Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, November 30, 2010

Dian yang malang

Dian adalah seorang gadis
lulusan ESP sebuah universitas
negeri terkemuka di Palembang.
Tubuhnya langsing dan padat.
Rambutnya pendek ala Demi
Moore. Ia sangat gemar memakai
pakaian ketat dan jins ketat.
Banyak teman laki-lakinya yang
berhasrat menggagahinya. Salah
satunya adalah Romi.
Dian memang cukup supel dalam
bergaul dan sedikit genit. Suatu
malam Dian minta Romi
mengantarnya ke suatu acara.
Dan Romi tahu inilah kesempatan
terbaiknya. Ia telah
mempersiapkan segalanya,
termasuk obat perangsang yang
sangat kuat, dan sebuah tustel.
Maka malam itu sepulang dari
acara sekitar jam 9 malam, Romi
sengaja mengambil jalan
memutar lewat pinggiran kota
yang sepi.
Dian terkejut merasakan sesuatu
terjadi dalam tubuhnya. Ia
merasa terangsang, sangat
terangsang. Dian tak tahu Romi
sudah mencampur minumannya
dengan obat perangsang dosis
tinggi. Lelaki itu tersenyum
melihat Dian gelisah. Tiba-tiba
Romi menghentikan mobilnya
ditepi jalan yang sepi.
"Dian, kau mau ini??" Romi tiba-
tiba menurunkan retsletingnya,
mengeluarkan penisnya yang
talah mengeras dan membesar.
Dian menatapnya terkejut,
tubuhnya lemas tak berdaya,
"J.. Jaangan. Romi. Aku.. Harus
balik."
Romi menarik kepala Dian,
menundukkan gadis itu,
menghadapkannya pada
penisnya. Dian tak bisa
menguasai dirinya, langsung
membuka mulutnya dan segera
saja Romi mendorong masuk
penisnya ke dalam mulut Dian.
"Akhh.." Romi mengerang
nikmat.
Dian menangis tak berdaya
menahan gejolak nafsunya. Romi
mulai menggerakkan kepala Dian
naik turun, mengocok penisnya
dengan mulutnya. Suara
berdecak-decak liur Dian
terdengar jelas. Tiba-tiba Romi
menjambak rambut Dian hingga
Dian tersandar kembali ke jok.
"Sudah..! Romi!! Sudah..!" Dian
menangis sesenggukan,
terengah-engah.
Tubuhnya lemas. Romi dengan
cepat menarik kaos ketat Dian
hingga lepas. Dada Dian yang
kencang menculat keluar.
Kemudian ia menurunkan
retsleting jins Dian dengan tak
sabar, memelorotkannya hingga
lepas. Tubuh Dian yang langsing
dan sintal itu kini hanya dibalut
bra dan celana dalam katun
hitamnya. Membuat Romi
semakin bernafsu.
"Oii Dian, kau ni seksi nian. Aku
ingin nelanjangi kau.."
Romi menarik Dian dan
melentangkannya di jok
belakang kijang itu. Dian hanya
mampu manangis sambil
terengah engah. Romi menarik
celana dalam Dian dengan cepat,
kemudian menarik putus branya.
Dian telanjang bulat. Kemudian
Romi mengambil sebuah tustel
dan memfoto Dian beberapa kali.
Romi membukai pakaiannya
sendiri dengan bernafsu.
Dian terus menangis tak berdaya
melihat kemaluan Romi yang
besar dan panjang. Romi mulai
mengangkangkan kaki gadis itu
kemudian menindihi Dian
dengan bernafsu. Payudara Dian
yang kejal dan kencang disedot
sedotnya hingga tubuh Dian
menggeliat geliat tak menentu.
"Ahh.. R.. Romi.. S.. Sudahh..
Jangan.."
Melihat Dian menggeliat-geliat,
menangis tak berdaya antara
menikmati dan ingin berontak
membuat Romi semakin
bernafsu. Sementara mulutnya
sibuk mengulum mulut Dian,
Romi mengarahkan batang
penisnya ke bibir vagina Dian.
Dian hampir menjerit ketika tiba-
tiba Romi menekan pinggulnya
keras, batang penisnya yang
panjang dan besar masuk
dengan paksa ke dalam tubuh
Dian. Romi mulai menggenjot
gadis itu. Kedua tangan Dian
ditekannya di atas kepala Dian di
atas jok, sementara ia
mengayun, menyetubuhi Dian
dengan kasar dan bersemangat.
"Ohhs.. Shh. Oh. Dian. Luar biasa..
Ssh.." Romi mendesis desis
nikmat.
Dian hanya bisa menangis tak
berdaya, tubuhnya terguncang-
guncang kasar, kijang itu terasa
ikut berderit-derit bergerak
mengikuti gerakan mereka
berdua. Tiba-tiba Dian
merasakan seluruh tubuhnya
mengejang dalam kenikmatan.
Dian mengerang dan menjerit
keras, kemudian lemas. Ia
orgasme. Sementara Romi tidak
peduli terus menggenjot Dian
dengan bernafsu. Batang
penisnya basah kuyup oleh
cairan vagina Dian yang
mengalir deras.
