia masih sadar. Aldo membopongnya ke kasur busa yang tergeletak di lantai. Reni diam saja ketika ikatan tangannya dilepas.

“Sebentar ya Mbak. Bajunya dilepas aja semua biar lebih enak ngentotnya” katanya sambil melucuti seluruh pakaian yang masih tersangkut di tubuh Reni. Reni kini berbaring terlentang di kasur busa tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Hanya arloji Fossil, kalung dan cincin kawin yang masih tersisa di tubuhnya. Ia tampak terisak-isak. Aldo kemudian mengikat kembali kedua tangan Reni menjadi satu ke kaki meja. Aku tertarik melihat Aldo yang sikapnya lembut dan agak malu-malu kepada Reni.

“Aduh kasihan, tetek Mbak sampai merah begini,” katanya sambil membelai-belai lembut kedua payudara istriku.

Dipilin-pilinnya juga kedua puting Reni dengan ujung jarinya. Reni menggeliat merasakan rangsangan menjalar ke seluruh tubuhya dari wilayah sensitif itu.

“Siapa yang menggigit ini tadi ?” tanya Aldo.

“Alaaaa, sudahlah, banyak cingcong amat kau ini…cepat masukkan kontol kau tuh ke memek cewek ini,” terdengar Bob berseru.

“Ah, jangan kasar begitu. Perempuan cantik gini harus diperlakukan lembut. Ya, Mbak Reni?” Al terus membelai-belai vagina Reni yang ditutupi bulu-bulu hitam lebat.

Kali ini ia menyentil-nyentil puting Reni dengan lidahnya, sesekali dikecupnya. Biasanya, Reni bakal terangsang hebat kalau kuperlakukan seperti itu dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh kelembutan Aldo setelah sebelumnya menerima perlakuan kasar.

“Unngghhh…. lepaskan saya, tolong. Jangan siksa saya seperti ini,” mohonnya.

Aldo tak berhenti, kini ia malah menjilati sekujur permukaan payudara istriku. Lidahnya juga terus bergerak ke ketiak Reni yang mulus tanpa rambut sehelaipun. Reni menggigit bibirnya menahan geli dan rangsangan yang mulai mengganggunya. Aldo mencium lembut pipinya dan sudut bibirnya. Aku sempat heran, katanya dia belum pernah menyentuh wanita, tapi kok mainnya sudah ahli begini, apakah kebanyakan nonton bokep? pikirku

“Jangan khawatir Mbak. Bersama saya, Mbak akan merasakan nikmat. Kalau Mbak sulit menikmatinya, bayangkan saja wajah suami Mbak,” kata Aldo sambil melanjutkan mengulum puting Reni. Kali ini dengan kuluman yang lebar hingga separuh payudara Reni terhisap masuk.

“MMmfff….. ouhhhhh….tidaaakk… saya tidak bisa… ” sahut Reni dengan isak tertahan. “Bisa, Mbak… Ini suami Mbak sedang mencumbu Mbak. Nikmati saja… ” Aldo terus

menyerang Reni secara psikologis.

Jilatannya sudah turun ke perut Reni yang rata. Dikorek-koreknya pusar Reni dengan lidahnya. Reni menggeliat dan mengerang lemah.

“Vaginamu indah sekali, istriku…” kata Aldo sambil mulai menjilati bibir vagina istriku. Reni mengerang lagi. Kali ini makin mirip dengan desahannya saat bercumbu denganku. Pinggulnya kulihat mulai bergerak-gerak, seperti menyambut sapuan lidah office boy itu pada vaginanya. Ia terlihat seperti kecewa ketika Aldo berhenti menjilat. Tetapi, tubuhnya bergetar hebat lagi saat pemuda itu dengan pandainya menjilat bagian dalam pahanya. Aku acungkan ibu jari pada Aldo, itu memang titik sensitifnya. Aldo menjilati bagian dalam kedua paha Reni, dari sekitar lutut ke arah pangkal paha. Pada jilatan ketiga, Reni merapatkan pahanya mengempit kepala si office boy dengan desahan yang menggairahkan.

“Iya Reni, nikmati cinta suamimu ini,”

Aldo terus meracau, direnggangkannya kembali kedua paha Reni. Kini lidahnya langsung menyerang ke pusat kenikmatan Reni. Dijilatinya celah vagina Reni dari bawah, menyusurinya dengan lembut sampai bertemu klitoris.

“Ooouhhhhhh…. aahhhh…. am…phuuunnn….” Reni merintih menahan nikmat. Apalagi, Aldo kemudian menguakkan vaginanya dan menusukkan lidahnya ke dalam sejauh-jauhnya.

