cerita
yang
kualami
kurang
lebih
2
tahun
yang
lalu.
Saya
adalah
seorang
siswa
SMU
swasta
di
sebuah kota X, nama saya adalah
Endy dan saya saat ini berumur
18 tahun. Saya mempunyai
suatu kebiasaan untuk
melakukan onani, yah mungkin
satu kali untuk satu hari. Saya
mempunyai seorang teman, bisa
dikatakan dia merupakan teman
saya yang terbaik, karena
hampir setiap hari kami selalu
bersama. Saya memang sering
main ke rumahnya dan tentu
saja, saya sering berjumpa
dengan mamanya. Dapat
dikatakan mamanya saat ini kira-
kira berusia 36 tahun, tetapi
tubuhnya terlihat bagaikan
seorang gadis yang berusia 20
tahunan. Yah montok dan padat
sekali dan saya memanggil
mamanya Tante Nita. Tentu saja
saya sering melakukan onani
dengan menghayalkan mama
kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-
teman sekolah lainnya akan
melaksanakan pesta barbeque
dan tempat kami berkumpul
merupakan rumah dari kawanku
ini. Karena masih menunggu
teman kami yang belum hadir,
maka saya bermain di rumah
kawanku ini dengan permainan
dadu dengan yang lainnya.
Mungkin karena kebetulan saya
melempar dadunya terlalu kuat,
maka dadu itu jatuh ke arah
kamar mama temanku. Lalu
dengan malas dan ogah-ogahan,
saya bangkit untuk mengambil
dadunya. Tetapi saat akan
mengambil dadunya, saya
melihat suatu pemandangan
yang membuat saya sangat
terangsang. Saya melihat Tante
Nita hanya memakai celana
dalamnya saja, langsung saja
kemaluan saya terbangun dan
saya segera berjalan keluar
sambil berusaha menenangkan
diri. Sambil bermain dadu
kembali, saya menghayalkan
bentuk tubuh Tante Nita yang
membuatku sangat terangsang.
Tetapi sesaat kemudian, Tante
Nita keluar dari kamarnya.
Dengan serempak, kami
memanggilnya dengan
panggilan Tante, tetapi saya
tidak berani untuk menatapnya,
yah mungkin karena saya malu
dan agak sedikit takut
mengingat kejadian tadi.
Karena temanku sudah
memanggil, maka kami
menyudahi permainan dadu
kami dan kami mulai bergerak ke
luar rumah. Sesaat sampai di luar
rumah, saya melihat Tante Nita
sedang berdiri sambil
memandang ke arahku, lalu dia
menyuruhku untuk
menemaninya ke rumahnya
yang lain untuk sekedar
mengambil barang bekas.
Dengan gugup saya menjawab
dengan jawaban “Ya”, lalu Tante
Nita mengambil kunci rumahnya
dan kami pun berangkat. Sambil
mengikutinya dari belakang,
saya memperhatikan goyangan
pinggulnya dan tentu saja saat
ini saya sudah sangat ingin
melakukan masturbasi, tetapi
karena balum memiliki
kesempatan, maka saya diam
saja sambil menghayalkan
sedang bersetubuh dengan
Tante Nita.
Sesampainya di rumah tersebut,
saya melihat rumah tersebut
sudah lama tidak dihuni,
mungkin saja karena Tante Nita
baru saja pindah ke rumah baru.
Kemudian kami pun masuk ke
dalam. Dengan hati-hati saya
memperhatikan sekeliling rumah
tersebut. Memang agak berdebu
tetapi masih terlihat kalau rumah
tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah
rumah tersebut, Tante Nita
bertanya kepadaku, “Apa yang
kamu lihat waktu kamu
mengambil dadu yang terjatuh
itu tadi.. ?”
Dengan terkejut saya menjawab,
“ Saya tidak melihat apa-apa,
Tante…”
Lalu Tante Nita berkata, “Kamu
jangan bohong, nanti saya
laporkan bahwa kamu berbuat
yang tidak senonoh pada
Tante.. ”
Dengan terbata-bata, saya
menjawab bahwa saya melihat
Tante sedang ganti baju, tetapi
saya tidak melihatnya dengan
jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi,
“Apakah kamu ingin melihatnya
sekali lagi..?”
Seperti mendapat durian runtuh,
maka saya menjawab, “Kalo
Tante Nita mengijinkan, saya
mau Tante. ”
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia
menyuruh saya untuk mendekat.