Romi berhenti bergerak
kemudian membalik Dian,
menengkurapkankannya. "Sss..
Sudah Romi. Sss sudah.. Jangan."
Dian hanya bisa memohon dan
menangis pasrah.
Romi tidak peduli, ia mulai
membukai lubang anus Dian
dengan jari-jarinya. "Aku ingin
nyodomi kau Dian.. Tahan." Romi
terengah-engah bernafsu.
Dian menahan nafas ketika
dirasakannya kepala penis Romi
yang besar mulai memaksa
membuka lubang duburnya
yang sempit.
"AAKKHH!! Ampunn. R.. Romi..
AkhhH!! SAKIT!!" Dian meronta
hingga Romi terjatuh dari jok.
Secara reflek Dian membuka
pintu mobil dan berlari keluar,
namun perih di
selangkangannya membuatnya
limbung dan tersungkur di
semak belukar. Mereka berada
dipinggiran kota Palembang
yang gelap dan penuh belukar.
Romi segera menyergap dari
belakang, memiting tangan Dian
kemudian mengikatnya.
Kemudian menyusul kedua
kakinya. Dian tertelungkup tak
berdaya, menangis memohon,
"Ampun Romi.. Jangan.."
Tanpa menunggu lagi Romi
kembali menindih punggung
Dian, kemudian memaksakan
penisnya masuk ke lubang
dubur Dian.
"AKHH!!" Dian menjerit kesakitan
ketika Romi mendesak masuk,
senti demi senti.
"Nikmati bae Diann.. H!" Tiba-tiba
Romi menekan dengan keras,
membuat seluruh batang
penisnya masuk ke dubur gadis
itu.
Tubuh Dian mengejang
kesakitan. Pandangannya
berkunang-kunang menahan
sakit. Walaupun penis Romi
sudah dibasahi cairan
vaginanya, masih tetap terasa
seret dan kesat. Kini Romi mulai
mengeluarmasukkannya, dan
setiap ia bergerak tubuh Dian
mengejang kesakitan. Dian
menangis dan mengerang
kesakitan, namun hal itu malah
membuat Romi semakin
bernafsu menyodominya
dengan kasar. Akhirnya Dian
lemas dan hanya bisa merintih
kesakitan. Dian di sodomi ditepi
jalan, diatas semak belukar.
Tiba-tiba sekelebat cahaya senter
membuat Romi yang tengah
bernafsunya berhenti. "Hei! Lagi
ngapain itu!!" Tiga orang
bertubuh tegap muncul.
Romi segera mencabut penisnya
kemudian berdiri. Dian ambruk
kesakitan. Dian hanya dapat
melihat keempat lelaki itu
berbicara tak jauh darinya,
menunjuk-nunjuk dirinya sambil
tersenyum-senyum. Tiba-tiba
Romi menarik tubuh Dian,
mendudukannya, sementara
ketiga orang tadi tiba-tiba
membuka celana masing-masing.
"Tolong Pak. Aku diperkosa
lanang inii!!"Dian memohon
mohon.
Tapi salah seorang dari orang itu
tiba-tiba menjambak rambutnya
kemudian mengarahkan
penisnya kemulut Dian.
"Aku dak peduli! Sekarang kulum
punyo aku ini! kalau tidak
kutembak disinila!!"
Dian menangis ketakutan, ketiga
orang itu malah minta jatah.
Dengan terpaksa Dian mulai
mengulum dan mengemut
batang penis milik orang itu,
sementara dua rekannya dan
Romi mendekatinya.
Orang itu menarik kepala Dian
lepas dari penisnya. Penisnya
sudah menegang penuh, besar
dan panjang. Mereka
membentang terpal ditepi jalan,
kemidian orang itu
melentangkan tubuhnya.
Temannya mengangkat tubuh
Dian dan mengangkangkannya
diatas rekannya tadi. Ketika
penisnya tepat berada di vagina
Dian, mereka menarik tubuh Dian
hingga penis orang itu masuk
dengan lancar ke selangkangan
Dian.
Dian menangis ngilu dan perih.
Dian ditengkurapkan. Sementara
vaginanya terus dipompa dari
bawah, seseorang dari mereka
memaksa Dian membuka
mulutnya dan mengulum
penisnya. Kepalanya dipegang
erat-erat kemudian digerakkan
maju mundur dengan kasar.
Sementara yang satu lagi
meremas remas kedua payudara
Dian, memilin-milin putingnya
yang coklat dan runcing. Romi
tiba-tiba berlutut di belakang
Dian, kemudian kembali
memaksa masuk ke dubur Dian.
Tubuh Dian menegang dan
mengejang kesakitan. Jeritannya
tertahan karena mulutnya
tersumbat penis.
Dian hanya bisa menangis dan
mengerang merintih tertahan.
Romi mulai memompa dubur
Dian dengan bernafsu. Bergiliran
dengan orang yang memompa
vaginanya dari bawah. Tiba-tiba
Romi mengerang dan
menekankan penisnya sedalam-
dalamnya ke dalam anus Dian,
bersamaan dengan itu Dian
dapat merasakan semburan
spermanya mengisi duburnya.