Reni makin tak karuan. Kepalanya menggeleng-geleng. Giginya menggigit bibirnya, tapi ia tak kuasa menahan keluarnya desahan kenikmatan. Apalagi Aldo kemudian dengan intens menjilati klitorisnya.

“Ayo Mbak Reni, nikmati…. nikmati… jangan malu untuk orgasme…” kata Aldo, lalu tiba-tiba ia menghisap klitoris Reni. Akibatnya luar biasa. Tubuh Reni mengejang, dari bibirnya keluar rintihan seperti suara anak kucing. Tubuh istriku terguncang-guncang ketika ledakan orgasme melanda tubuhnya.

“Bagus Mbak, puaskan dirimu,” kata Al, kali ini sambil menusukkan dua jarinya ke dalam vagina istriku, keluar masuk dengan cepat.

“Aaakkhhhh….aaauuunnghhhhhh…” Reni melolong, lalu ia menangis merasa terhina karena menikmati perkosaan atas dirinya.

Aldo memperlihatkan dua jarinya yang basah oleh cairan dari vagina istriku. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah istriku. Dijilatnya pipi istriku.

“Oke Mbak, kamu diperkosa kok bisa orgasme ya ? Nih, kamu harus merasakan cairan memekmu” katanya sambil memaksa Reni mengulum kedua jarinya.

Reni hanya bisa menangis. Ia tak bisa menolak kedua jari Aldo ke dalam mulutnya. Dua jarikupun masuk ke dalam vagina Reni dan memang betul-betul basah. Kucubit klitorisnya dengan gemas.

“Nah, sekarang aku mau bikin kamu menderita lagi,” kata Aldo yang lalu menempatkan dirinya di hadapan pangkal paha Reni.

Penisnya langsung menusuk jauh. Reni menjerit kesakitan. Apalagi Aldo memperkosanya kali ini dengan brutal. Sambil menyetubuhinya, Aldo tak henti mencengkeram kedua payudara Reni. Kadang ditariknya kedua putting Reni hingga istriku menjerit-jerit minta ampun. Seperti yang lain, Aldo juga membuang spermanya ke dalam mulut istriku. Kali ini, Reni pingsan saat baru sebagian sperma office boy itu ditelannya. Aldo dengan gemas melepas penutup mata Reni, lalu disemburkannya sisa spermanya ke wajah cantik istriku.

*******************************

Satu jam kemudian

Reni sudah satu jam pingsan, aku menghampiri tubuhnya yang terkulai lemas dan sudah berlumuran keringat dan sperma itu.

“Biar dia istirahat dulu. Nanti suruh dia mandi. Kasih makan. Terus lanjutkan lagi kalau kalian masih mau,” kataku sambil menghisap sebatang rokok.

“Ya masih dong, bos. Baru juga sekali,” sahut Jaelani sambil tangannya meremas-remas payudara Reni.

“Iya, gua kan belum nyoba bo’olnya” timpal Bob sambil jarinya menyentuh anus Reni. “Oke, terserah kalian. Tapi jam dua siang dia harus segera dipulangkan,” kataku.

Tiba-tiba Reni menggeliat. Cepat aku pindah ke tempat tersembunyi. Apa jadinya kalau dia melihat suaminya berada di antara para pemerkosanya? Kulihat Reni beringsut menjauh dari tiga temanku yang hanya memandanginya. Rambut panjangnya yang indah sudah agak berantakan, ia menyilangkan tangan menutupi tubuh telanjangnya. Tentu itu tak cukup untuk menutupinya malah membuat ketiga pria itu semakin bergairah padanya. Jaelani berdiri mendekatinya, lalu mencengkeram lengannya dan menariknya berdiri.

“Jangan… saya nggak sanggup lagi. Apa kalian belum puas?!” Reni memaki-maki.

“Belum ! Tapi sekarang Mbak harus mandi dulu supaya memeknya ini bersih!” bentak sopir itu sambil tangan satunya mencengkeram vagina Reni.

Reni menjerit-jerit waktu pria itu menyeretnya ke halaman belakang. Ternyata mereka akan memandikannya di ruang terbuka. Kulihat Jaelani menarik selang panjang dan langsung menyemprotkannya ke tubuh telanjang Reni. Reni menjerit-jerit, berusaha menutupi payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya. Bob lalu mendekat, menyerahkan sepotong sabun kepada Reni.

“Kamu sabunan sendiri apa aku yang nyabunin?” tanyanya.

Reni tampak ragu.

“Cepat, sabunan Mbak, kan dingin” seru Aldo.