Dengan hati-hati, maka saya
mendekat padanya, lalu Tante
Nita menarik tangan saya dan
mencium bibir saya. Tentu saja
saya balas dengan ciuman
kembali, sedangkan kedua
tangan saya diam saja karena
sesungguhnya saya dalam
keadaan yang sangat tegang.
Berbeda dengan tangan Tante
Nita, tangannya mulai
memegang kejantanan saya dan
satunya lagi mulai meremas
pantat saya. Kemudian Tante Nita
mulai membuka resluiting celana
saya dan mulai mengocok
kemaluan saya. Saya merasakan
kenikmatan karena tangan Tante
Nita sangat lembut dan sangat
berpengalaman. Karena terbawa
perasaan nikmatnya, mata saya
mulai tertutup dan mulai
menikmati permainan Tante Nita.
Belum berlangsung lama
permainan kami, Tante Nita
menghentikan permainannya,
tentu saja hal ini membuat saya
keheranan.
Lalu saya mulai berani
menatapnya dan saya bertanya
kepadanya, “Tante, bolehkah
saya memegang payudara
Tante.. ?”
Sambil sedikit tersenyum, Tante
Nita berkata, “Terserah kamu
sayang…”
Lalu tangan saya mulai meraba
payudara Tante, tetapi saya
merabanya dari luar saja karena
masih tertutup oleh baju dah BH-
nya.
Karena merasa kurang puas,
maka saya bertanya lagi, “Tante,
bolekah saya membuka baju
tante.. ?”
Dengan sedikit kesal, Tante Nita
menjawab, “Kamu boleh
melakukan semua yang ingin
kamu lakukan, tubuh saya
sekarang ini adalah milikmu
sepenuhnya. ”
Dengan terbata-bata saya
menjawab, “Terima kasih
Tante…”
Lalu Tante Nita berkata lagi,
“ Panggil saya Nita saja, tidak
usah lagi sebutkan Tantenya.”
Lalu saya menjawab, “Ya, Tante..,
eh, maksud saya Nita.”
Permainan terus berlanjut, saya
mulai membuka kancing baju
Tante Nita. Terlihatlah dua bukit
kembar yang indah sekali,
mungkin ukurannya sekitar 36A.
Lalu saya mulai meremas dan
mencium payudara Tante Nita
dan Tante Nita mulai merasakan
kenikmatan dan mengeluarkan
suara desahan.
“ Uuhhh… ahhh..,”
Saya mulai membuka ikatan BH-
nya dan menyemburlah
payudaranya. Dengan liar bibir
saya mulai menghisap payudara
yang di sebelah kanan,
sedangkan tangan saya
meremas dengan keras
payudaranya yang di sebelah
kiri. Saya terus menghisap
puting payudara Tante Nita
kurang lebih 5 menit lamanya.
Kemudian saya melepaskannya
dan saya melihat putingnya
sudah berwarna kemerah-
merahan agak hitam.
Kemudian Tante Nita mulai turun
dan berjongkok di hadapan
kemaluan saya. Dengan cepat dia
menurunkan celana jeans saya
sekaligus dengan celana dalam
saya, lalu dia pun membuka
mulutnya dan memasukkan
kemaluan saya ke mulutnya. Hal
ini membuat saya terkejut,
kemudian Tante Nita mulai
menghisap kemaluan saya dan
memainkannya di dalam
mulutnya yang membuat saya
lupa diri. Tangan saya mulai
menjambak rambut Tante Nita
dan kaki saya mulai menjinjit
karena saya merasakan
kenikmatan yang hebat. Kurang
lebih 10 menit kemudian, saya
merasakan ada yang mendesak
keluar seperti saat saya sedang
melakukan masturbasi dan saya
mulai mengerang, “Aduh, Nita…
saya sampai nih, uh… uhhh…
uuuhhh…” Dan Tante Nita mulai
mempercepat permainannya dan
akhirnya saya mengeluarkan
cairan sperma saya di dalam
mulutnya Tante Nita. Saya
merasakan Tante Nita menghisap
habis seluruh sperma saya dan
menelannya. Dalam sisa-sisa
kenikmatan, saya melihat Tante
Nita bangkit dan mencium bibir
saya, yang tentu saja saya balas
dengan ciuman yang hangat dan
liar.