Belum sempat Dian bernafas
normal, seorang yang tadi sibuk
dengan payudaranya
menggantikan posisi Romi,
menduburinya dengan kasar,
dengan bantuan sisa sperma
Romi di anusnya. Peluh sebesar
jagung mengalir disekujur tubuh
Dian, bercampur dengan peluh
pemerkosanya.
Romi mengambil tustel di
mobilnya kemudian memfoto
adegan Dian yang diperkosa tiga
lelaki
bersamaan, disemua lubang
ditubuhnya, vagina, anus dan
mulutnya. Dian yang telanjang
bulat tengkurap diatas
pemerkosanya yang
memeluknya erat, sementara
seorang lagi yang tengah
mengerjai duburnya dengan
semangat mencengkeram
pinggulnya, dan seorang lagi
menjambak rambutnya memaju
mundurkan kepalanya, memaksa
Dian mengulum penisnya.
Hingga tiba-tiba kepala Dian
dipegang erat, penis dimulutnya
dimasukkan hingga ke
tenggorokannya, kemudian
cairan sperma mengalir deras
mengisi rongga mulutnya.
"Telenn!! Semua! Cepat! Aakhh!"
Dian gelagapan tak bisa bernafas
terpaksa menelan semua cairan
kental itu. Kemudian lagi-lagi
cairan sperma memuncrat
mengisi dubur dan vaginanya.
Dian pingsan. Ketika sadar ia
sudah didalam mobil, berpakaian
lengkap, Romi menyeringai
disebelahnya.
Seminggu setelah kejadian di
tepi sungai Musi itu, Dian tengah
menunggu rumahnya di daerah
pasar 27 Palembang itu
sendirian. Seluruh isi rumah
pergi menginap di Kertapati
karena ada acara keluarga,
kecuali 2 keponakannya yang
masih berumur 5 tahun. Jam 9
malam ketika Romi tiba-tiba
muncul.
"Pergi dari sini!" Dian berusaha
mengusir Romi.
Namun dengan santai romi
mengeluarkan beberap lembar
foto dan diletakkannya di atas
meja. Gadis ini miliknya, dan
entah mengapa ia sangat
terangsang jika melihat Dian
tersiksa.
Dian terpucat melihat foto-foto
yang diletakkan Romi diatas
meja. Itu foto telanjangnya dan
foto-foto adegan ketika ia
digagahi beramai-ramai oleh
orang malam itu.
"Nah, Dian sekarang nurut bae..
Tenang bae, aku janji tidak maen
kasar." Romi menyeringai sambil
mengelus paha Dian.
Dian memang disuruh menjaga
rumah itu sendirian bersama
kedua ponakannya yang masih
kecil yang sudah tidur. Hujan
turun deras membuat udara
malam itu dingin menggigit. Dian
diam pasrah ketika Romi
menariknya ke belakang.
"Tenang be Dian, kalau tidak
nurut foto kau, kusebarkan di
kampung kau. Biar tahu kalau
kau biso dipakek."
Romi menarik Dian kedapur,
pintu depan belum ditutup. Dian
mendesis tak berdaya. "Tenang
bae, Dian. Aku cuma sebentar.."
Romi mulai meraba-raba
payudara Dian yang kencang,
Dian memang sudah bersiap
tidur hanya mengenakan t shirt
dan celana pendek saja. Puting
susu Dian yang runcing tampak
menonjol keluar ketika Romi
terus menggerayangi dada Dian.
Dian me ng gigil ketika baju
kaosnya ditarik ke atas lepas
oleh Romi. Dengan tangannya
Romi menarik tangan Dian yang
berusaha menutupi dadanya
yang telanjang kemudian mulai
menggerayangi payudara gadis
itu dengan mulut dan lidahnya.
Dian hanya dapat tersandar
ketembok yang dingin sambil
meringis-ringis ngilu ketika Romi
menggigiti putingnya sementara
tangannya dengan leluasa
memelorotkan celana pendek
Dian hingga jatuh ke lantai. Romi
terbelalak melihat celana dalam
sutra Dian yang berwarna putih
dengan motif bunga itu begitu
mini dan seksi. Tanpa menunggu
lagi jilatan Romi turun ke perut
Dian yang rata, pusarnya,
kemudian lambat laun celana
dalam Dian menyusul jatuh ke
lantai. Romi melempar semua
busana Dian jauh ke sudut.
Dengan sedikit paksaan Romi
membentang paha Dian
kemudian menjilati vagina Dian
"Ohkk.." Dian terdongak merintih
ngilu, antara rasa nikmat, marah
dan malu menguasai dirinya
ketika kedua tangan Romi
mencengkeram pantatnya,
membuka lebar vaginanya
kemudian menjilatinya dengan
bernafsu. Nafas Dian terengah-
engah tak terkendali mencoba
menahan dirinya agar tidak
terangsang.
Romi berdiri kemudian
membuka baju dan celananya,
hingga pakaian dalamnya,
kemudian memegang penisnya
yang panjang dan besar.
"Isep Dian, ayo. Kalau tidak ingin
dikasari."
