Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Wednesday, June 30, 2010

anak mantan guruku


Diawali dengan pertemuan di sebuah toko kelontong di perumahan tempat tinggalku, aku jadi akrab dengan Vita. Dia anak dari guru SMA ku semasa dulu. Umurnya masih 20 tahun. Vita mempunyai body yang sangat wah, dengan wajah mirip salah satu artis indonesia, tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36,dan rambut panjang .

Setelah pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami yang dekat, terpaut dua gang dengan rumahku membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.

"Fir, nanti sore aku main ke rumah kamu ya?" katanya di telepon.
"Boleh deh, kebetulan bapak dan ibu ada acara arisan keluarga." Aku menyetujui permintaannya.
Oh ya, aku tinggal dengan kedua orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi, aku harus di rumah menemani nenek.

"Teng.. teng!" aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.
"Sebentar!" sahutku.
Ternyata Vita yang datang, wah senang banget ternyata dia tidak main-main.
"Sebentar Vit, wah sexy banget non, mau ke mana?" sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.
"Ya mau ke sini Fir. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?" Dia malah nanya.
Body yang sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yang putih dan tonjolan dadanya yang besar.
"He, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?" Dia merasa kalau mataku tidak terlepas dari arah dadanya.
"Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Vit." Aku jadi salah tingkah.
"Siapa Fir?" Nenekku yang ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.
"Vita Nek, anaknya Bu P yang tinggal di Jl. P itu lho." aku jawab saja sambil menggandeng Vita ke ruang tamu.
"Duduk Vit, mau minum apa?" tanyaku sambil berjalan ke dapur.
"Apa aja Fir, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yang dingin ya, yang biasa saja." jawab dia.
"Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman belakang." sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu. Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Vita meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.

Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Vita, dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yang enak.
"Vita mau nggak ya aku ajak ML?" tanyaku pada diri sendiri.
Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Vita.
"Fir, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh." Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi aku cuek saja.
"Iya Nek." aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu.

Di sana Vita sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yang diambilnya dari dispenser. Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yang putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.
"Fir, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini." pintanya.
"OK, tapi aku pake celana dulu ya." jawabku.
"Gak usah Fir, biar aja." wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.
"Nek, aku ke atas..!" teriakku minta ijin ke Nenek.
"Iya. Fir, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon." sahut Nenek.
"Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Fir yang turun." sahutku lagi.
"Ayo Fir, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika." Vita merajuk sambil tangannya menarik lenganku yang masih membetulkan ikatan handuk. Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Vita.
"Hi, apa itu Fir. Kok hitam gitu, berambut lagi." celetuknya dengan ekspresi terkejut.
"Ini kemaluanku namanya Mr. P" jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.

Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang yang ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan warna biru muda yang dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21" dan VCD player di pojok ruang.

"Fir, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?" tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku. Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yang keasyikan menikmati pemandangan indah jadi terkejut.
"Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yang lagi tegang, kamu pingin lihat?" jawabku sambil bertanya.
"Nggak deh, malu. Lagian buat apa?" dia malah balik bertanya.
"Kesempatan nih." pikirku.
"Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang." celetukku.
"Gimana ya?" dia berpikir sejenak. Lalu..
"OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?" dia mulai terpancing.
"Oh ya Vit, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada yang dirugikan." aku mulai melancarkan seranganku.

Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yang berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm.
"Waah, gedhe banget ya. Fir, apa setiap pria berukuran segitu?" tanyanya.
Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.
"Asyik nih, dia udah mulai terangsang" dalam hati aku bersorak gembira.
"Vit, gantian dong. Sekarang kamu yang buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?" aku menghentikan tatapannya yang mulai bergairah.
"Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya." Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak, sambil mencuri cium dadanya.
"Fir.! jangan ah, geli." Dia agak berteriak kaget, tapi tidak ada bagian tubuhnya yang mencoba menghentikan aksiku. Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan aksiku ini.

Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah tubuh bagian atasnya yang terbuka dan hanya berbalut bra dengan model bikini warna putih. Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku untuk meremasnya, tapi aku tahan keinginan itu.
"Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu yang di dalam situ." celetukku sambil menunjuk ke arah payudaranya.
"Ya udah, lihat aja." sambil berkata gitu Vita melepas penutup dadanya.
Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara putih dengan puting agak merah muda. Dekat sekali dengan aku, membuat aku jadi pingin meremas dan mengulumnya.

"Sabar Fir, nanti juga dapat." dalam hati aku berkata.
"Fir.. ayo lanjutin buka bajunya Vita." pintanya dengan pandangan berbinar nakal.
Aku melanjutkan aksiku dengan memegang kedua pahanya dan menggerakkan kedua tanganku ke atas berbarengan. Sehingga roknya tersingkap ke atas sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan menariknya ke bawah dengan tiba-tiba.
"Ahh, Fir..!" Vita menjerit kecil karena tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang. Lalu tangannya meraih pinggangku dan berpegangan agar tidak jatuh. Dan dengan tidak sengaja ujung Mr. P ku menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit geli. Vita terdiam dengan posisi masih memegang pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-tiba sambil mundur dan tangannya memegang bagian bawah perutnya yang masih terbungkus rok.

"Hi hi, kok Vita nggak ngerasa kamu melepas CD. Pantas aja rasanya agak dingin." Dia tertawa kecil sambil berkata begitu.
"Hmm.. uhmm" mulut kami masih berpagutan dengan lidah saling menjilat.

Ketika tangannya bergerak ke belakang tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya yang masih tersisa. Sekarang Vita benar-benar telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika melihat kemaluannya yang punya bulu-bulu halus berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan agak susah.
"Kenapa Fir, heran ya lihat punyaku." tiba-tiba Vita berkata mengagetkan aku yang masih terpesona dengan pemandangan di depanku.
"Eh, iya.. Vit, boleh aku pegang Miss V kamu?" aku memohon.
"Jangan Fir." Katanya sambil mendekatkan pinggangnya ke pinggangku.
Aneh juga, tidak mau tapi malah mendekat. Aku rasakan gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut Miss V nya.
"Hmm.. ahh.. sshh" Vita mendesah lirih sambil memejamkan matanya.
"Wah kesempatan nih" pikirku.
Lalu aku rengkuh punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia membalas dengan penuh nafsu.

"Ahh, jangan Fir. Aku takut hamil." rengeknya ketika aku mulai menyentuh Miss V nya.
"Santai aja Vit, gak bakalan hamil deh.
"Ya udah, Fir.. jangan kasar ya." gumamnya lirih.
Aku kecup lagi bibirnya sambil tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V, sementara tangan kiri meremas lembut payudaranya bergantian kiri dan kanan.
"Hmm.. shh, terus Fir, enak banget. shh" Vita mulai meracau keenakan.
Tangannya yang sedari tadi terus memegangi pundakku mulai beraktifitas menjelajahi leher dan dadaku. Sementara itu aku kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih mengelus daerah selangkangannya.
"Shhtt.. Fir.. ahhss.. terus Fir" Vita semakin keras meracau dan agaknya dia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan.
"Ahh.." Sambil badannya melenting kebelakang dengan kepala mendongak Vita akhirnya mencapai kenikmatannya yang pertama.
"Hmmff..Fir, rasanya enak banget. Kok, kamu gak merasa apa-apa?" Tanyanya sambil memeluk leherku dan menatap mataku.

Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya yang berkeringat, dan dadanya yang masih membusung masih menempel di dadaku.
"Vit, kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi mengecup lehernya dengan lembut, lalu meniupkan nafasku ke dadanya. Hal ini membuat Vita mengerang lagi.
"Sst.. Fir.. eh kamu nakal ya. Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan menjilati putingnya bergantian kiri kanan selama lebih kurang lima menit.
"Sst.. ahh.. hmm" Vita mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.

Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yang sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu aku rebahkan Vita di atas meja. Aku beringsut mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan tiba-tiba membenamkan kepalaku diantara kedua ujung pahanya.
"Ahh.. Fir geli.. ahh.. sstt.. ohh. Enak Fir" Vita kaget lalu mendesah nikmat.
Birahiku semakin menjadi mendengarnya. Mulutku menelusuri setiap inci tubuhnya yang berkulit putih dan lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut. Tangan kanan Vita mengelus-elus Mr. P ku dengan lembut.
"Terserah kamu fir." pelan Vita berkata.

Setelah aku bisikkan, "Aku menginginkanmu Vit."
Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet, sehingga Miss V nya yang sudah basah semakin menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Nikmat sekali.
"Hmm Fir, cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya." Vita mulai memohon karena sudah tidak tahan dengan rangsangan yang aku berikan.

Aku letakkan ujung Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu dengan perlahan aku dorong. Agak susah juga, sering meleset, padahal cairan yang dikeluarkannya lumayan banyak. Aku hentikan usahaku, kudekatkan kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot cairan yang ada. Sekarang Miss V nya sudah agak kering.
"Sshh.. Fir.. geli.. ayo dong masukin.. cepet.. hmm" Vita mengerang kegelian.
Kucoba lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil. Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yang terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini membuat kepala Vita menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat.

Lalu dengan tiba-tiba "Bles.." Mr. P ku berhasil menerobos keperawanannya.
"Ahh..Fir, sakit" Vita merintih.
"Cup.. cup.. ss" aku coba menenangkan Vita, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.

Mr.P masih terbenam di Miss V, sengaja tidak aku gerakkan pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya. Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Vita sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan dengan ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun dengan pelan, sambil kedua tangan meremas payudaranya. Vita juga aktif mengelus punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku terasa menyentuh dinding rahimnya.