Hanya dalam hitungan beberapa
detik, Tante Nita menekan kepala
saya dan saya pun mengerti apa
yang diinginkan Tante Nita. Saya
mulai berjongkok dan Tante Nita
berganti posisi dengan
tubuhnya bersandar pada
dinding rumah. Dengan perlahan
saya menurunkan celanan Tante,
lalu saya melihat CD warna biru
langitnya Tante Nita dengan
segunduk daging yang menonjol
di antara kakinya, selain itu saya
juga melihat CD-nya mulai basah
oleh cairan kemaluannya. Tante
Nita berkata kepada saya, “Endy,
cepat donk.., Tante sudah nggak
tahan nih …” Dengan tenang saya
menjawab, “Iya Nita..,” dan saya
mulai memeloroti CD-nya. Saya
melihat rambut kemaluan Tante
Nita yang sungguh subur tetapi
terawat dengan rapih.
Sejujurnya, saya sungguh tidak
menyangka keindahan alat
kelamin wanita ini berbeda
dengan yang pernah saya lihat
di film-film blue bahkan sangat
berbeda. Dengan perlahan-lahan,
saya mulai menyapu kemaluan
Tante Nita dengan lidah saya.
Sesudah rambut kemaluannya
basah oleh air liur saya, saya
mulai memasukkan lidah saya di
antara kemaluannya dan saya
menemukan sebuah bijian kecil.
Dengan lidah saya, saya mulai
menjilati biji tersebut, hal ini
membuat Tante Nita mengerang
keenakan.
“ Endy.., terus.., Tante merasa
nikmat sekali, ah… ah… uhhh…”
desahnya.
Karena merasakan Tante Nita
yang mulai terangsang, maka
saya mempercepat jilatan saya
pada bijian tersebut kurang lebih
6 menit Tante Nita menjerit
sambil memegang dan
menjambak rambut saya.
“ Uhhh… Tante sampai nihhh…
ayo terus Ndyyy… ah…
ehmmm… nikmat sekali.”
Lalu saya melepaskan permainan
lidah saya dan saya melanjutkan
dengan tangan saya yang mulai
mengosok dan mengocok
kemaluan Tante Nita karena saya
merasa jijik untuk menghisap air
kemaluan wanita tetapi dengan
cepat Tante menarik kepalaku
dan mengarahkannya kembali ke
kemaluannya. Karena ingin
memuaskan Tante Nita, maka
saya mulai memainkan lidah
saya di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan
berteriak, “Ahh… ahhh… auuu…
ehmmm… saya sampai, terus
Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”
Saya merasakan ada cairan yang
keluar dari kemaluan Tante,
maka saya menghisap seluruh
cairan tersebut sampai kering
dan kemudian saya menelannya.
Karena melihat Tante Nita sedang
merasakan sisa-sisa
kenikmatannya maka saya
bangkit dan mencium bibirnya,
sedangkan tangan saya
meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka
matanya dan tersenyum nakal
sambil berkata, “Endy, kamu
kurang ajar sekali, bahkan
dengan mama kawan baikmu
pun kamu berani berbuat
begitu. ”
Dengan terkejut saya berkata,
“ Tapi Tante, saya tidak
bermaksud begitu, khan tante
yang …” Belum selesai saya
berkata Tante Nita
memotongnya dan berkata,
“ Saya tahu kamu tidak
bermaksud begitu tapi kamu
sudah melakukannya jadi ya..,
nggak apa-apa deh … tante suka
dengan permainan kamu. Lain
kali kamu harus melakukannya
dengan Tante lagi, kalo tidak..
Tante akan laporkan kamu sama
yang lainnya !”
Lalu saya tersenyum dan
berkata, “Tante nakal sekali, saya
sampai terkejut, tapi Tante
jangan khawatir, lain kali saya
akan melayani Tante lagi, saya
janji Nita. ”
“Kamu harus ingat janji kamu
yach… sekarang kita harus
berpakaian kembali, lalu kamu
kembali ke teman kamu … khan
kamu mau barbeque khan..?”
kata Tante Nita kemudian yang
sempat membuatku terkejut
seperti sadar kembali kalau kami
sudah meninggalkan acara pesta.
Dengan cepat saya mulai
membetulkan pakaian saya dan
merapikan rambut saya sambil
bertanya kepada Tante Nita,
“ Tante.., kita sudah pergi berapa
lama sih..? Kalo ketahuan gimana,
Tante.. ?”