Dian terpaksa berlutut dihadapan
Romi, kemudian mulai menjilati
batang penis Romi. Dian
memejamkan matanya kemudian
mulai mengocok Romi dengan
mulut dan lidahnya. Romi
menjambak Dian kemudian
menggerakan kepala Dian maju
mundur, menyetubuhi mulutnya.
Suara berdecak-decak terdengar
jelas disela deras air hujan. Dian
berusaha semampunya agar
Romi puas dan berhenti, ia
menjilat, mengulum, mengocok
sebisanya, mengingat film-film
BF yang pernah dilihatnya. Romi
mengerang-erang nikmat,
tubuhnya sampai tersandar ke
meja dapur,
"Ahh. Ohh. Diann. Kau memang
seksi dan pintar.. Ohh.."
Tiba-tiba Romi menarik tubuh
Dian kemudian
mendudukkannya di atas meja
pantry. Dian hanya diam sambil
terengah-engah ketika Romi
mengangkangkan kedua
pahanya kemudian mulai
menekan pinggulnya. Dian
meringis ngilu ketika penis Romi
yang keras dan besar itu
menerobos vaginanya. Romi
mulai menyetubuhi Dian,
memperkosanya dengan
bertubi-tubi. Dian hanya
mendengus-dengus menahan
diri. Kedua tangannya
mencengkeram pinggiran meja
dengan kencang. Peluh
membasahi tubuh mereka
berdua. Dian memejamkan
matanya berharap Romi selesai,
sementara lelaki itu terus
menyentak-nyentak, mengeluar
masukkan rudalnya ke dalam
tubuh Dian yang padat dan
langsing.
Dian terperanjat ketika membuka
matanya, Ada lima lelaki
bertubuh besar telanjang bulat di
dapur itu! Ternyata Romi
membawa teman-temannya dan
mereka menunggu di mobil.
" Apa-apaan ini, Romi!!" Dian
berontak melepaskan diri.
Tapi ia tersudut disudut ruangan.
Keenam lelaki itu
mengepungnya.
"Sudahlah Dian. Kalau kau njerit
tidak ada yang denger jugo.
Paling ponakan kau tula. Pintu
depan la kami kunci, lampu la
kami matike. Kau pasti dikiro
sudah tidur.. He.. He. Nurut bela..,
aku janji tidak kasar, entah
kawan-kawan akuni..!"
Romi dan kelima temannya
menyeringai bernafsu. Tubuh
Dian lemas, ia tak dapat
melakukan apa-apa lagi selain
pasrah. Tangannya ditarik
ketengah ruangan, kemudian
disuruh berjongkok.
"Ayo! Sedot punyo kami sikok-
sikok!"
Enam batang penis disodorkan
diwajah Dian. Dan sambil
menangis Dian terpaksa mulai
meng'karaoke'nya bergantian.
"Ohh.. Hebat nian Romi, betino
kauni!!" "Akhh. Aku.. Nak.
Keluarr.."
Srett.. Srrtt..
Kepala Dian dipegangi beramai-
ramai sehingga ia terpaksa
menelan sperma mereka satu
demi satu.
"Kato kau segalo lubang Dian ni
biso dipakek?" "Iyo! Ayo kito
juburi rame-rame..!!"
Dian menangis mendengarnya,
"Jangann.. Ampun.. Sakit.."
Dengan cepat mereka menarik
tubuh Dian dan
menengkurapkannya di lantai.
Kelima lelaki itu mengeroyoknya,
ada yang memegangi
tangannya, menahan kakinya
dan menunggingkan pantatnya,
ada yang menahan kepalanya
hingga Dian benar-benar tak
dapat bergerak. Salah seorang
dari mereka mengambil botol
minyak goreng di dekat kompor.
"Kami baik kok, Dian, biar tidak
sakit, kami minyaki dulu."
Yang lain tertawa tawa, Dian
dapat merasakan minyak goreng
itu dituangkan dibelahan
pantatnya, kemudian terasa jari
jemari mereka mengusap-
ngusap pantatnya, membukai
lubang anusnya kemudian
menusuk-nusuknya beramai-
ramai. Dian menangis dan
merintih nyeri ketika lubang
anusnya dibuka paksa oleh jari-
jari itu. Setelah dirasa cukup
salah seorang dari mereka mulai
berlutut dibelakang Dian tepat
dibelahan pantatnya.
Dian hanya dapat melolong dan
menangis tak berdaya ketika
dirasakannya batang kemaluan
itu melesak masuk ke duburnya.
Dian mulai disodomi dilantai
dapur itu. Sebuah penis
disodorkan diwajahnya. "Isep
dulu Dian, kalau tidak kami
sodomi serempak tigo!!"
Dian terpaksa mulai megulum-
ngulum penis lelaki yang berlutut
dihadapannya. Sementara lelaki
yang dengan kasar
menyodominya terus
menyentak-nyentak. Dian
melihat sekilas salah seorang
dari mereka mengambil sebuah
terong panjang besar berwarna
ungu dari kulkas. Tibatiba
dirasakannya sesuatu yang
dingin dan keras menerobos
vaginanya.