Semprotan air deras diarahkannya tepat mengenai pangkal paha Reni. Reni perlahan mulai menyabuni tubuhnya. Ia terpaksa menuruti perintah mereka untuk juga menyabuni payudara dan vaginanya.

Tak tahan hanya menonton saja, Bob akhirnya mendekati istriku.

“Begini caranya nyabunin memek!” katanya sambil dengan kasar menggosok-gosok

vagina Reni.

Reni menjerit kecil ketika Bob mendekap tubuhnya dan tangannya mulai menggerayangi tubuhnya yang licin oleh sabun. Mulut pria gemuk itu juga menciumi pundak dan leher istriku. Tak lama kemudian, acara mandi akhirnya selesai. Mereka menyerahkan sehelai handuk kepada Reni. Reni segera menggunakannya untuk menutupi tubuhnya.

“Hey, itu bukan untuk nutupin badanmu. Itu untuk mengeringkan badan,” bentak Jaelani.

“Kalau sudah bersih, kita terusin lagi ya Mbak, enak sih!” kata Aldo

“Aiiihhh…” Reni memekik karena Aldo sempat-sempatnya mencomot putingnya.

“Kalau sudah handukan, susul kami ke meja makan. Kamu harus makan biar kuat,” lanjut Bob sambil meremas bokong Reni yang bundar!

Kulihat Reni telah selesai mengeringkan tubuhnya. Ia mematuhi perintah mereka, tanpa mengenakan apapun ia melangkahkan kakinya ke ruang makan. Betul-betul menegangkan melihat istriku berjalan di halaman terbuka dengan tanpa mengenakan apapun. Sensasinya makin luar biasa karena dalam keadaan seperti itu ia kini berjalan ke arah tiga lelaki yang tengah duduk mengitari meja makan. Mereka betul-betul sudah menguasai istriku. Kulihat Reni menurut saja ketika diminta duduk di atas meja dan kakinya mengangkang di hadapan mereka. Posisiku di belakang teman-temanku, jadi akupun dapat melihat vagina dan payudara Reni yang terbuka bebas. Bob mendekatkan wajahnya ke pangkal paha Reni. Kulihat ia menciumnya.

“Nah, sekarang memekmu sudah wangi lagi,” katanya.

Reni menggigit bibirnya dan memejamkan mata.

“Teteknya juga wangi,” kata Aldo yang menggenggam sebelah payudara Reni dan mengulum putingnya.

“Ngghhh… kenapa kalian lakukan ini pada saya,” rintih Reni.

“Mau tahu kenapa ?” tanya Bob, jarinya terus saja bergerak sepanjang alur vagina Reni.

Aku tegang. Jangan-jangan mereka akan membongkar rahasiaku.

“Sebetulnya, yang punya ide semua ini adalah Mr X,” kata Bob.

Aku lega mendengarnya.

“Siapa itu Mr X ?” tanya Reni.

“Kamu kenal dia. Dia pernah disakiti suamimu. Jadi, dia membalasnya pada istrinya,” jelas Bob.

“Tapi Mr X tak mau kamu mengetahui siapa dia. Itu sebabnya tiap dia muncul, matamu ditutup.” lanjut Bob.

“Sudah, Bos, biar Mbak Reni makan dulu. Dia pasti lapar habis kerja keras,” sela Ben.

“Maaf ya Mbak Reni. Kami nggak punya nasi. Yang ada cuma ini,” kata Ben sambil menyodorkan piring berisi beberapa potong sosis dan pisang ambon. Ben lalu mengambilkan sepotong sosis.

“Makan Mbak, dijilat dan dikulum dulu, seperti tadi Mbak mengulum kontol saya,” katanya.

Tangan Reni terlihat gemetar ketika menerima sepotong sosis itu. Dengan ragu-ragu ia menjilatinya, mengulumnya lalu mulai memakannya sepotong demi sepotong. Habis sepotong, Aldo mengupaskan pisang Ambon lalu didekatkannya dengan penisnya yang mengacung.

“Pilih pisang yang mana, Mbak ?” goda Aldo, “ayo ambil,” lanjutnya.

Reni menggerakan tangannya hendak mengambil pisang namun Aldo menangkap pergelangannya dan memaksa Reni menggenggam penisnya.

“Biar saya suap, Mbak pegang pisang saya saja,” katanya.

“Tangannya lembut banget nih” kata Aldo.