Aktifitas ini berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika Vita menjerit tertahan sambil menggigit pundakku.
"Ahh.., Fir.. aku nyampai".
Pada saat yang sama kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan basah. Remasan yang seperti pijitan lembut menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..
"Ahhrhh.." aku melenguh panjang menyemprotkan cairan hangat.
Kami berciuman mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V nya.
"Gila Fir, kok masih tegang" Vita kaget karena tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang.
Kami berdua tertawa lepas ketika terdengar suara nenekku memanggil.
"Fir, sudah hampir malam. Apa nak Vita nggak dicari ibunya?".
"Iya Nek, sebentar. Kami masih nonton film." sahutku sambil tersenyum ke arah Vita.
Vita membalas senyumku.
"Oh indahnya." dalam hati aku bersorak.
Setelah merapikan baju dan rambutnya, aku mengantar Vita pulang ke rumahnya.

gadis itu masih SMU.... hhheeemmmmm


Cerita ini berawal ketika aku dan teman ku Ronald, Jefry dan rudi yg senang bermain game online ataupun sekedar bermain internet, membuka sebuah game centre dan warnet yg terletak di daerah Magelang utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman iseng-iseng aja. Yah dari pada nga ada kerjaan ataupun malah menghabiskan uang untuk main game atau main internet di tempat lain, mendingan buat sendiri toh bias nambah nambah uang buat jajan dan beli rokok.
Belum lama usaha kami buka, kami seperti setengah kaget dan senang.
Bagaimana kami tidak senang, kebanyakan user kami adalah cewek- cewek SMU dengan postur tubuh yg sangat mempesona, bahkan bisa di ibarat kan buah apple yg siap di petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yg main ke tempat kami. Dengan keramahan teman-teman yg selalu sopan dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang cukup professional. Bahkan postur tubuh kami dah wajah kami juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu factor yg membuat mereka tertarik untuk selalu datang berkunjung.
Di antara gadis-gadis yg masih segar itu ada satu yg sangat istimewa di mataku dan teman- temanku. Nama nya Rena dia cukup cantik, bukan hanya cantik, luar biasa mungkin dan istimewa tentu nya. Terkadang dia datang dengan Karina, Monica dan Cindy teman-teman rena yg juga tidak kalah cantik, tapi lebih istimewa Rena tentu nya.dan akhir nya suatu kesempatan, dia datang sendiri ke tempat kami. Ketika dia baru duduk aku sapa,
"loh temen nya mana Rena",
dia hanya menjawab,
"dah pada balik, pada mau les katanya".
Lalu aku berbalik ke mejaku dan berusaha mencuri-curi untuk sekedar melihat lekuk tubuh nya dari balik monitor computerku.
15 menit sudah aku memandang nya, eh dia membalas pandangan ku,
aku kaget juga jangan- jangan dia marah, eh dia malah tersenyum.
Karena penasaran dia sedang apa aku mencoba melakukan remote anything ke computernya, yah kami biasanya menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa gaulnya.aku kaget juga setelah tau bahwa dia membuka situs-situs yg berhubungan dengan sex dan pornografi. Mukaku memerah, entah suka atau benci, tp yg jelas kaget sekali. Dengan nekat kucoba mendekati computernya, lalu kutanya dia,
"hayooooo Rena lagi buka apa",
Karena tanpa persiapan dia langsung kelabakan seperti di anak ayam kehilangan induk nya dan dengan cepat dia menutup kolom situs- situs tersebut. Tapi dengan cepat aku menjawab,
"nga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi".
Langsung saja muka dia memerah, entah malu atau takut.
lalu dia menjawab,
"emang nya tadi Roy liat Rena lagi buka apa?", tanyanya.
"liatlah, nga perlu ke sini juga Roy bias liat dari computer roy ",
jawab ku sambil mengedipkan mata, lalu dia tertawa kecil dan tersenyum manis seperti gadis yg masih polos. Lalu dengan cepat aku tidak menyia nyiakan kesempatan ini aku langsung berkata,
"mau di temenin nga Rena biar Roy cariin situs2 yg lebih bermutu".
Dia diam sejenak lalu menjawab,
"ya udah Roy duduk di sebelah Rena aja",
katanya lembut penuh arti.
Waduh bakalan seru nih batin ku, untung aja temen-temen ku yg lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sejenak, dan dari situ ku ketahui bahwa dia anak pejabat di kota ini, dalam batin ku aku berkata wah ternyata anak pejabat neh.
Lalu mulai kucarikan dia situs situ porno yg belum pernah dia lihat,
kulihat raut muka nya berubah seperti cacing kepanasan tangannya tak bisa diam, aku lihat dia sangat terangsang dengan gambar-gambar dan video yg aku carikan lewat internet. Wah cepet honey dia batinku,
lalu tak kubiarkan dia hanya melihat saja, lalu aku berbisik,
"Ren dari pada liat, punya ku nganggur neh, kan sayang klo di diemin", ia kaget kukira dia marah.
Eh ternyata dia malah lansung memegang senjataku yg dari tadi sudah on ketika aku duduk di sebelah nya, kontan saja aku kaget dan senang. Lalu dengan cepat aku juga merangsang dia dengan memegang payudara yg sangat indah itu dari belakang.
Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, aneh nya saat itu tak ada satupun pelanggan yg datang, yah mungkin di karenakan hujan yg cukup deras. Kulihat dia kurang puas memegang senjataku jika terhalang oleh celana pendek ku, lalu dia mencoba memelorotkan celana ku hingga batang kemaluan ku bisa dalam posisi enak untuk di kocok oleh tangan nya yg lembut itu.dan dia berkata,
"Roy punya kamu gede juga ya",
Aku hanya terdiam.
Tanpa sadar aku sangat menikmatinya,
hingga aku hampir berteriak "ah uchhhh ahhh terus Ren" lalu Rena dengan cepat menutup mulutku dengan ciuman bibir nya yg lembut dan sangat sensual itu. Wah untung sepi coba klo banyak orang tadi di sini bakalan berabe batin ku. Setelah dia puas dia mencium bibirku,
dia melanjut kan dengan menciumi kemaluan ku, sungguh luar biasa gadis anak pejabat yg masih polos ini melakukan hal- hal dalam sex yg sangat mengairahkan.
Aku di buat sangat puas oleh nya bahkan aku dibuat tak berdaya,
10 menit kemudian aku mengangkat kepalanya dan aku bisikan mesra di telinga nya, Ren gantian masak kamu terus yg muasin aku kamu kan belom puas, dia tersemyum pertanda iya. Langsung saja aku puaskan dia di antara sekat-sekat yg menjadi pembatas di antara computer computer di warnet ini. Dia kulihat sangat menikmati permainan ku,
aku mencoba sedikit membuka baju nya untuk melepas Bh nya.
Karena kami melakukan nya di tempat umum aku mencoba untuk menahan diriku untuk tidak mencoba menelanjanginya, sehingga aku tetap merangsang payudaranya di balik seragam sekolah nya, tanpa bisa melihat payudaranya yg berukuran 34 b itu. Dia terdengar mendesah lembut dan sangat sexy,
"ah ah..u ah..hhhhhh.ahhhhh" terdengar dari mulut nya.
Berkali kali ku pilin putting nya dia mengelinjang hebat sekali,dan merancau tidak karuan.
"ah uh. roy terus sayanggggg...royyy...a hhhhhh".
Setelah merangsang buah dada nya aku langsung mencoba mengelus vagina nya dengan jari ku, karena dia memakai rok SMUsehingga tidak sulit untuk melakukan nya.Kurasakan vagina nya sudah sangat basah di karenakan rangsangan ku di buah dada nya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow sangat rapi batin ku. Aku berusaha tidak memasukan jari ku ke vagina nya karena dia masih perawan.
Kucoba merangsang dia lewat gesekan-gesekan lembut di tangan ku,
kurasakan badannya kejang dan keringat keluar dari seragam sekolah nya yg tanpa memakai Bh itu.
Dia berulang kali mendesah,
"Roy ampunnNn Roy sayang YUyy nikmatttTTttt.........".
Padahal itu Baru kugesek dengan tangan bagaimana klo kumasukan senjataku ke dalam vagina nya batin ku.
Setelah 10 menit melakukan itu dia berteriak.
"ahhhhHH..hhhhh SSSshhhhhh",
dan seketika itu juga dia mengalami orgasme pertamanya.
Kemudian dia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai dia aku membenarkan posisi celanaku dan dia juga mencoba membenarkan letak posisi seragam dan rok nya itu.
Lalu aku mengambilkan air minum untuk dia lalu berkata,
"yah gitu aja dah jebol gimana klo ML bisa-bisa Rena nga bisa bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong". Candaku.
Lalu dia menjawab,
"eh enak aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan dolo kayak tadi".
Aku hanya tertawa kecil, eh malah dia langsung bilang Roy mau njarain Rena yang lebih expert lagi nga, klo mau abis ini aja kita pergi mau nga tanya nya. Sejenak aku berpikir tapi langkah langkah kaki datang menuju tempat itu dan kulihat wajah wajah teman-teman ku muncul, diantaranya Ronald, Jefry dan Rudi.
Langsung saja kusapa,
"abis basket kalian",
dengan tersenyum Jefry hanya menjawab,
"dari pada ngurusin basket mendingan ngurusin Rena".
Mereka pun semua tertawa dan kulihat Rena juga tersenyum nakal dan berusaha menunggu jawabanku. Lalu setelah teman- teman ke belakang aku bisikan ke telinga Rena ya udah tar gue ajarain yg lebih hot lagi ya, Rena tersenyum dan aku pergi berkemas untuk pergi bersama dengan rena.
Setelah itu kami pergi dengan meminjam mobil milik Ronald.
Dalam perjalanan aku bertanya,
"mau kemana ini Ren",
dia menjawab.
"di rumah Rena aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta kak Adi sedang ke Jogja",
aku kaget dan berkata,
"bener nih di rumah mu",
"iya bener" katanya.
Setelah kami sampai di rumah nya aku kaget juga dengan rumah nya yg besar seperti istana itu wah gede banget rumah nya dan juga indah.
Setelah memarkir mobil ku aku di bimbing Rena untuk masuk ke rumah nya.Wah tampak nya dia terlihat tidak sabar.
Lalu aku menunggunya mandi sambil nonton tv dan menikmati hidangan yg sangat enak, kayak Raja nih batin ku.
Setelah dia selesai mandi, ia menghampiri ku hanya dengan memakai handuk yg dia balutkan di tubuh nya, ketika melihat nya,
tenggorokanku seperti tidak dapat menelan kue-kue yg tadi aku makan, dan dengan segera Rena mengambil jus jeruk yg ada di meja kamar nya lalu meminumnya, setelah itu mencium bibir ku dan mengalirkan jus jeruk yg telah dia minum tadi seolah-olah induk yg memberikan makan anak-anak nya.
Setelah itu dia membuka handuk nya yg tadi membungkus tubuh nya yg putih mulus dan sexy itu. wah payudara nya benar-benar luar biasa kencang dan besar, tak kusangka anak SMU kelas tiga sudah sematang, bulu-bulu halus yg ketika di warnet tadi aku pegang, aku bisa melihatnya dengan jelas. Sungguh pemandangan yg luar biasa.
Tanpa segan-segan lagi dia memintaku untuk men servicenya.
Dia berkata,
"ayo kok malah diem katanya mau ngajarin",
ucapnya,
aku berkata kamu
"kamu cantik banget Ren tubuh mu juga sexy".
Tanpa menunggu dia bicara langsung saja kubenamkan kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk merangsang salah satu bagian sensitife itu, lalu dia mulai mendesah seperti tadi,
"ah OuchHhh uhhhhhh Ahhhhhh........",
dia sangat menikmatinya bahkan sesekali dia menjambak rambut ku,
kulihat payudaranya sangat kencang dan kenyal sekali sesekali aku meremas-remas nya dan aku pun juga sangat menikmatinya, payudara yg indah. Lalu kuteruskan dengan menciumi bagian kewanitaan nya,
dia terlihat memejamkan mata sangat menikmatinya, dan dia meremas remas payudaranya sendiri mencoba merangsang tubuh nya sebaik mungkin. ketika clitoris nya ku hisap-hisap dia sangat kewalahan dan berteriak-teriak,
"roy aduhh Enak ah ouchhhh ahhhHh uhh".
5 menit kemudian, giliran dia merangsang diriku.kulihat dia mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan permen lollipop yg sangat manis,
"ohh ahhhhhhh hahhhh",
aku sangat menikmatinya, dia menjilati batang kemaluan dan tidak ketinggalan buah zakar ku juga ikut dia hisap.
Aku sudah tak bias berkata apa apa lagi selain menikmati permainanya. Ketika aku hampir memuntahkan laharku aku mencoba melepaskan senjataku dari hisapan nya dan gengamannya, lalu kubaringkan dia diranjangnya dan aku berbicara mesra,
"tahan ya sayang, pertama-tama sakit tp nanti juga enak kok",
kataku. Dia mengangguk pertanda iya. Kucoba membobol vagina nya ternyata sangat sulit, pada usaha pertama melesat dan setelah ku
oleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga aku berhasil memasukan separo penis ku ke dalam kemaluannya.
Dia menjerit kesakitan,
"Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn",
jerit nya, tapi aku tetap melakukannya dan bless seluruh batang kemaluan ku sekarang berada di dalam nya bersamaan dengan percak-percak darah keperawanannya.
Kubiarkan diam sejenak supaya vaginanya terbiasa menerima kehadiran benda asing itu, setelah kurasakan vaginanya bisa menerima penisku, kucoba menarik maju mundur.
Jeritan sakit yg tadi dia ucapkan berganti dengan desahan- desahan wanita yg sedang mengalami persetubuhan yg sangat nikmat.dan tidak henti- henti nya dia selalu mendesah dan setengah berteriak.
"ah terus Roy Sayang kocok terus bikin Rena puas ah ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan berhenti sayangggg... ",
rancau nya, aku juga sangat menikmati denyutan-denyutan di dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yg sangat nikmat sekali di alami oleh penis ku kemudian aku membalikan posisinya supaya kami bisa melakukan doggy style.
Lalu ku suruh dia berdiri dan bersandar di depan kaca meja rias nya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga aku bisa menikmati keindahan tubuh nya dan payudaranya serta paras cantik wajahnya dari kaca tersebut.
15 menit kejadian itu berlangsung ku dengar dia berteriak,
"ahhhh roy aku keluarrrrrrrrrrr.......",
oh tampak nya dia baru saja mendapatkan orgasme pertamanya.
Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan membiarkan Rena istirahat sebentar.
Setelah cukup istirahat.dia mengajakku untuk melanjutkan nya di kamar mandinya yg seperti kolam renang itu karena sangat luas.
Kontan saja Karena terburu nafsu aku langsung tancap gas dan segera memasukan penis ku ke dalam vagina nya yg merah merekah itu.
aku sangat menikmati guyuran shower yg membasahi tubuh kami,seolah-olah membasahi jiwa yg kekeringan akan kehausan sex.
Rena terus merancau dan akhirnya aku sangat merasakan kenikmatan yg luar biasa, penis ku yg dari tadi di sedot kurasakan sangat membengkak dan mencapai klimaks sampai ubun-ubun rasanya,
aku berteriak,
"Rena aku mauuuuuuu keeee luuu arrrrrrrrrrrrrrrrrr mauuu diii kelluariinnn dii mannna.jeritku menahan nikmat",
dia sambil ngos-ngosan bilang
"di dalam ajjjaaaaa",
lalu aku berkata,
" nga papa rennn",
rena menjawab,
"laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr",
dan rena juga tampak merancau lagi dan berteriak,
"yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa saaammaaaaaaaaaaa aaaaa".
Aku tak dapat menahan lagi dan jebolah pertahananku kusemburkan maniku di dalam vaginanya dia juga tampak mencapai orgasme keduanya.
Setelah itu dia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan sisa-sisa
maniku, lalu kami mandi bersama.