Dengan tenang Tante menjawab,
“ Kamu jangan khawatir, Tante
akan mengaturnya supaya
aman. ”
Lalu kami pun kembali ke rumah
Tante Nita yang baru meskipun
dalan hatiku masih ada sedikit
keraguan. Sesampainya disana,
Tante berkata bahwa kami
membongkar seluruh rumah
untuk mencari kunci lemarinya
sehingga memerlukan waktu
setengah jam. Sambil bernafas
lega, saya menoleh ke arah Tante
Nita dan melihatnya tertawa,
sungguh mengoda sekali.
Beginilah awal kisahku dengan
Tante Nita yang merupakan
mama dari kawan baikku. Di
pesta barbeque bersama
temanku, saya merasa sangat
tidak tenang bahkan terasa ada
yang ingin dikeluarkan. Akhirnya
saya pun melakukan masturbasi
di kamar mandi, tentu saja
sambil menghayalkan Tante Nita.
Dalam hati saya tentu saja sangat
ingin untuk melakukannya
dengan Tante nita, tetapi yah…
Hari ini sudah lewat 2 minggu
sejak kejadian di malam pesta
barbeque itu. Saya sendiri sudah
tidak sabar dan frekuensi onani
saya malah semakin meningkat,
bahkan bisa tiga kali dalam satu
hari. Tetapi siang harinya, ketika
baru pulang dari sekolah,
sesampai di rumah dan duduk di
kursi sambil melepas sepatu,
saya menggerutu, “Aduh, hari ini
kok panas sekali…”Tetapi tiba-
tiba saya mendengar pembantu
saya berteriak, “Mas Endy ada
telpon tuh..!”
Lalu sambil malas-malasan saya
bangkit dan mengambil telepon
sambil menjawab, “Halo..?”
“Ini Endy yach..?” tanya orang
lawan bicara saya.
Saya jawab, “Iya, disana siapa
yach..?”
“Kamu udah lupa yach ama
saya..?” dengan logat
memancing.
Karena merasa dipermainkan,
saya mulai emosi dan menjawab,
“ Disana siapa sich kalo nggak mo
bilang lagi saya tutup teleponnya
nih.. !”
“Kok marah sich..? Nanti tante
laporkan kamu lho dan nggak
tante kasih kamu kenikmatan
lagi. ” kata lawan bicara saya lagi.
Mendengar kata-katanya yang
terakhir tadi, saya jadi teringat
dengan kejadian beberapa hari
yang lalu dan saya langsung
menjawab lagi, “Oh, ini Tante
Nita yach..? Sori Tante gua lagi
nggak mood nih … Tante sich
main-main aja…”
Lalu Tante Nita berkata “Nggak
mood yach..? Jadi sama Tante
juga nggak mood donk..?
Tadinya
Tante mo ajak kamu ke rumah
Tante nih, abisnya lagi sepi nih..,
tapi nggak jadi deh.. ”
Dengan cepat saya memotong,
“ Bentar dulu Tante, kalo Tante
sich gua jadi mood lagi nih,
emang teman saya (maksudnya
anak Tante Nita yang menjadi
teman baik saya) nggak ada di
rumah yach.. ?”
“Kamu tenang aja deh…
pokoknya dari sekarang (saat itu
jam 12:30) sampe nanti sore jam
5 kita aman deh.., jadi datang
nggak.. ?” tanya Tante Nita.
Tentu saja saya menjawab, “Jadi
donk Tante.., bentar lagi saya ke
sana Tante, Tante tunggu yach.. !”
Setelah itu, saya segera menutup
teleponnya seperti tidak ingin
menyia-nyiakan waktu.
Kemudian saya segera berlari ke
kamar dan ganti baju, terus
segera keluar rumah menuju
rumah Tante Nita, karena dari
rumahku ke rumah Tante Nita
memerlukan waktu sekitar 15
menit jalan kaki. Karena ingin
cepat tiba disana, maka saya
naik angkot (angkutan umum
perkotaan) saja.
Sesampainya di rumah Tante
Nita, saya segera memutar ke
belakang karena lewat pintu
samping rumah Tante Nita lebih
aman dan sepi. Kemudian
dengan perlahan saya mengetuk
pintu dan terdengar Tante Nita
menjawab.
“ Iya, bentar…” lalu Tante Nita
membuka pintu dan
mempersilakan saya masuk.
Di depan saya, Tante Nita
berpakaian kaos oblong dan
celana pendek putih.
Berpenampilan seperti itu tentu
saja sama dengan menampakkan
BH dan CD-nya yang berwarna
hitam secara sengaja kepada
saya. Dalam pikiran saya
mungkin Tante Nita sengaja
membuat saya terangsang,
tetapi saya berusaha tetap
tenang, yah.. stay cool deh
pokoknya.