"Nghh..!!"
Dian hanya mampu melenguh
perih karena mulutnya
terbungkam. Seorang lelaki
mengeluar masukkan terong itu
ke vaginanya sementara
duburnya disodomi.
"Biar tepakek galo lubangnyo!!"
Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-
tiba lelaki yang sedang
menyodominya mengerang dan
menyodok dengan keras. Dian
dapat merasakan cairan sperma
yang hangat tumpah di anusnya.
Kemudian rekannya segera
mengambil alih posisinya
menyodomi Dian. Tiba tiba lelaki
yang dari tadi di'karaoke' oleh
Dian berbaring terlentang,
dengan isyarat ia me mi nta
teman-temannya menarik Dian
ke atas tubuhnya. Kemudian
menarik tubuh Dian hingga
penisnya masuk ke vagina gadis
itu. Bless.
"Aarhh..!!" Dian mengerang
kesakitan, sebelum sebuah penis
lagi maenyumbat mulutnya.
Dian kembali diperkosa tiga
orang sekaligus. Payudaranya
diremas-remas dengan kasar
hingga Dian merasakan sakit
bukan hanya dari dubur dan
vaginanya yang dikocok paksa
tapi juga dari buah-dadanya
yang dipilin dan diremas dengan
kasar. Tiba-tiba kedua tangannya
ditarik kemudian dilumuri
minyak sayur. Kemudian
dipegangkan pada penis dua
lelaki lain. Dian tertelungkup,
dipeluk erat dari bawah,
sementara vaginanya dipompa
dengan kasar, seorang lagi
menyodominya seperti binatang,
seorang lagi memaksanya
menghisap penisnya,
menyetubuhi mulut Dian dengan
menjambak rambutnya,
sedangkan dua lagi minta
dikocok dengan kedua tangan
Dian.
Dan setiap salah seorang
mencapai kepuasan, yang lain
segera menggantikan posisinya,
hingga pagi menjelang. Matahari
mulai muncul ketika Romi
menyentak-nyentak dubur Dian
dengan keras dan"Oohh.."Ia
menyemburkan spermanya
dipantat Dian. Dian pingsan. Ia
tertelungkup telanjang bulat
diatas lantai. Sperma berlepotan
di perut, punggung dan
wajahnya.
Mereka tidak sadar jendela
terbuka dengan lampu menyala.
Beberapa pemuda di rumah
sebelah menyaksikan semuanya.
Bahkan mereka memfoto dan
memfilmkan kejadian itu. Bahkan
dengan aneh, Romi membiarkan
pintu dapur terbuka ketika
pulang.
Keenam pemuda berandal itu
segera bergegas ke rumah Dian.
Dian baru saja sadar. Dubur dan
vaginanya perih. Ia tertelungkup
di lantai dapurnya, telanjang.
Sperma kering berceceran di
sekujur tubuhnya. Ia tersentak
ketika lampu blits menyala.
Betapa terkejut Dian melihat
enam pemuda tetangganya
berdiri mengelilinginya, sibuk
memfoto tubuh telanjangnya
sambil menyeringai.
"Kami liat galo Dian."
Mereka tersenyum mesum
sambil menatap tubuh Dian.
"Ternyata kau biso dipeke jugo.."
Dian menangis tak berdaya
ketika mereka membopong
tubuhnya ke kamar tidurnya.
Tubuhnya masih lemas. Dengan
mudah tubuhnya
ditelungkupkan diatas
ranjangnya.
"Jangann. Gek ponakan aku
bangun.. Jangan.." Dian menangis
tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan
menyebarkan fotonya. Jika itu
terjadi entah bagaimana
nasibnya di kampung itu.
"Diem Dian, gek kami jago
supayo mereka dak masuk.
Sekarang nurut bae.."
Seseorang dari keenam pemuda
itu membuka ccelananya.
Mengangkat pantat Dian.
Kemudian mulai menyodomi
anus Dian.
"Uhh uhh! Uhh!" seperti
binatang ia mulai menyentak-
nyentak dubur gadis itu.
Wajah Dian terbenam diatas
kasur, meringis dan menangis
tak berdaya, sementara kelima
pemuda lain telah membuka
celana masing-masing sambil
mengocok kemaluannya
memperhatikan Dian yang
terengah engah tak berdaya.
Anusnya perih dan kesat. Hingga
tibatiba pemuda itu menekan
keras. Dian menggigit seprei
menahan sakit. Sperma pemuda
itu muncrat mengisi anus Dian,
bertubi tubi.
"Aaahh.. Alangkah enaknyoo."
Ia terkulai lemas. Menarik
penisnya dari anus Dian. Begitu
pemuda pertama selesai, yang
kedua segera mengganti
posisinya. Menyodomi Dian
dengan brutal. Dian hanya bisa
melolong tertahan. Tertelungkup
sambil menggigit sepreinya
kencang. Keenam pemuda itu
menggilir Dian di pantatnya.
Cairan sperma kental mengalir
keluar dari duburnya, bahkan
ketika pemuda terakhir
mencabut penisnya, Dian tak
sadar mengeluarkan kotorannya.