Tuesday, June 29, 2010

Erangan Tante


Gue tinggal sama tante gue dirumah yang cukup gede. Tante gue sdh janda,
paman gue udeh is death 3 tahun yang lalu. Nama tante gue Yuni, umurnya
kira2 42 tahun, anak2nya semua sekolah di luar negeri. Berhubung gue
keponakannya yg paling miskin, maka tante ajak gue tinggal dirumahnya, itu
terjadi 2 bulan yang lalu, waktu gue pindah sekolah kekota tamte. Dirumah
tante Yuni semuanya tersedia, dari makan sampai semua keperluan gue dipenuhi
sama dia.

Waktu itu gue pulang sekolah pagian, soalnya gue lagi pengen beresin buku2
di kamar gue. Sampai dirumah gue langsung menuju kamar gue yg ada dilantai
2. Waktu gue lewatin kamar tante Yuni, pintunya nggak di tutup, dan gue liat
tante lagi tiduran diranjangnya, sedang baca buku. Kakinya sebelah ditekuk,
sehingga gaun tidur yg dipakainya terbuka. ****** gue langsung ngaceng waktu
cd nya tante kelihatan, warnanya putih, tapi terbayang bayangan hitam
ditengah2. Waah... pasti jembutnya lebat banget. Walaupun sudah agak tua,
tapi tante gue selalu kesalon untuk merawat tubuh dan wajahnya. Pernah gue
perhatiin diam2, toketnya gedee banget dan agak turun, tapi gue doyan tuh
sama toket yg kayak pepaya. Gue sering ngebayangin ngeremes2 tuh toket.
Pantat tante Yuni juga besar dan kelihatannya masih kencang, gue nggak tahu
deh gimana memeknya. Pokoknya okelah buat dientotin.

Tante Yuni sepertinya tahu gue sedang ngeliatin dia, soalnya buku yg dibaca
tiba2 diturunin dan doi melotot ke gue. Gue jadi salting....

"Ngeliatin apa kamu di situ? Kok pagi banget pulangnya?" Tante bertanya
sambil menurunkan kakinya sehingga gaun tidur yang terbuka jadi nutup lagi.
Tapi gue jadi melotot ngeliat toketnya yang menjulang kayak gunung. Tante
kelihatannya tidak mau bangun.

"Tidak ada pelajaran lagi tante, gurunya ada yg nggak masuk" Jawab gue tanpa
menghiraukan pertanyaan pertama. Tante memandang gue, bukunya ditaruh
kedadanya.

"Kalau begitu sini kamu pijitin kepala tante. Kepala tante sakit sekali
nih....... tutup pintunya" Gue segera aje meluncur, suruh mijitin yg laen
gue juga oke. Tante lalu membalikkan tubuhnya, sehingga yang membusung
sekarang pantatnya. Pengen banget gue remas tuh pantat. Sialaan......

Gue mulai memijit kepala tante Yuni, mula2 pelan2 terus makin lama makin
keras. Tante meleguh keenakan, terus gue alihin pijitan gue kelehernya, doi
makin keenakan sambil menggelinjang2.

"Aduh... kamu pinter mijit ya? enaak banget" Gue tersenyum iblis.
"Badannya sekalian Toby pijitan ya"
"Itu memang maunya kamu.... dasar! Ya sudah terserah kamu....." ****** gue
langsung ngaceng lagi.Gue rasa tante Yuni sedang masa birahi kali, pasti
tersiksa tidak ada yg ngentotin lagi. Tangan gue lalu merayap ke pundaknya
dan memijit2 daerah sana, lalu turun ke punggungnya, tak lama kemudian sampe
deh tangan gue nemplok di pantatnya, doi diam saja, jadi gue remas2
pantatnya.

"Aaakh enak banget...." Sebentar2 tante Yuni mendesah. Gue beraniin jari2
gue mencengkram belahan pantatnya, terus jari tengah gue sodok ke daerah
lubang pantatnya. Tante Yuni menyentak kaget, tapi lalu diam saja.
"Tangannya jangan jail gitu ah.... masak lobang pantat tante disodok gitu?"
"Nggak sengaja tante" Jawab gue sambil menyeringai buas. Terus gue sodok
lagi lobang pantatnya lebih keras sehingga gaunnya ikut terselip ke dalam
lubang pantatnya. Tante Yuni menjerit kecil sambil menggelinjang.
"Gila kamu..... sakit tau....." Dari nadanya gue tau doi doyan tuh.
"Tanggung tante, sekalian bagian depan badannya Toby pijitin deh" Kata gue
sambil berusaha membalikkan tubuh wanita itu.
"Dasar kamu ini, apa yg mau dipijitin di situ???" Tapi doi membalik juga.
"Lebih enak lagi kalo bajunya dibuka" Gue makin kurang ajar. Tante Yuni
melotot, mulutnya meruncing.
"Kenapa tidak kamu saja yg buka baju? " Jawab Tante menantang. Segera aja
gue porotin semua pakaian gue, cd juga gue copotin. ****** gue udah ngaceng
keras banget sampai ngilu rasanya.
"Kamu sering ngewe ya?" Tanya Tante tiba2. Waah mulai kasar nih.....
"Enggak tante...... kalo onani sering" Jawab gue tanpa malu2. Tante
memandangi ****** gue terus.
"Ngocok sambil bayangin cewek kamu ya?" Tanya Tante tanpa melepaskan
pandangannya ke ****** gue.
"Salah..... saya ngocok sambil bayangin ngentotin tante" Jawab gue
sekenanya. Tante terbelalak.
"Gila kamu.....kurang ajar sekali, masak wanita tua kayak saya kamu entotin?
****** segede gitu aja berani2nya ngentotin tante" Sergah wanita itu. Gue
kembali menyeringai iblis.
"****** memang nggak gede2 amat, tapi kerasnya dong..... extra joss. Kalo
nggak percaya pegang aja" Jawab gue. Tante mengulurkan tanganya lalu ******
gue diremes, anjiiing.... sakit banget.
"Ah segitu mah nggak keras, belon apa2 udah kaing2 gitu" Gantian tante Yuni
yg menyeringai.