Setelah itu, Tante Nita menyuruh
saya mengikutinya dan saya pun
berjalan. Tetapi begitu melihat
pinggulnya yang bergoyang,
saya tidak tahan lagi, segera
saya menarik Tante Nita dan
menciumnya. Tante Nita pun
segera membalas ciumanku dan
tangan saya segera bergerak
untuk membuka bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante
Nita berkata, “Jangan di sini
donk sayang..!”
“Dimana Tante..?” tanya saya.
“Di kamar Tante aja…” kata Tante
Nita.
Lalu saya pun segera menarik
tangan Tante Nita dan berkata,
“ Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”
Setelah sampai di kamar Tante
Nita, saya segera
merebahkannya. Di mata saya,
Tante Nita tampak sangat
anggun dan mengairahkan.
Dengan tidak membuang waktu
lagi, saya segera menciumnya
dan ciuman saya di balas Tante
Nita dengan hangat. Sementara
itu tangan saya segera bergerak
aktif untuk meremas buah dada
Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita
mendorongku dan dengan
terkejut saya bangkit, tetapi
kemudian Tante Nita segera
menarikku dan naik di atas
tubuhku sehingga posisi saya
sekarang adalah Tante Nita di
atas tubuh saya. Saya segera
mambuka baju Tante Nita
sehingga tampaklah buah
dadanya yang masih dibungkus
oleh BH hitamnya. Saat itu Tante
Nita menunduk sehingga
sekarang buah dadanya tampak
di depan mataku dengan sangat
jelas.
Untuk menghemat waktu dan
karena memang saya juga sudah
sangat terangsang, maka saya
segera melumat payudara Tante
Nita dan melepas BH hitamnya.
“ Aduh enak sekali, ahhh… uh…
sttt…” desahnya yang
menandakan Tante Nita sudah
terangsang.
Karena sudah terangsang maka
Tante Nita segera melepas baju
dan celana saya, sehingga saya
hanya tinggal memakai CD saja.
Kemudian saya berguling ke
samping sehingga posisi saya
sekarang di atas Tante Nita, lalu
saya segera merangkak turun
dan melepas celananya sehingga
tampaklah pemandangan di
depan wajah saya sebuah surga
kenikmatan yang masih
terbungkus oleh kain hitam.
Tanpa menunggu aba-aba
darinya, saya langsung
melepaskan CD-nya Tante Nita
dan tampaklah kemaluan Tante
Nita yang terawat dengan rapih.
Sungguh sangat indah dan
berbeda dengan yang pertama
kali saya lihat dulu.
Dengan perlahan saya menjilati
permukaan vaginanya dan Tante
Nita pun segera mengerang.
“ Aduh, nikmat sekali… sungguh…
geli tapi… ahhh… uhhh… terus
Endy…”
Segera saya menaikkan
permainan saya sehingga tidak
lama kemudian Tante Nita pun
menjerit.
“ Aduh saya sampai Ndyyy…
segera keluar… ahhh…”
Lalu saya segera menghisap
bijian di kemaluan Tante Nita
sehingga saat cairan kemaluan
Tante Nita keluar, segera saya
hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante
Nita berkata, “Endy… biarkan
Tante Nita istirahat yach..? Nanti
Tante Nita baru melanjutkannya
kembali. ”
Saya segera menjawab, “Iya
Tante…”
Setelah beristirahat 15 menit,
Tante Nita mulai bangkit dan
segera melepas CD saya.
Tampaklah kemaluan saya yang
masih dalam posisi setengah
tiang. Tante Nita segera
memasukkannya ke dalam
mulutnya dan menjilatinya. Di
dalam mulut Tante Nita,
kemaluanku segera mengeras
hingga dalam posisi yang siap
tempur. Tante Nita sungguh
sangat berpengalaman dalam
menjilati kejantanan pria yang
dengan cara menghisap dan
kadang-kadang mengigitnya
dengan perlahan. Hal ini
membuatku sangat terangsang.
Karena sudah tidak tahan lagi,
maka saya segera menarik tubuh
Tante Nita ke atas dan dan
membalikkannya.
“Tante Nita, saya sudah tidak
tahan lagi, sekarang saya
masukkan yach Tante.. ?” tanya
saya yang sudah merasa sangat
terangsang.