Muncrat bersamaan dengan
sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Dian
lemas ketika dilentangkan.
Kemudian lelaki yang selesai
meyodominya tiba-tiba duduk
didada Dian,
"Ayo suruh ngisep taiknyo
dewek!" penisnya yang
berlumuran kotoran Dian yang
kental kuning dan bau itu
disodokkan ke mulut Dian.
Sementara rekannya yang lain
memeggangi kepalanya. Dian
terbelalak dan meronta ronta.
Lelaki itu menyetubuhi mulutnya.
Dan Dian dapat merasakan cairan
asam, pait dan busuk itu
memenuhi mulutnya. Dian
meringis menahan
muntah. Tapi mereka tak peduli.
Dian tergeletak tak berdaya di
atas ranjangnya. Keenam
pemuda itu segera keluar. Diluar
suasana mulai ramai.
"Dian, kalau tidak galak diglir
sekampung, layani kami
berenam!! Setiap kami ingin!"
Ancam mereka. Dan Dian hanya
sanggup menangis. Sejak
kejadian malam itu Dian tak
menyadari bahwa foto-fotonya
sengaja disebar semua pemuda
berandal di kampungnya. Dan
Dian tak bisa berbuat apa-apa
selain pasrah.
Hari menjelang malam, ketika
Dian pulang terburu buru
melewati gang sempit itu. Tiba-
tiba lengannya dicekal. Tono,
salah seorang yang memegang
fotonya menarik Dian ke balik
pagar seng kumuh.
"Jangan Kak. Dak galak aku." Dian
menangis ketika melihat Tono
sudah memelorotkan celananya.
"Terserah, kalau dak galak
kusebar ke foto kau, biar lanang
sekampung tahu kau biso
dipake" Dian dipaksa
berjongkok.
"Ayo, isep."
Dian dipaksa mengoral Tono.
Tempat itu adalah bekas
pembuangan sampah yang
sudah dipagari seng. Dian
dengan jengah memasukkan
penis Tono ke mulutnya,
kemudian mulai menyedot
dengan cepat, berharap Tono
segera ejakulasi. Tono
mencengkeram kepala Dian yang
bertopi itu kemudian
menyetubuhi mulutnya. Diluar
rumah Dian memang
mengenakan topi. Dan hal itu
malah semakin membuatnya
merangsang.
"Pelorotkan jins kau Dian.."
Tono menarik Dian berdiri. Dian
memang mengenakan kaos ketat
dan jins ketat, walaupun
berkerudung. Dian menangis,
tapi ia tahu percuma
membantah. Perlahan ia
membuka kancing jinsnya
kemudian menurunkan
retsletingnya. Tono menelan
ludah ketika jins itu merosot ke
mata kaki. Dian mengenakan
celana dalam mini berenda.
"Ayo, nunduk! Cepat."
Dian dipaksa berpegangan pada
sebuah bekas meja. Kemudian
celana dalamnnya dipelorotkan
menyusul jinsnya. Tono telah
ngaceng berat. Tanpa ba bi Bu
lagi ia menyodokkan penisnya
ke vagina Dian dari belakang.
"Ukhhnnghh. Nghh!" Dian
merasa ngilu di
selangkangannya. Tono
merasakan vagina Dian yang
kering dan kesat menjepit
penisnya, menimbulkan
kenikmatan.
"Jeritlah kalau berani Dian. Uh!
Uh! Uh!"
Tono mulai menyetubuhi Dian.
Menyodok nyodok Dian hingga
tubuhnya tersentak sentak. Dian
mencengkeram pinggiran meja
itu keras, menggigit bibirnya
menahan jeritan kesakitan. Di
samping seng terdengar
beberapa orang lewat. Dian mati-
matian menahan jgn sampai
bersuara. Tono yang melihat itu
semakin bernafsu memperkosa
Dian. Kaos Dian digulungnya
hingga leher sehingga ia bebas
meremas remas payudara Dia n
yang bundar menggantung.
Bahkan Tono mencabut
penisnya dan memindahkannya
ke lubang dubur Dian.
"Ngngkh!! Nghh!!" Dian
menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono
menungganginya seperti anjing.
Hingga, croott.. Crrt.. Crrt.
Spermanya memancar mengisi
dubur Dian. Tono meremas buah
pantat Dian dengan keras. Ia
mencabutnya perlahan.
"Ohh.. Nikmat Dian. Besok lagi yo
he he he." Tono membenari
celananya sambil menyeringai.
Meninggalkan Dian yang
terduduk lemas. Jin dan celana
dalamnya di mata kaki.
Dian pamit menginap dirumah
temannya malam itu. Walaupun
hari sudah malam ia nekad naik
bis kota. Awalnya bis itu ramai.
Tapi ketika memasuki km 7 yang
mulai sepi isi bis itu hanya 6
orang pemuda ditambah kenek
dan sopir.
"Eh Dian! Kebetulan."
Dian terkejut. Keenam pemuda
itu kebetulan yang memiliki foto
dirinya. Dian segera mengetuk
kaca supaya bis berhenti.
Terlambat. Sopir dan kenek bis
ikut menyeringai menatapnya.