"Jangan direjeng gitu dong..... kalo udah masuk ke dalam memek baru bisa
dibuktiin" Gue jadi kesel, sakitnya masih kerasa. ****** gue pelan2 jadi
loyo lagi. Tante Yuni makin kegelian.
"Tuh loyo lagi..... coba kamu ngocok, tante mau lihat" Gue mulai ngocok di
depannya.Tak lama kemudian banda gue ngaceng lagi.
"Tante buka doong bajunya, masak saya doang"
"Buka aja sendiri" Tantang wanita itu. Gue mulai kerja keras menarik gaun
tidurnya. Wanita itu tdk mau bergerak sama sekali. Tapi waktu gue sedang
berusaha melepaskan pakaiannya, tante Yuni yang ngocokin ****** gue. Waktu
gue sedang membuka ikatan daster dipundaknya, wajah gue sama doi dekat
banget. Segera aja gue sontok mulutnya, terus gue lumat, gue ngerasain lidah
doi menjulur2 dalam mulut gue kayak ular. Kita belit2an lidah, kadang2 doi
mengeluarkan air liurnya yang langsung gue isep, kadang2 lidahnya dikeluarin
buat gue isep. Kadang2 lidah gue yang diisep. Tangannya terus ngocokin
****** gue. Gue merasa ****** gue mengeluarkan lendir bening banyak sekali.
Setelah gaun tidurnya lepas, gue buka bh nya. Toketnya memang betul2 yg gue
suka, pentil toketnya merah tua kehitaman dan diameternya kurang lebih 6 cm.
Gue remes2, gue pilin2 puting toketnya, tante merintih2 keenakan. Terus
cdnya gue tarik sampai copot, lalu gue cium2 cdnya yang setengah basah sama
lendir. Baunya enak banget, rada2 pesing dikit tapi menambah nafsu gue. Gue
liatin memeknya yang berbulu lebaaat banget, di antara bulu2 itu ada lendir
yg nempel, warnanya bening keputih2an. Gue sibakin bibir memeknya yg udah
tebal itu, gue perhatiin lubang memek yang berwarna merah tua itu, terus gue
kocokin lubang memeknya pakai telunjuk dan jari tengah gue, basah dan
hangat. Tante menggelinjang2 sambil mengeluh enak. Kadang2 jari2 gue yg
penuh lendir itu gue jilatin. Sementara ****** gue dikocokin tante persis
diatas wajahnya. Posisi kami sekarang sudah 69, gue diatas. Gue perhatiin
lendir ****** gue menetes2 di kocokin tante, terus lendir itu jatuh ke
lidahnya, yg lalu disedot2 sama tante. Kadang2 ****** gue digosok2
kebibirnya, membuat badan gue meliuk2 keenakan, sementara lidah gue udeh
masuk ke dalam lubang memeknya tante. Baunya dashyat cut...... gue korek2
memek itu pake lidah gue. Lendirnya gue isep2, rasanya asin.

"Toby..... kamu boleh ngentotin mulut tante" Tiba2 tante mendesah. Kayaknya
nafsunya udah sampai ubun2. Segera saja gue entotin mulutnya, wanita itu
tahu cara emut ******, sehingga ****** gue nggak pernah kena giginya.
Kadang2 gue benamin ****** gue setengahnya, terus gue rasakan lidah tante
menjalar2 mengelilingi palkon gue, rasanya benar2 tak terlukiskan.
"Tante.... Toby mau keluar nih...." Lidah tante makin gila dalam mulutnya.
Tak lama kemudian peju gue nyemprot dashyat, semuanya ditelen sama tante,
bahkan sampai tetes terakhir ****** gue masih diemut2, rasanya badan gue
ngilu semuanya. Setelah keluar rasanya ****** gue lemes lagi. Tante Yuni
tersenyum lembut sambil menjilat bibirnya yang masih belepotan air mani gue.
Sebenarnya gue udeh nggak nafsu lagi, tapi gue tetap menjilati memeknya
tante dengan telaten, kadang2 gue jilatin juga lobang pantatnya, gue tusuk2
pakai lidah dan telunjuk gue. Tante Yuni mendesah2 sambil mengulek
pinggulnya, sekarang posisinya yang di atas, gue di bawah, sehingga pantat
Tante yg besar itu tepat berada diatas muka gue.

****** gue mulai ngaceng lagi setelah beberapa lama diemut oleh wanita itu.
Biji peler gue disedot2, kadang2 lobang pantat gue juga dijilat2, geli
banget. Gue sampai merinding. Lama lama memek tante rasanya makin enak dan
lendir yang keluar makin banyak, semuanya gue sedot. Tapi selama itu gue
nggak merasa tante orgasme, do'i cuma merintih2 doang.

"Udah ah.... memek tante udah pengen ditusuk nih" Lalu tante Yuni bangkit
dan jongkok diatas ****** gue yang udah keras. ****** gue dituntun mendekati
memeknya dan.... blesss begitu gampangnya ****** gue masuk kedalam memeknya.
Tante memejamkan matanya sambil mendesah, lalu mulai mengenjot. ****** gue
juga berasa enak banget, cuma kalah enak dibanding waktu diemut sama do'i.
Tante Yuni terus memompa ****** gue kedalam memeknya, diam2 gue lirik ******
gue yang keluar masuk di memeknya, gue lihat ****** lendir tante beleleran
dikontol gue, kelihatanya agak berbusa, gue jadi makin horny.

"Aduuh Tob... I'm coming......." Gue lihat tante menggigit bibirnya sambil
mendesah hebat, matanya terpejam, tangannya lalu menjambak rambut gue sampai
gue kesakitan, memeknya menekan keras sekali ke ****** gue sambil
digoyangin, terus kedua tangannya pindah meremas2 buah dadanya dengan keras,
pentilnya ditarik2 sendiri, rupanya tante mengalami orgasme yang hebat
sekali. Setelah beberapa saat, wanita itu lalu bangun, pipi gue dielusnya.
Gue lihat ****** gue yang masih keras itu berlumuran lendir banyak sekali,
pasti lendir tante, soalnya gue belon keluar.

"Kasihan, kontolnya jadi belepotan...... tante bersihin ya" Lalu tante
membenamkan mulutnya kekontol gue, lidahnya menjulur2 menjilati ****** gue
yang penuh lendir, gue enggak tahu lendir siapa itu, tapi gue merasa enak
banget, ****** gue berdenyut2 dalam mulutnya.

"Kamu belon keluar ya.....sori ya lobang memek tante mungkin terlalu besar
buat ****** kamu, tapi jangan kuatir tante bikin kamu terampun2" Wanita itu
lalu bangun dan kembali jongkok di atas ****** gue, pelan2 ****** gue
dituntun ke memeknya, terus ****** gue digosok dibibir memeknya, kemudian
gue perhatiin ****** gue diarahkan kelubang pantatnya. Gue kaget juga,
soalnya gue belon pernah merasakan ngentotin lubang pantat. Gue lihat tante
mengerahkan tenaga, lalu ****** gue pelan2 amblas ke dalam lubang pantatnya,
tante Yuni memejamkan mata sambil menggigit bibir menahan sakit. Gue enggak
perduli soalnya sensasi yang gue rasa lebih besar dari rasa iba gue. ******
gue betul rasanya seperti dijepit oleh benda yang kenyal dan nikmatnya
sampai ubun2. Apalagi waktu tante mulai menggerakkan pinggulnya naik turun,
rasanya ****** gue kayak diurut2, (yang belon pernah merasakan enaknya
lubang pantat boleh coba deh).

"Aduh tante... enak banget....." Gue mengeluh, tante tersenyum sambil terus
menggenjot pinggulnya. Kira2 lima menit gue merasa ****** gue udah mau
meledak.

"Aaa... mau keluar tante!!!" Tante Yuni segera bangun lalu secepat kilat
****** gue kembali masuk ke dalam mulutnya. ****** gue disedot2 sambil
dikocok2. Tak lama kemudian semprotan air mani yang dashyat menyembur dalam
mulut wanita itu. ****** gue dijepit disela2 bibirnya, lidahnya bermain2
dikepala ****** gue, badan gue sampai terhentak2 merasakan kenikmatan yang
tidak pernah gue alami setiap semburan air mani gue didalam mulutnya. Gue
merasa kayaknya ****** gue nggak berhenti menyembur. Akhirnya ****** gue
dikeluarin dari dalam mulut tante, lalu diurut sampai ada air mani yang
menetes keluar, lalu lidahnya kembali mengelilingi kepala ****** gue. Terus
gue lihat tante menjilat2 air mani yang ada dijembut gue, tante menjilat
sambil memandang gue, gue juga memperhatikan setiap gerakan mulutnya.

"Memangnya enak air mani Toby, tante?" Gue bingung juga, soalnya biasanya
air mani itu dimuntahin keluar oleh perempuan2 bayaran yang pernah gue
pakai, tapi kok oleh tante ditelan dan dijilat sampai nggak ada sisa?

"Entahlah, Tob....yang pasti tante memang suka dengan air mani laki2, dulu
pamanmu juga pernah tanya begitu, tapi tante juga enggak tahu kenapa?" Jawab
tante sambil bengun menuju kamar mandi. Gue tergeletak tak berdaya, rasanya
seluruh energi gue habis terkuras.... tapi enak sekali sih.

Sejak saat itu hampir tiap malam gue jadi tukang pijit tante. Pekerjaan itu
berlangsung kurang lebih 1 tahunan sampai gue pindah ke Jogya nerusin
kuliah.
__________________
*****************************************

Monday, June 28, 2010

Kisah cinta gerobak pasar



Adalah warto seorang pria lajang asli banyumas yang berprofesi sebagai seorang penarik gerobak sayur disebuah pasar tradisional dibilangan jakarta selatan. Berperawakan sedang ukuran rata-rata, tinggi tidak, pendek tidak, jelek nggak, cakeppun ngga, kulit sawo matang cenderung hitam agak berminyak, karena profesi sebagai penarik gerobak postur tubuh menjadi ideal tanpa fitness, maklum seorang penerik gerobak lebih banyak menggunaka otot ketimbang otak, sehingga secara tidak sengaja otot akan terbangun dengan sendirinya.

Jam kerja warto antara jam 3 sore hingga jam 12 malam melayani para mbok pedagang pasar membawa barang dagangan atau pembeli membawa pulang barang belanjaan. Dari sekian banyak langganan warto ada seorang pedagang sayuran dan bumbu dapur bernama narti yang begitu dekat dengan warto karena kebetulan pangkalan gerobak warto berada didepan counter atau tepatnya lapak dagangan mbok narti. Hubungan bisnis mereka tergolong dekat sampai-sampai pembayaran ongkos gerobak dibayar bulan oleh mbok narti.

Mbok narti berasal dari salah satu desa di indramayu, kulitnya hitam manis, dengan tinggi sedang tetapi memiliki sepasang payudara ideal yang sering membuat mas warto melihat dengan sudut matanya, ukuran cukup mantap sekitar 34 atau 35. Telah bersuami bernama mas tarsica yang tinggal dikampung mengurus sawah dan bebek hasil berjualan narti di kota. Narti pun menyadari kalau Warto sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu mempedulikan bahkan cenderung semakin berani mengekspos bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi Warto, malah kadang tatapan Warto dan Narti seringkali bertemu yang akhirnya mereka saling senyum tanpa mengerti arti kejadian tersebut.

Adalah suatu pagi Warto mendapat telp dari pamannya di kampung yang mengabarkan bahwa bude Sakem membutuhkan biaya untuk berobat karena sakit. Bude Sakem adalah orang yang menbesarkan Warto ketiga dia ditinggal oleh orang tuanya transmigrasi ke Lampung. Warto memang dekat dengan budenya yang satunya ini karena ia ingin membalas jasa budenya. Warto bingung karena saat ini ia tidak memiliki uang. Uang dikantong hanya cukup untuk makan nanti siang.