Tante Nita menjawab, “Terserah
kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach
soalnya punya tante udah lama
nih nggak digunakan.. ”
Dengan pelan dan hati-hati saya
mengarahkan kepala kemaluan
saya ke dalam lubang kemaluan
Tante. Kepala kemaluan saya
mulai menyentuh bibir kemaluan
Tante Nita, lalu saya menekannya
sehingga kepala kemaluan saya
sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Nita segera menjerit,
“ Aduh… sakit sekali… pelan-pelan
Ndy…”Tetapi saya sudah tidak
perduli lagi, saya segera
melanjutkan aksi saya dengan
menekan kemaluaan saya lebih
dalam lagi dan kepala kemaluan
saya juga mulai terasa perih
karena ini adalah pertama kali
saya melakukan hubungan intim.
Saya tetap menekan batang
kemaluan saya sehingga tidak
lama kemudian, seluruh
kemaluan saya sudah terbenam
dalam kemaluan Tante Nita.
Tante Nita lalu mengerang,
“ Aduh sakit sekali… biarkan tetap
di dalam Endy, aduh… ahhh…
ehmmm… uh…”
Setelah terdiam hampir 5 menit,
saya segera mengoyang pinggul
saya dengan naik turun secara
berirama dan Tante Nita pun
mengimbanginya dengan
goyangan pinggulnya yang
membuat saya merasa sangat
keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang
secara tidak jelas, “Aduh… sakit
sekali, tapi enak sekali, terus
Endy …”
Saya sudah tidak memperdulikan
Tante Nita dan hanya terus
memacu kemaluan saya untuk
mencapai kenikmatan.
Tidak lama kemudian, setelah 8
menit, saya mendengar Tante
Nita menjerit kembali, “Aduh…
saya sampai Ndyyy… akan
segera keluar nih…”
Saya menjawabnya, “Sebentar
lagi Nita, sebentar lagi… saya
juga hampir sampai nih…”
Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba
mengejang dan saya merasakan
ada cairan hangat di dalam
kemaluan Tante Nita dan Tante
Nita mengerang lagi, “Aduh…
ahhh… aku sampai Endy… nikmat
sekali…”
Tidak sampai disitu, selang
beberapa detik, saya merasa
juga ada yang mendesak keluar
dari kemaluan saya dan akan
segera meledak.
Rupanya saya juga telah
mencapai kenikmatan dunia dan
saya menjerit, “Saya sampai
Tante eh… ahhh… nikmat sekali”
Lalu saya segera jatuh dan
berbaring di samping tubuh
Tante Nita sambil merasakan sisa
kenikmatan yang telah kami
capai berdua.
Setelah beristirahat, kami
melakukannya lagi 3 kali dalam
tempo yang cepat. Tante Nita
dan saya sama-sama mencapai
puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah mandi dan pikiran kami
sudah tidak terpengaruh nafsu
lagi, Tante Nita berkata padaku,
“ Tante Nita minta maaf Endy…
tadi Tante Nita telah merenggut
keperjakaan kamu … sungguh
Tante Nita minta maaf..”
Tetapi saya segera berkata,
“ Tidak apa-apa Tante, saya rela
kok menyerahkannya pada
Tante, sungguh saya sangat
menyukai permainan tadi. Tapi
Tante Nita harus janji kalo Tante
Nita lain kali harus memberikan
kenikmatan yang sama lagi
kepadaku..!”
Sambil tersenyum, Tante Nita
berkata, “Iya… Tante sangat
senang dengan permainan tadi,
Tante janji, Tante bersedia
melayani kamu lagi, tapi kamu
juga harus membuat Tante
merasa keenakan seperti tadi.. ”
dan saya mengiyakannya.
Hubungan kami hampir
berlangsung selama 2 tahun,
tetapi kami melakukannya
dengan caracara yang
tradisional. Saya maupun Tante
Nita tidak menyukai gaya-gaya
yang terlalu berani seperti gaya
anjing maupun yang lainnya.
Hubungan kami sekarang
meskipun belum diputuskan
berakhir, tetapi kami hampir
tidak pernah berjumpa lagi,
karena saya sudah melanjutkan
kuliah di luar kota yang tentu
saja dengan anaknya Tante Nita.
Hubungan saya dengan Tante
Nita sampai sekarang tetap
menjadi rahasia kecil kami.
Jikalau saya liburan dan pulang
ke kampung halaman saya, Tante
Nita selalu meminta bagiannya
dan saya pun dengan senang
hati melayaninya.
No comments:
Post a Comment