Dian menangis menyadari ia
berada di kandang macan.
"Ayo!"
Dian ditarik ke tengah bis. Tanpa
aba-aba keenam pemuda itu
telah mengerubungi gadis itu.
Menarik kerudungnya lepas,
sebagian memelorotkan jinsnya
dan melepas kaosnya. Dian
meronta-ronta. Lampu bis itu
menyala. Walaupun berada di
pinggiran kota yang sepi orang
dari luar dapat melihat jelas ia
ditelanjangi. Tapi keenam
pemuda itu terus
memeganginya. Ia memakai bra
dan celana dalam berenda biru
yang kontras dengan kulit putih
dan tubuh langsingnya.
"Jangan kak.. Dijingok uwong."
Dian menangis tak berdaya
sementara tangan-tangan kasar
itu menggerayangi tubuhnya,
meremas buah dadanya, pinggul
dan selangkangannya.
Menyelusup di underwearnya.
Tiba-tiba bis berhenti menepi.
Diluar hutan. Sopir dan kenek
ikut mengerubunginya. Dian
dikeroyok 8 laki-laki yang haus
birahi. Sementara kedua
tangannya dipegangi, celana
dalam dan branya dilepas. Dian
telanjang bulat ketika digotong
keluar. Dian dipaksa memeluk
sebuah batang pohon kemudian
tangannya diikat melingkari
pohon tersebut dengan tali
branya sendiri.
Dan mulailah mereka bergiliran
menyetubuhi Dian. Tubuhnya
agak ditundukkan, kakinya
direntangkan. Dan mereka
menungganginya bergiliran.
Dian hanya dapat memeluk
pohon itu erat. Ia diperkosa
sambil berdiri agak tertelungkup.
Payudaranya yang
menggantung diremasremas
kasar. Bahkan setelah puas
menggagahinya, mereka
bergiliran pula menyodomi gadis
itu. Dian dijadikan alat pemuas
nafsu oleh 8 lelaki. Ketika lelaki
ke-8 selesai meyodominya, Dian
pingsan.
Ia terbangun masih terikat
telanjang bulat di pohon itu. Hari
mulai pagi. Mulutnya dibungkam
dengan celana dalamnya sendiri.
Tangannya diikat dengan
branya. Disebelahnya ada
tasnya. Dengan KTP yang
diletakkan dan dompet yang
dibuka. Semua dapat melihat
siapa namanya, juga alamatnya.
Dan sebuah kertas diletakkan
ditanah. Tertulis besar.
"Namaku Dian, juburi aku,
perkosa aku, gratis!"
Dian panik dan meronta. Ia
berada di tepi jalan. Seketika
sebuah truk orang berhenti
melihat gadis telanjang, siap
menungging. Sekompi orang
turun sambil tertawa dan
menyeringai bernafsu.
"Ayo kita kabulkan permintaan
gadis ini!!"
Dian berusaha meronta ketika
orang pertama berdiri di
belakangnya, kemudian mulai
menggagahinya bertubi tubi.
"Mmmffhh!! MMhh!! Nghh!".
Ketika sadar Dian mendapatkan
dirinya di pinggiran kota
Palembang. Tergeletak di tepi
jalan dengan berpakaian
lengkap. Tanpa pakaian
dalamnya.
Malam tahun baru. Dian
menghabiskan waktunya di
keramaian bundaran air mancur
di kota Palembang bersama
teman-temannya. Suasana
sangat ramai. Ia tak tahu
beberapa pasang mata
mengikuti gerak geriknya.
"San, aku nak kencing dulu!"
Teriaknya diantara hingar bingar
suara massa dan terompet,
teman-temannya mengangguk
sambil terus bersenang-senang.
Dian bergegas menerobos
kerumunan dan mencari WC
umum yang terletak di belakang
monumen. Beberapa lelaki
mengikutinya. Dian baru saja
menunaikan hajatnya ketika
mendadak pintu didobrak. Ia
menjerit ketika beberapa laki-laki
mencengkeramnya, menarik dan
membopong tubuhnya keluar.
Celana dalam dan jinsnya masih
menggantung di betisnya.
Mulutnya dibungkam dan ia
dibopong ke taman yang cukup
gelap.
Dian ditelungkupkan diatas
rumput. Sementara kedua
tangannya dipegangi, sesuatu
yang keras melesak di duburnya.
Dian menjerit kesakitan, namun
suaranya tersamar oleh teriakan
keramaian yang hanya berjarak
5 meter dari tempatnya
diperkosa. Dian dapat merasakan
jins dan celana dalamnya dilepas.
Kemudian blus ketatnya ditarik
paksa, juga kerudungnya.
Dia ditelanjangi di tempat umum.
Dian merasakan lelaki yang
menyodominya menyodok lebih
dalam dan deras sebelum ia
bergetar dan cairan spermanya
memancar mengisi anusnya
yang perih. Dian hanya mampu
menangis. Kini kedua tangannya
diikat ke pohon bougenvil
dengan branya sendiri,
terentang lebar. Ia tertelungkup
dengan posisi menungging.