Dalam kebingunganya Warto teringat relasinya dipasar yah Narti, ia akan mencoba meminjam kepadanya, atau paling tidak ia mencoba meminta bayaran gerobak dimuka sehingga ia dapat segera mengirim uang tersebut kebudenya yang sedang sakit di kampung. Bergegas ia menuju rumah petakan Narti yang terletak di belakang pasar tempat ia berdagang. Kontrakan Narti merupakan rumah petakan kumuh terbuat dari tripleks dan dicet apadanya, rapat dan berhimpatan satu dengan lainnya. Petakan ini memang kebanyakan dihuni oleh sesama pedagang dipasar.

Tidak berapa lama Warto tiba dipetakan Narti, suasana petakan sepi karena jam segini sekitar jam 9 sampai jam 11 kebanyakan penghuni pergi ke pasar induk kramat jati untuk membeli barang dagangan. Warto sedikit cemas, jangan-jangan Narti juga pergi belanja ke pasar induk. Dengan ragu-ragu Warto mencoba mengetuk pintu petakan Narti, sepi tidak terdengar jawaban, kembali Warto menjadi ragu apakah Narti ada di petakan. Ia kembali mencoba mengetuk pintu, tidak juga ada jawaban, ketika Warto mulai merasa putus asa, terdengar suara penghuni sebelah petakan, seorang nenek tua, ibu dari seorang pedagang di pasar yang juga Warto kenal mengatakan bahwa Narti sedang mandi di MCK dekat musola sekitar 25 meter dari petakan Narti.

”Tunggu aja di dalam mas, mbak Narti sebentar lagi juga selesai” ujar nenek tetangga Narti.

”Baik nek, tak tunggu disini aja” jawab Warto dengan logat jawanya yang dihaluskan karena menghormati nenek. Dengan perasaan galau Warto menunggu Narti, tidak begitu lama Warto menunggu terlihat Narti tergopong berjalan setengah berlari sambil menutupi bagian dadanya yang nampak tercetak dua bukit kembar karena Narti tidak menggunakan handuk melainkan menggunakan daster tidurnya yang telah tipis apalagi setengah basah kena air ketika ia mandi di MCK tadi.

”Weh ada mas Warto, ada apa mas tumben kesini, ada perlu sama aku” Narti nyerocos sambil tetap bejalan menuju pintu petakannya

”Ya.. mbak.. aku ada perlu nih” Narti menyuruh Warto masuk kepetakannya, karena ia tidak enak bicara diluar, ia berpikir tidak mungkin mas Warto pagi-pagi begini kepetakannya kalau tidak ada perlu apalagi Narti melihat wajah Warto tampak sedih.

”Ada apa Mas, sepertinya lagi sedih nih” tanya Narti

”Aku butuh uang Mbak budeku dikampung sakit, beliau minta aku mengirim uang untuk biaya berobat”, mata Warto tidak lepas dari cetakan dada yang amat jelas didada Narti.

Dasar, wong lagi bingung kok matanya tetap ke ”susuku” pikir Narti. ”Sakit apa” Narti mencoba menyakinkan, dengan tidak berusaha lagi menutupi cetakan susunya seperti tadi saat ini berlari dari MCK menuju petakannya. Pikirnya toh mas Warto sering juga menatapnya pada saat ini berdagang.

”Saya nggak tau, tapi mereka meminta saya mengirim uang untuk berobat, mba boleh saya minta bayaran gerobak untuk bulan depan mbak” dengan setengah menunduk Warto mengungkapkan maksudnya kepada Narti.

”Mas Warto butuh berapa” tanya Narti
”Ya sejumlah bayaran upah saya aja, mba, 185 ribu” jawab Warto dengan masih tetap menunduk.

”Sebentar ya mas” Narti beranjak ke balik hordeng biliknya, entah apa yang akan dilakukan Warto bertanya-tanya. Sejenak Warto dapat menilik benda-benda yang ada di petakan Narti, sebuah termos, 2 buah gelas kaca yang sudah tidak bening lagi, sebuah kasur butut dan radio kecil serta sebuah changer hp masih menempel di stop kontak. Dan apa itu, sebuah BH dan celana dalam yang rendanya mulai terurai benangnya milik Narti tergantung di jemuran di dalam petakan, mungkin malu kalau di jemur di luar. Warto mengenali BH tersebut karena sering digunakan oleh Narti.

”Ini mas 200 ribu, aku buletin uangnya, sekalian aku membantu mas yang lagi ketimpa musibah, mudah-mudahnya bude Sakem cepat sembuh” suara Narti mengejutkan Warto yang sedang browsing sekitang petakan Narti.

”Aduh terima kasih mbak” mata Warto bersinar-sinar karena Narti berkenan menolongnya.
”Uang ini saya titipkan pada Yanto, tukang ketoprak tetangga kampungku yang kebetulan nanti sore akan pulang kampung”.

”Ya sudah cepat sana, nanti keburu Yanto tidak ada” ucap Narti
”Tanpa ba-bi-bu Warto segera kerumah Yanto, situkang ketoprak yang akan pulang kampung.

”Yan... ini aku titip buat bude Sakem yang sedang sakit 190 ribu rupiah, yang 10 ribu untuk nambahin ongkos kamu, sekalian salam dan katakan aku belum bisa pulang ”

Adalah menjadi kebiasaan dilingkungan Warto, saling menitip uang apabila ada seorang kerabat, tetangga kampung atau teman yang akan pulang kampung. Warto juga telah beberapa kali dititipi oleh Yanto. Memang mereka tidak mengenal adanya transfer uang lewat bank.

”Baik nanti aku sampaikan To... wis kamu ndak usah bingung, semoga nggak ada apa-apa” ucap Yanto.

”Terima kasih To..hati-hati ya.” Warto berucap sambil permisi kepada sahabatnya yang telah berkenan menerim titipan uang darinya untuk bude yang sedang sakit dikampung. Kembali terbayang wajah bude Sakem, wajah yang teduh dan rela mengurus dan menganggapnya sebagai anak, wajah yang penuh kedamaian. Bagiamana budenya mengajarnya setiap malam, bagaiamana budenya menemani saat ia makan, semua kembali terbayang. Tapi karena faktor usia, saat ini beliau sedang tergolek lemah di kampung.

Tiba-tiba ingatannya kembali ke Narti, ia belum mengucapkan apapun kepadanya apalagi terima kasih setelah ia menjadi dewa penolong baginya. Warto kembali menuju petakan Narti, untuk mengucapkan terima kasih atas pertolongan yang telah ia berikan.

Tidak berapa lama Warto telah tiba dimuka petakan Narti, Warto langsung menyeruak masuk tanpa mengetuk lebih dulu. Terbelalak Warto melihat pemandangan yang nampak di dalam, saat itu Narti sedang mengeringkan badannya dengan daster tipis sebagai pengganti handuk. Narti hanya menggunakan handuk untuk menutupi kemaluannya, sedangkan dua buah bukit kembarnya tertutup BH warna putih cenderung sudah menjadi cream yang tampaknya tidak dapat menampung isinya. Warto tidak pernah membayangkan kalau payudara Narti begitu indahnya besar, putih dan masih seperti orang belum bersuami, mungkin karena jarang disentuh oleh suaminya

Mereka berdua terkesima, Warto terbelalak menyaksikan pemandangan tersebut sedangkan Narti hanya diam seribu basa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

Tiba-tiba kedua mata mereka saling bertemu satu dengan yang lainnya, saling bertatapan dengan tetap tanpa suara, saat itu naluri sebagai manusia yang bicara, Warto mendekat sementara Narti masih tetap diam tanpa bahasa, sementara bibir Warto mulai mendekat bahkan dekat sekali ke kening Narti.
.
Narti merasakan hembusan birahi Warto, akhirnya ia merasakan sebuah ciuman lembut mendarat dikeningnya, ia memejamkan mata tak tau harus menikmati atau apa yang harus dilakukan sementara, karena lembutnya kecupan Warto, birahinyapun mulai terusik, apalagi setelah kecupan Warto turun ke pipi kemudian terus turun menelusur hingga sampai pada bibirnya.

Hangat sekali kecupan Warto, kecupan yang memang telah lama tidak ia rasakan, lidah Warto lincah bermain di dalam mulutnya yang mau tidak mau mengundang hasratnya untuk melayani permainan lidah dan bibir Warto.

Tangan kanan Warto mulai menelusuri bagian belakang Narti yang memang tidak terbungkus apa-apa hanya seutas tali BH yang masih menggantung disana, diusapnya lembut pinggung dan pantat Narti, kemudian tangan kirinya mulai menelusur diperut Narti sehingga menimbulkan sensasi yang tidak terkira bagi pemiliknya

Ehhhh..............Narti berguman menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Warto, ditambah lagi tangan kiri Warto semakin mendekati dua bukit kembar miliknya yang masih terbungkus BH, sensasi yang dirasakan semakin nikmat. Tangan kanan Warto naik dari pantat menuju pengait tali BH Narti dan dengan sentuhan halus, BH itu sudah terlepas dan meluncur turun sampai tertahan oleh handuk penutup kemaluan Narti.

Tampaklah oleh Warto dua bukit kembar milik Narti yang kini bebas menggantung tanpa penghalang. Warto semakin bersemangat dari semula mengusap, membelai kemudian kini sudah sampai pada tahap meremas, apa saja yang ia remas pantat, perut, pinggul hingga payudara Narti tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin memuat Narti tidak berdaya, ia benar-benar dimabuk nafsu yang dibangkitkan oleh Warto seorang penarik gerobak langganannya. Ia tidak ingat lagi suaminya dikampung, ia lupa segalanya.

Sedikit demi sedikit Warto mendorong tubuh Narti ke arah kasur butut milik Narti yang hanya menurut saja oleh dorongan tubuh Warto hingga ia menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Warto mengikuti gerakan Narti menuju tempat tidur mulutnya kini bermain lincah memainkan puting susu Narti. Seakan tidak puas hanya mengecup dan mengisapnya tanggan kirinyapun ikut membantu meremas-remas bukit kembar milik Narti.

Dengan dorongan Warto kini tubuh Narti sudah tergolek dikasur tanpa penutup dada hanya handuk yang tidak mampu lagi menutupi kemaluannya karena tersingkap oleh gesekan-gesekan tubuh mereka.

Kebiasaan Narti, sehabis mandi ia hanya menggunakan handuk sebagai penutup barang miliknya yang paling berharga tanpa celana dalam, sedangkan bagian dada hanya dibungkus BH (mending BH-nya bagus). Kebiasaan berpakaian seperti ini kerap ia lakukan sambil beraktivitas di petakannya.