Jaelani tak mau kalah, ia menarik sebelah tangan Reni dan memaksanya menggenggam penisnya yang besar. Sementara Reni menghabiskan sedikit demi sedikit pisang yang disuapkan Aldo. Sepotong pisang itu akhirnya habis juga. Bibir Reni tampak belepotan. Bob yang sedang merokok kemudian mencium bibir Reni dengan bernafsu. Reni mengerang-erang dan akhirnya terbatuk-batuk saat Bob melepaskan ciumannya.

“Sudah…uhukkk… sudah cukup,” kata Reni dengan nafas terengah-engah.

“Eee ini masih banyak. Sekarang kita haus nih, Mbak harus temenin kita minum,” kata Bob.

“Tapi gelasnya kurang ya?” sahut Jaelani sambil merenggangkan paha Reni.

Reni meronta-ronta tetapi Aldo dan Bob memeganginya. Jaelani membuka sebotol bir lalu menumpahkan seluruh isinya ke tubuh telanjang Reni hingga basah.

“Hmmm…ini baru maknyus namanya!” kata Bob sambil mendorong tubuh Reni hingga terbaring telentang di meja.

Reni terisak-isak, ia merasakan dinginnya bir itu di sekujur tubuhnya, juga jilatan-jilatan lidah dan tangan-tangan para pria itu yang merangsang setiap titik di tubuhnya. Bob menyeruput bir yang tertumpah di vagina gadis itu hingga terdengar bunyi sruput yang rakus.

“Cara baru minum bir, suegerr!!!” sahut Jaelani yang asyik menyeruput bir pada payudara istriku.

Adegan selanjutnya tak urung membuatku kasihan pada Reni. Mereka membawanya ke halaman belakang dan memperkosanya di atas rumput secara beramai-ramai. Sperma mereka bercipratan bukan saja di dalam vagina Reni, tapi juga di tubuhnya. Begitu usai, mereka membaringkan Reni yang sudah tak sadarkan diri di atas sofa. Kulihat kondisi Reni sudah betul-betul berantakan, bekas-bekas cupangan terlihat di kulitnya yang putih terutama di payudara, leher dan pundaknya, sperma berceceran di hampir seluruh tubuhnya mulai dari vagina hingga wajahnya, rambut panjangnya pun tidak luput dari cipratan cairan kental itu. Kami mengangkut tubuh telanjang Reni ke kamar mandi dan membersihkannya dengan shower lalu memakaikan kembali pakaiannya. Reni masih belum sadar akibat perkosaan brutal tadi. Kami menaikkannya ke mobil dan kembali ke ibukota. Sampai di Jakarta, Reni mulai bangun, terdengar suara melenguh dari mulutnya. Matanya masih dalam keadaan tertutup karena aku tidak ingin dia melihatku. Bob mengancamnya agar tidak menceritakan kejadian hari ini pada siapapun kalau tidak ingin rekaman perkosaan tadi bocor dan mempermalukan dirinya dan keluarganya. Reni hanya bisa mengangguk dengan terisak-isak. Kami menurunkannya di depan rumah lalu aku segera tancap gas menjauhi rumahku.

**************************

Jam sembilan malam

Aku tiba di rumah dan setelah memarkirkan mobil di garasi aku masuk ke rumah dan memanggil nama istriku, berpura-pura seolah tidak terjadi apapun.

“Ren…Renn!!” aku mengeraskan suaraku karena tidak ada yang keluar ataupun membalas sahutanku

“Renn…lu dimana!” panggilku lagi

‘Cklik!” tiba-tiba kamar mandi lantai satu di sebelahku membuka, Reni keluar dari sana.

“Iya Mas, sori saya sakit perut” katanya, “O ya mas, hari ini gak sempat masak, tadi di jalan pulang macet banget, jadi beli makanan di luar, saya panasin sekarang ya Mas”

Kulihat matanya sembab, tapi ia berusaha tersenyum di depanku. Ketika makan malam ia lebih diam dari biasanya namun berusaha menanggapi obrolanku. Kupeluk pinggangnya yang ramping ketika ia sedang mencuci piring sehabis makan dan kubisikkan kata-kata mesra di telinganya. Biasanya aksi ini berlanjut hingga ke hubungan intim baik kilat maupun long time. Namun kali ini ia menepisnya.

“Jangan Mas, jangan hari ini, saya cape, tolong ya…please!” katanya dengan tatapan memohon.

Akupun mengerti karena tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kupeluk dia dengan mesra dan kucium keningnya

“I love you honey!” ucapku dekat telinganya

“Sori banget Ren, lu emang istri yang baik, ga mau orang lain ikut cemas dan susah, gua janji ini ga akan terjadi lagi” kataku dalam hati sambil mempererat pelukanku.
Sungguh Puaskah Istri Anda ?