"Ayo, giliran." terdengar suara
laki-laki.
Mata Dian ditutup dengan
kerudungnya sendiri. Ia benar-
benar tak berdaya. Tak tahu
siapa saja yang akan
memperkosanya. Seseorang
mulai menungganginya lagi,
menyetubuhinya dari belakang.
Pinggulnya dicengkeram keras.
Setelah selesai, beberapa jari te
rasa membukai lubang anusnya
lagi, kemudian seseorang
mengisinya dengan minyak
goreng.
"Biaar dak sakit Dian.. Kau jadi
lonte malam ini. He he he."
Dian menjerit jerit ketika sesuatu
yang keras lagi-lagi melesak di
dubburnya dan
menyentaknyentak. Para tukang
becak, sopir angkot, dan kuli-kuli
berkumpul mengantre
menyodomi Dian. Sementara
Budi dan kawan-kawan, pemuda
yang memergoki Dian waktu
pertama mengawasi dengan
puas. Setiap lelaki membayar
seribu rupiah untuk membuang
sperma mereka di anus dan
vagina Dian malam ini. Bahkan
beberapa diantara mereka
memaksa menyetubuhi mulut
Dian dan menyemprotkan
spermanya dimulut gadis itu.
Budi benar-benar puas mlihat
Dian tak
berdaya seperti itu. Bahkan ia
pergi ke bundaran yang masih
ramai dan mengundang para
pemuda tanggung untuk
memakai Dian. Dian terikat diatas
rumput dengan posisi yang
benarbenar siap pakai. Maka
para pemuda itu mengantre pula
menyodomi Dian. Segera saja
taman gelap itu menjadi ramai.
Setiap selesai memakai Dian,
mereka pergi bercerita pada
rekan lain. Bahkan seorang
pemuda dari Kertapati langsung
menelpon rekan-rekannya
dengan HP.
Tiga mobil kijang yang penuh
pemuda segera tiba. Bebrapa
bahkan masih SMP. Budi semakin
bernafsu. Lelaki yang mengantre
Dian semakin ramai. Bahkan
mereka tidak sabar dan memakai
Dian beramai-ramai. Teriakan
dan tangisan Dian semakin
membuat mereka bernafsu. Dian
dipakai ketiga lubang tubuhnya
sekaligus. Sementara tubuh
telanjangnya dilentangkan
dibangku taman, kedua kakinya
dikangkangkan lebar, sehingga
para pemerkosanya dengan
leluasa menyetubuhi vagina dan
anusnya sesuka hati. Sementara
kepalanya yang terjuntai diujung
bangku sengaja dipegangi dan
mereka menytubuhi mulutnya.
Sementara kedua tangannya
terus dipegangi dan kedua
payudaranya disudot kanan kiri.
Dian beberapa kali hampir mati
tersedak ketika mulutnya
disetubuhi dengan brutal.
Mereka terkadang sengaja
menutup hidung Dian sambil
menekankan penis mereka ke
dalam mulutnya.
Dan semakin Dian panik karena
tak bisa bernafas mereka
semakin bernafsu. Pemerkosaan
semakin brutal ketika
serombongan tukang becak
yang mabuk mengeroyok Dian.
Sementara mulut, vagina dan
anusnya disodok-sodok, buah
dadanya digigiti dan diremas
kasar, bahkan perut Dian yang
rata dan mulus dipukuli hingga
Dian hampir pingsan. Akibatnya
ketika penis ditarik dari anusnya,
kotoran Dian ikut muncrat tak
terkendali.
Dian benar-benar dilecehkan. Ia
diperkosa, disodomi, dan
dipaksa oral sex bergiliran oleh
puluhan lelaki ditengah taman
kota, ditengah keramaian, dan
kini ia dipaksa membuang hajat.
Siksaan terakhir adalah ketika
tukang becak itu memegangi
tubuh telanjang Dian diatas
rumput. Kedua tangan dan
kakinya direntangkan lebar.
Sementara yang lain memegangi
kepalanya dan memaksa Dian
membuka mulut lebar-lebar. Saat
itulah salah seorang darri
mereka menyendoki kotoran
Dian dari anusnya kemudian
menjejalkan ke mulutnya. Dian
dipaksa memakan taiknya
sendiri.
Bahkan ketika Dian menolak
mereka lagi-lagi memencet
hidung Dian hingga tak bisa
bernafas, Dian menjerit histeris
tak berdaya ketika dirasakannya
taiknya yang asam, pahit dan
busuk itu masuk ke
tenggorokannya.
Para penyiksanya tertawa puas.
Seorang dari mereka
memasukkan penisnya kemulut
Dian dan dengan lancar kencing
dimulutnya. Sementara yang lain
memegangi Dian dengan erat.
Dian benar-benar diperkosa dan
dilecehkan habis-habisan malam
itu.
Ketika polisi datang jam 4 pagi
pemerkosaan itu baru berhenti.
Mungkin ada sekitar 100 penis
yang sudah dijejalkan pada
mulut, anus dan vaginanya. Dian
pingsan tak berdaya, sekujur
tubuh dan wajahnya penuh
sperma kering.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?