Kebiasaan seperti ini memudahkan Warto untuk melakukan aksinya. Kembali ia mengecup bibir Narti yang memang sudah menunggu aksi Warto berikutnya. Gejolak birahi yang dirasakan segera menghempas segalanya. Statusnya sebagai istri dari Tarsica seorang petani dan pemelihara bebek di kampung tidak lagi ia ingat. Apalagi tangan kanan Warto mulai membuka handuk lusuh satu-satunya yang masih ia kenakan sebagai penutup kemaluannya. Dengan sekali tarik, tampaklah oleh Warto kemaluan Narti dihadapannya, rambut kemaluan yang tebal berwarna hitam tampak acak-acakan tak terawat menutupi bibis vagina milik Narti. Pantulan cahaya matahari yang menerobos lewat celah dinding petakan Narti membantu memberikan penerangan bagi Warto untuk sejenak mengamati kemaluan Narti. Ia kagum dengan Narti kemaluan Narti yang tampak menonjol persis kue apem yang adonananya sempurna. Narti agak risik melihat Warto memandang vaginanya seperti hendak melihat seluruhnya, tak habis akal tangan Narti mengapai tonjolan diselangkangan Warto yang memang sejak tadi menuntuk untuk dijamah, sejenak Warto terhenyak sejenak ketika tangan Narti mendarat dikemaluannya, namun hal itu tidak terlalu lama, karena kenikmatan dan sensasi yang ia rasakan amatlah menghanyutkan, apalagi Narti mulai mencoba memasukkan tangannya kedalam celana Warto. Warto tak sabar segera ia memelorotkan celana sekaligus CD-nya, agar kenikmatan yang ia rasakan semakin terasa. Kaos berlambang salah satu Caleg Partai tertentu yang ia gunakan juga tak luput ia lepaskan.

Tampaklah oleh Narti tubuh hitam, kekar karena sering menarik gerobak sayur milik Warto mengkilap karena keringat dan torehan cahaya matahari. Belum hilang rasa kagum Narti terhadap kekekaran tubuh Warto, ia merasakan sesuatu menyentuh kemaluannya, yah tangan Warto mulai mengusap rambut kemaluan Narti yang tidak mengyangka bahwa seorang penarik gerobak mempunyai gaya bercinta yang romantis tidak seperti suaminya dikampung, cek-ecek-ecek sudah boro-boro ada pemanasan, terlalu terburu-buru, maklum katanya ia harus melihat aliran air disawah, apakah bendungan yang ia buat dapat mengalir keseluruh bagian sawahnya dengan sempurna. Jangankan orgasme bagi Narti terkadang terangsang pun belum. Lain halnya dengan Warto yang rada sabaran dalam memacu birahinya.

Tidak puas hanya dengan membelai Warto mulai menusuk-nusukan jari manisnya kevagina Narti yang telah basah oleh cairan birahinya, hangat dan licin yang dirasakan Warto. Ehh...ehh...Narti meracau merasakan kenikmatan sentuhan tangan Warto ke dalam kelaminnya. Warto terus beraksi hingga ia tak tega melihat Narti meracau tidak menentu, mengelengkan kepalanya kekanan dan kekiri karena nikmatnya, apalagi tangan Narti beraksi dikemaluan Warto mulai tidak menentu kadang mengusap kadang menggosok kadang memencet.

Disamping itu birahi Wartopun telah meninggi, akhirnya entah siapa yang memulai Warto yang semangat menindih tubuh Narti, atau Narti yang tak sabar menarik tubuh Warto untuk segera menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluannya. Tangan Narti tetap dikemaluan Warto untuk segera membimbingnya menuju lubang vaginanya, Sejenak Warto menggosok-gosokkan kemaluan miliknya ke vagina Narti.

Narti mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, Warto menusukkan kemaluannya... blesss...blesssssssssssss...Narti menggit bibir merasakan kenikmatan kemaluan Warto meluncur kekemaluannya yang memang telah lama tidak dijamah oleh suaminya karena ia lama tak pulang kampung. Biasanya sebulan dua kali atau tiga kali ia pulang, tapi sudah dua bulan ini ia belum dapat pulang kampung, karena pasar sedang ramai menjelang pemilu.

Hampir seluruh kemaluan Warto membenam di vagina Narti, sejenak mereka terdiam, masing-masing merasakan nikmatnya bersenggarama. Bagi Warto ini adalah kenikmatan yang tak terhingga yang pernah ia rasakan, karena selama ini paling-paling hanya sabun mandi, tetapi karena telah beberapa kali menonton film biru bersama-teman sesama penarik gerobak, atau pengalaman mengintip tetangga disekitar tempat ia mengontrak rumah dan karena nalurinya ia dapat menjalankan peran dengan baik.

Selang beberapa saat mulailah Warto menaik-turunkan tubuhnya menindih tubuh Narti, bunyi kecipak karena beradunya kelamin mereka dan dengusan nafas keduanya semakin menambah sensasi bagi mereka. Suasana pagi menjelang siang, dimana matahari nampak mulai meninggi semakin menambah suhu didalam petakan Narti dan sekaligus menambah gejolak birahi mereka. Memang seputar petakan Narti pada jam-jam seperti ini terasa lebih sepi, karena sebagian besar anak-anak sedang bergelut dengan kegiatan sekolah, sementara orang tua mereka yang kebanyakan para pedagang dipasar, sedang belanja barang daganganya, paling-paling hanya beberapa anak yang belum sekolah yang tinggal dirumah atau sperti nenek tadi yang memberi tahu Warto bahwa Narti ada di dalam petakannya.

Mas...mas..mas... ehm..ehh..ehh desahan Narti semakin tidak menentu, hal ini semakin memacu birahi Warto, dari pelan kemudian sedang kemudian cepat secara berulang-ulang Warto menghujamkan kelaminnya kedalam vagina Narti. Uhg..uhg..mba..mba..Warto mulai menimpali desahan Narti diiringi dengan dengus nafasnya laksana banteng ketaton.

Terasa oleh Warto Narti mengangkat tubuhnya semakin tinggi dan gerakan kepalanya kekiri dan kekanan semakin cepat ditambah lagi dengan desahannya yang semakin tidak menentu, menandakan puncak birahinya akan segera tercapai. Mas...mas..aku..aku..ahhhhhhhhh. akhirnya meletuslah lahar birahi kenikmatan Narti. Kedua tangganya menarik kencang tubuh Warto agar menghimpit tubuhnya sambil menjerit perlahan menandakan kenikmatan yang tiada terkira. Sementara Warto juga mulai merasakan hasratnya akan segera terpenuhi, dengan kecepatan maksimal ia mamacu menaikturunkan tubuhnya menindih tubuh Narti yang nampak tak berdaya setelah mengalami orgasme. Keringat mengucur deras hari tubuh hitamnya eh..eh..ehhhhh aku keluar mba...ahhhh. Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Warto, terasa dari ujung jari kaki sambil keubun-ubun ia rasakan, sejenak ia terdiam dengan tetap menindih tubuh Narti yang juga ikut menikmati semburan sperma Warto di rahimya. Nafas Warto tidak menentu, seluruh tenaganya terkuran diakhir permainan tadi.

Keduanya nampak terkulai lemas, setelah menikmati permainan mereka, Narti nampak terdiam sementara Warto tidak tau apa yang harus ia ucapkan. Akhirnya keduanya tertidur dengan tubuh masih telanjang tanpa sehelai benangpun.

Narte...Narte....Narte...sayup-sayup Narti mendengan seorang memanggil namanya, antara sadar dan tidak sadar sperti bermimpi. Narte...Narte....Narte kembali terdengan suara panggilan dengan logat Batak yang kental, keduanya terbangun Narti tersentak begitu juga dengan Warto. Setelah berulang kali barulah Narti bangun membuka pintu petakan tempat tinggalnya, dengan pakaian sekenanya, yaitu kain jarik panjang yang biasa digunakan untuk membawa dagangannya, rupanya si Butet yang datang hendak menagih uang cicilan yang harian utang Narti kepadanya. Butet layaknya bank keliling dipasa tempat Narti berdagang, ia meminjamkan sejumlah uang kepada para pedangan dan dicicil setiap hari, minggu atau bulan tergantung perjanjian, jangan tanya soal besaran bunga, pasti lebih besar dari bank, tapi para pedangan lebih suka ke si Butet ketimbang ke Bank, karena prosedur mudah, cepat dan tidak perlu KTP, KK dan Slip Gaji (he..he.. pengalaman kredit di bank nih).

Ia menyodorkan uang Rp. 15.000 kepada si Butet. ”Siang-siang begini rupanya tidur kau” seru Butet masih dengan logat yang Batak yang kental. Narti hanya tersenyum sambil kembali menutup pintu, meninggalkan kebingunan Butet. ”Bah...malas kali kau rupanya” omel Butet.

Lain hal dengan Narti, sejenak ia kembali ketempat mereka bertempur tadi, dikasur tipisnya tidak lagi ia temui Warto, tetapi hanya sebuah kaos kucel dan kusut berlambang caleg masih, kemanakah gerangan Warto. Belum hilang kebingungan Narti, Warto muncul dari belakang lemari plastik bergambar kembang yang sudah bolong disana-sini milik Narti. Rupanya Warto bersembunyi disana saat tadi si Butet datang, ia takut kalau-kalau butet melihatnya sedang berada di patakan Narti, pasti kacau urusan.

Narti memandang Warto yang muncul dari balik belakang lemari dengan pakaian setengah telajang dan menyadari kondisi tubuhnya yang masih tanpa mengenakan penutup kecuali jariknya. Barulah ia sadar akan apa yang terjadi, ia telah menghianati suami, telah menyerahkan sesuatu yang seharunya hanya ia berikan kepada suaminya tidak kepada Warto, menunduk ia sambil menangis.

Sementara Warto tidak tau apa yang harus dilakukan, ”maafkan aku mbak...maafkan aku, hanya itu yang keluar dari mulut Warto. Narti masih saja tertunduk sambil menangis, keduan tangannya diletakkan diatas pahanya. ”Kamu nggak salah Warto, aku yang salah”. Keduanya kembali terdiam.

Warto mencoba kembali menbangun kekakuan suasana dengan mendatangi Narti dan membelai rambutnya, lembut sekali warto melakukan itu, berulang-ulang tangannya mengusap rambut Narti, pundak dan belakang tubuh Narti yang duduk menggeloso dilantai. ”aku minta maaf mba” sekali lagi Warto berucap lirih. Narti menjatuhkan kepalanya didada Warto sambil mengangkap kepalanya dan berucap sama sperti yang ia ucapkan tadi. ”Kita sama-sama bersalah Warto” tambahnya.

Seksi sekali bibir Narti saat mengucapkan itu dimata Warto, ingin sekali ia mengecup bibir seksi itu, tapi ia masih ragu karena Narti masih menenteskan air mata. Sementara belaian tangan warto di kepala pundak dan belakang tubuhnya kembali mengusik birahi Narti yang memang sudah lama tidak tersentuh suaminya. Setan terus menggoda membisikkan kata-kata birahi kepada keduanya. Akhirnya Warto tak tahan dengan suasana dengan yakin ia mengecup bibir Narti, apalagi ia merasakan ada reaksi di bibir dan tubuh Narti, Warto semakin berani usapan pada tubuh bagian belakang belakang sampai kebelakang telinga, mau tidak mau membangkitkan kembali hasrat seksual Narti, ia sedikit beringsuk kekiri meluruskan tubuhnya hingga berhadap-hadapan dengan Warto sambil tetap menerima rangsangan dari bibir Warto, tangannya mulai mencari apa yang seharusnya ia lakukan, mencari sesuatu diselangkangan Warto yang memang sudah kembali terbangun dan siap beraksi.

Tegang dan keras serta mengkilap dibagian kepala sesaat ia mencuri pandang saat Warto mengecup bibirnya. Warto agak terkejut dan sedikit mengangkat pantatnya manakala tangan Narti menyentuh kelaminnya. Kini kecupannya tidak lagi di bibir Narti tetapi sudah kepipi kemudian turun keleher dan sampailah pada bagian atas dada Narto, terus turun diantara dua bukit kembar milik Narti, tangan kirinya menggapai buah dada Narti sebelah kiri sementara mulutnya mengecup halus puting susu Narti sebelah kanan sambil menjilat dan mengigit secara lembut. Narti mendorong tubuhnya kemuka sementara tangan kirinya merapatkan kepala Warto dan menyodor kedua payudaranya. Tenggelam wajah Warto di dada Narti, sementara tangan Narti semakin keras mengenggam penis Warto sambil turus menaik-turunkan tangannya mengusap dan mengocok penis Warto. Beberapa lama aksi ini mereka lakukan, hingga akhirnya terdengar suara Narti mas...mas...mas Warto sekarang, aku nggak tahan”. Narto menrorong tubuh Narti ke kasur tipis dengan kepalanya tetap payudara Narti, yang mengikuti gerakan Warto menidurinya. Penis Warto yang sudah menegang maksimal sementara vagina Narti telah basah kuyup sejak sesekali tangan Warto menjamahnya, mudah bagi Warto memasukkan penisnya ke vagina Narti, hangat ia rasakan menjalar dibatang kelaminnya. Sejenak berhenti, kemudian maju dan mundur secara berirama Warto menggenjot Narti. Sementara Narti begitu menikmatinya, kain jarik menutup tubuhnya tadi sudah tak tahu entah kemana, nikmat sekali ia rasakan sodokan Warto dikelaminnya, terus...terus...terus...ahh..ahh, ia mendesah tak teratur.

Birahi yang dibangkitkan Warto melalui penis, kecupan pada bibir dan payudara serta usapan pada belakang telinga dan bisikan-bisikan mesra yang diucapkan Warto membuat Narti semakin mendekati puncak kenikmatan, ahh..ahh..ahhh..aku mau ssssaampaai..terusssss, makin tidak karuan ucapan Narti. Hingga akhirnya meledaklah birahi Narti diiringi dengan semakin maksimalnya hujaman-hujaman penis Warto yang juga akan sampai pada puncaknya. Ahhhhhhh ....bersamaan mereka mencapai hasrat birahinya, nafas kedua memacu tak karuan sementaram keringat mengucur dari kedua tubuh mereka, Warto masih menindih tubuh Narti, ketika ia sadar bahwa ia harus segera bekerja manarik gerobak sayurnya, sementara Narti juga tersadar bahwa ia harus segera kelapak dagangnya. Akhirnya waktu menghentikan pertempuran mereka sebelum keluar dari petakan Narti, Warto masih sembat mengecup bibir dan mengusap payudara Narti. Sementara Narti terseyum sambil memegang kedua payudaranya menyuguhkan kepada Warto seakan menantang.

Sejak kejadian itu mereka, beberapa kali kembali mengulanginya setiap ada kesempatan, kadang di petakan Narti, kadang ditempat Warto, bahkan mereka pernah melakukannya di rel kerata api dilakang pasar tengan tetap berpakaian.

Pernah suatu ketika hasrat Narti begitu menggebu, kebetulan pasar sudah mulai sepi karena sudah jam 1 dini hari, ia mengirim pesan pendek kepada Warto untuk segera menjumpainya ditempat ”biasa”.....

End

Sumber : DS banguntidur

Sunday, June 27, 2010

Mba Lina yang Sexy dan Hot…



Kisah ini adalah kisah nyataku berdasarkan chat by YM, ketika itu gak sengaja ada buzz dari seorang teman lama yang kayaknya bisa dibilang dia jarang-jarang online, ngajak ngobrol dari mulai tanya-tanya status, bisnis sampe ke hal yang DSer suka, yaitu seputar anatomi tubuh masing-masing. Tapi prinsip aku, dalam setiap hubungan harus safety dan saling menguntungkan. Sebut aja nama wanita cantik itu Lina, usia kurang lebih 40an lebih lah, katanya… tapi menurut aku dibilang usia 35 pun orang masih percaya deh… tinggi nya sekitar 160 cm dan berat badan yang proporsional membuat aku semakin penasaran pengen ketemu. Perlu beberapa hari kita chatting dan ngobrol sampai akhirnya dia bersedia ketemuan disalah satu café di bilangan Mampang-Kemang.

Tepat jam 16.00 pas cek out dari kantor aku langsung menuju café yang telah kita sepakati, yah… macet-macet dikit daerah mampang-kemang mah biasa atuh… hehehehe… nah singkat cerita, mba Lina dah datang duluan, hihihihihi… malu deh aku telat… akhirnya beneran, apa yang aku bayangin tuh gak salah. Pas Mba Lina nyapa, “doni yah?” Langsung aku jawab… “iya mba, aku doni”… oh gila… tau gak bro n sist apa yang aku bayangin? Wah… cihuy deh… tinggi sekitar 160an berat mungkin dibawah 50 kiloan, payudara kalo aku perkirain sih seukuran 36 B an, kulit putih, wajah campuran cina, sunda sama belanda.. wow, lo bayangin dah tuh betapa sexy nya dia… di café itu kita ngobrol-ngobrol, bisnis yang dia jalankan dan apa yang aku kerjakan… karena baru pertemuan pertama akhirnya kita buat janji untuk ketemu yang berikutnya… hehehe.. tapi sempet jalan sebentar hujan-hujanan juga sambil pegang-pegangan tangan, kebetulan ada hal yang diacari dan aku temenin…mobil dan supirnya ditinggal di halaman parkir….. wuihhhh.. halus tangannya bro.. mr. P aku sampe berdiri…
Beberapa hari kemudian kita chat lagi, aku ngajak mba Lina ketemuan lagi… kali ini tempatnya agak lebih private, yaitu di kamar hotel.. dikawasan kuningan, dan mba Lina meng iya kan.. whaaaaa… gayung bersambut nih, singkat cerita aku cek in duluan, masuk kamar hotel, dan mulai melamun….datang nggak ..datang nggak dia
Gak berapa lama, ya lumayan lama juga sih “ting tong” bell depan kamar yang aku sewa pun berbunyi, aku intip… wow, mba Lina dateng, tanpa ragu-ragu langsung aku bukain pintu… “ silakan masuk mba…” yang dibales dengan senyum manisnya yang bikin semua jantung cowo deg-degan…

Dengan baju sexy putih bercorak dan dada sedikit terbuka, serta rok anggun warna hitam membuat aku dan Mr.P aku gak konsen saat ngobrol dengan dia.. setelah bicara ngalor ngidul dan bicara segala macam.. lalu mba Lina manggil aku..
“ayo don, sini…” katanya.
“iya mba…” jawab aku sambil duduk disebelahnya, jantung aku berasa mau copot.. mata ini nolehnya ke dada mba Lina aja…. Hehehehe… biasa bos, laki-laki normal kan begitu..
Mba Lina bilang, “habis ini trus ngapain?”
Tanpa ada komando lagi langsung aja aku lumat bibirnya yang menurutku sexy itu … ughhhh… mmmuuuaacchh.. aaarrgggjjjhhh…. Tangan ku pun ikut menjelajah bagian belakang mba Lina… pantatnya yang sexy dan padat “ughhhh arrrrggghhh”… sambil bermain lidah kurang lebih 5 sampai 10 menit langsung tanpa disadari tinggal pakaian dalam kita aja yang melekat di tubuh kita..

Kubuka bra putih berenda yang dipakai mba Lina… ughhh seksi banget, dua gunung kembar yang menghiasi dadanya… tanpa fikir panjang lidahku langsung menjilati setiap inchi dari tubuh mba Lina… mulai bibir, leher, payudara, putingnya yang coklat pun langsung mengencang… arrrrggghhhh…. Terus.. kujilati sampai perut dan akhirnya berakhir di klirotis nya mba Lina… pelan-pelan kumainkan bagian itu.. setelah puas akhirnya gentian aku yang diserang balik mba Lina, dia menjilati seluruh bagian tubuhku sampai akhirnya posisi 69 lah yang terjadi… aku menjilati Miss V nya dan dia menjilati Mr P ku… tak berapa lama aku menyerah.. arrrrrgggghhhh cairan sperma ku pun meluncur nikmat, mba Lina hebat…
Selang 15 menit kita beristirahat akhirnya permainan dimulai lagi, kumasukkan penisku ke dalam vagina mba Lina… desahan kenikmatan dari mulutnya pun keluar…
“ugh.. ach.. aghhhh.. ughhhh… “gesek don gesek…” ughhh… arrrggghhh… uughhh plof.. ploff.. plof… bunyi hentakan penis ku ke vagina nya.. “cepet don mba mau dapet…” dan gak berapa lama… arrrrrgggggghhhhh…. Lenguhan mba Lina disertai menggelinjang tubuhnya dalam dekapan ku dan penisku terasa ada yang memompa, snut.. snut.. snut… aghhh…. Mba Lina menerima klimaksnya..

Setelah kita istirahat 5 menit, mba Lina langsung mengemut-emut penis ku lagi… terus aaaggghhh nikmat banget, sampe berasa kelangit ke tujuh… lalu berganti mba Lina diatas ku sambil berbisik, “kalau mau keluar bilang ya don…” aku yang udah enak cuma bisa mengangguk….
Selang 10 menit ada rasa senut-senut di ujung penisku, tanpa banyak gaya lagi langsung aku bisikkan ke telinga mba Lina.. “mba aku mau keluar…”
Dengan sigap mba Lina pun langsung mengulum penisku lagi sampai “aaaaarrrrggghhhhhh”””…… aku mencapai klimaks yang kedua kali… oh god.. rasanya terbang lagi… mba Lina pun langsung menelan habis sperma ku..
Akhirnya kita berpelukan sambil bersimbah peluh… “wow, pengalaman yang tak terlupakan bagiku..”
Karena kami berdua tidak punya banyak waktu, mba Lina pun mandi dan setelah berpakaian lengkap dia bergegas menuju sopir yang menunggunya.. aku pun mandi dan setelah itu cek out dari hotel tersebut…


Thanks mba Lina, pengalaman ini gak akan pernah terlupakan…

Saturday, June 26, 2010

Diving BJ (based from my true story)

cerita ini dimulai pada suatu pagi:
pagi pertama,
pagi itu, jam 5.30, seperti biasa nyokap bangunin gw buat sekolah melalaui interkom, karena posisi kamar gw ada di atas dan nyokap ga perlu cape2 naik ke atas buat bangunin gw. Dengan malas gw bangun, perlahan gw buka jendela dan menghirup udara pagi..
"ehmm segarnya pagi" perlahan tapi pasti gw keluar kamar dan menuju ke bawah untuk mandi.. namun saat gw menuju tangga, pandangan gw tertuju ke seorang gadis (sebelah rumah yg kebetulan tingkat juga tapi berupa tempat terbuka, untuk jemur pakaian) sedang menjemur pakaian, dengan posisi nungging karena mengambil pakaian basah dr ember.. terlihat jelas celana dalam serta belahan pantatnya, lekuk tubuh yg mulus, karena basah air yg membasahi rok yg dikenakan gadis itu.. tanpa dikomando, si 'dede' menyeruak jelas di celana pendek gw, karena gw biasa tidur dengan celana pendek tanpa kolor di dalamnya.. dan tanpa gw sadari kaki gw melangkah menghampiri gadis itu, hanya tembok setinggi dua bata pembatas antara rumah gw dengan rumah tetangga gw..
dengan pelan, karena masih pagi, gw sapa, "met pagi mba.." sambil mata mejelajahi lekuk belakang yg semakin jelas karena basahnya rok yg dikenakan.. sedikit kaget gadis perlahan membalikkan badannya.. "alamak!" umpat gw saat dia membalikkan badannya menghadap gw.. tubuh mungil putih dan nampak jelas belahan toge.. 36B kesukaan gw.. mata gw langsung terperangah saat terlihat jelas puting dan dada yg ranum dengan aliran keringat dr leher menuju dada itu dan kondisi baju itu basah sehingga membuat lebih jelas lagi puting yg ranum, belum lagi itu, mata juga menangkap lekuk pangkal paha yg mulus.. ehmm semua serba basah, ini mungkin karena akibat menyuci dengan cara manual pake tangan.. karena masih terperangah menyaksikan lekuk tubuh yg indah di pagi hari, tanpa gw sadari gadis itu tersenyum sambil menatap 'dede' gw yg menonjol jelas.. saat gw sadar situasi tersebut, buru2 aja gw tanya, "kamu sodara ibu Pat..?" sambil menggelengkan kepala, gadis itu bilang kalo dia adik dr pembantu di rumah bu Pat yg rencananya besok malam akan pulang kampung barengan..

selanjutnya gw memperkenalkan diri, dengan mata liar menjelajahi tiap inchi dr tubuhnya, dr atas trus ke bawah.. "Nur" jawab gadis itu pendek memperkenalkan diri.. namun mata gw masih belum bisa melepaskan pandangan pada tubuh mungil yg putih mulus itu, sangat jelas, belahan toge tanpa bra dengan baju agak basah, jelas terlihat warna kecoklatan dr puting dan tanpa gw sadari, tangan gw masih menjabat tangan gadis itu, tanpa bahasa, entah kenapa, seperti ada sesuatu yg aneh menjalari tubuh gw dan tanpa bahasa gw pegang lagi tangannya yg satu sambil perlahan mendekati dan kemudian mencium bibir mungil.. namun sebelum french kiss dimulai, nyokap dah teriak lagi dr bawah agar gw segera mandi dan berangkat sekolah.. dan terpaksalah gw tergesa2 meninggalkan gadis itu dengan senyuman yg indah, bagai matahari menyapa pagi.. ehmm, pagi yg indah..

pagi kedua,
karena aktifitas sekolah yg padat dan badan yg cape, gw tidur cepat semalam, dan terbangun lebih pagi seperti biasanya..
ehmmm jam 5.00 pagi.. tanpa dikomando gw buka jendela dan keluar kamar melakukan perenggangan dada dengan si 'dede' menonjol menarik celana pendek gw ke depan..
begitu gw menuju tangga, terdengar ucapan pelan.. "selamat pagi mas"
kaget juga gw, karena posisi gw masih setengah ngantuk, gadis itu menyapa gw dengan senyuman yg indah..
"pagi" gw balas menjawab.. sambil melangkah mantab menuju gadis itu..
"wualah..!" gumam gw dalam hati, tubuh itu jelas banget terlihat lekuk tubuhnya.. pagi ini, si Nur memakai baju berbeda, baju tidur dengan kancing yg merenggang karena tonjolan 36B tanpa bra yg menyeruak..dan tetap basah seperti kemarin..
sama seperti kemarin, perlahan tapi pasti kita mendekat berhadapan, tanpa bahasa, bibir gw menyentuh bibirnya yg ranum lembut, pelan gw cium bibir itu dan perlahan juga si Nur membalas kecupan gw..
kecupan yg mula2 lembut, perlahan2 mulai terlihat rakus seirama dengan detak jantung kita berdua.. gw hisap lidahnya sambil perlahan memeluk tubuh mungilnya.. dan dia pun membalas dengan menghisap lidah gw.. tanpa dikomando mulailah tangan gw meremas 36B yg sangat kenyal itu.. dan desahan pelan namun jelas di telinga, dia mulai mejalari tangannya ke arah bawah celana gw.. remasan yg begitu nikmat pada luar celana pendek gw, membuat gw mulai menjelajahi leher si Nur dengan lidah gw.. walau terasa sedikit asin namun gw ga menghentikan permainan lidah gw di sekitar lehernya dan sambil trus menjilati leher dan kupingnya, tangan gw juga mulai membuka kancing baju tidur si Nur satu persatu dan pada saat kancing terlepas semua, tersembullah ranum 36B, mulailah lidah gw menjelajahi ranum 36B itu, pelan dan pelan lidah gw menyapu dari leher menuju dada, berputar sebentar disekitaran dada, mulailah gw menjilat puting yg berwarna kecoklatan itu.. samar2 terdengar lenguh nafas dr si Nur.. "aahhhhhhh" sambil terus meremas penis gw..
setelah menjilat kedua gunung kembar yg sangat kenyal itu, mulailah gw hisap pelan2 puting 36B itu dan semakin ganas gw menghisap puting itu dan kepala si Nur pun mengadah ke atas sambil memejamkan matanya tanpa berhenti dan terus meremasi penis gw.. "ohhhhhh" lenguh nafas yg keluar dr bibir mungil dan secara tiba2 dia menciumi leher dan dada gw.. wah wah nikmat banget saat lidahnya mempermainkan puting gw.. melihat gw yg memejamkan mata, si Nur tanpa dikomando menurunkan celana gw sehingga jelas penis gw yg keras mengacung ke atas, tanpa dikomando juga dengan menikmati permainan lidah dia pada leher gw, gw mulai menyelipkan tangan gw di sela celana si Nur.. tapi tiba2 dia tersentak "jangan mas, aku lagi dapet.."
"damned...!" umpatku..
lidah si Nur terus menjilati setiap inchi leher dan dada gw dengan terus meremas penis gw.. gw pun ga tinggal diam, gw jilati lehernya.. dan kita pun semakin menggebu..
karena waktu yg terbatas karena harus mandi dan berangkat sekolah, gw pegang kepalanya untuk segera ke arah bawah, dan si Nur pun mengikuti apa yg gw mau.. sedikit pedih saat dia mulai mencumbui penis gw, karena bibir yg mulai mengering..
"kamu basahi dulu bibir kamu dengan lidah..."
dan dia pun melakukannya.. dan kembali ke arah bawah.. mengecup perlahan kepala penis gw dan pelan2 membuka mulutnya agar penis gw dapat melaju ke dalamnya.. pelan2 dia memundurkan mulutnya dan kemudian memajukannya kembali.. "ahhhhh" hanya kata itu yg terucap dr bibir gw.. tapi tiba2 dia mencabut bibirnya dr penis gw, trus bilang.. "aku ga biasa mas.. gmana neh..?"
"neh contohnya" ucap gw sambil mengambil jari telunjuknya untuk memberi contoh.. pelan2 mulut gw maju mundur di jari telunjuknya, sambil lidah bermain2 di dalamnya..
"seperti itu.." ujar gw setelah memberi contoh pada jari telunjuknya..
dan si Nur pun mulai jongkok dan perlahan2 mengulum penis gw.. perlahan2 bibir maju membenamkan penis gw ke dalam mulutnya dan perlahan2 mundur.. pada hentakan kedua, saat dia membenamkan penis gw di dalam mulutnya, lidah si Nur menari2 di dalam mulutnya dan terasa kenikmatan yg luar biasa pada kulit tipis penis gw pd saat menerima sentuhan dr lidahnya..
saat si Nur 'bekerja' pada penis gw, gw mulai berpikir gmana caranya supaya sperma gw ga berceceran.. akhirnya gw menemukan jalan..
setelah sekian waktu, gw hanya bisa memandang indah padat bokongnya tanpa bisa berbuat banyak, saat itu juga si Nur semakin hot menjilati dan mengulum penis gw, gw pun mulai merasakan senut2 pada penis gw.. "sudah waktunya.." gumam gw dalam hati..
begitu rasa desakan sperma ga bisa gw tahan lagi.. secara refleks gw melakukan 'DIVING BJ' yaitu.. jari tangan kiri gw menjepit hidung si Nur dan tangan kanan gw menekan kepalanya merapat ke arah selah pangkal paha gw dan membenamkan penis gw lebih dalam di dalam mulutnya.. dan..
"ahhhhhhh..." keluar banyak sperma dr penis gw dan gw lihat si Nur gelagapan karena hidungnya gw tekan/tutup pake jari dan tangan kanan menekan kepala.. dan si Nur gelagapan, dan mau tidak mau dia menelan seluruh sperma gw karena diving BJ yg gw lakukan.. begitu semprotan terakhir, gw lepas tangan gw dr si Nur.. tampak si Nur terhenyak dan diam.. lalu memandangi gw trus memeluk gw sambil melepas nafas panjang.. dan mencium pipi gw..
tanpa bahasa kita pun berbenah..

setelah dua pagi yg gw lalui bersama dia, sampai hari ini gw ga pernah ketemu lagi, karena semenjak dia kembali ke kampungnya bersama kakaknya, dia tidak pernah kembali lagi ke jakarta..

================================================== ===
diving BJ, istilah ini gw terinspirasi oleh gaya berenang anak2 kecil saat melompat untuk terjun ke kolam/sungai dengan menutup hidung mereka
================================================== ===

End

Sumber : DS bijiderman
Sungguh Puaskah Istri Anda ?