Setelah empat tahun menikah, akhirnya suamiku menikah lagi dengan perempuan lain. Akusetuju saja, karena memang aku tak mampumelahirkan seorang anakpun pada suamiku. Suami tetapmenyayangiku dan memperhatikanku. Dua kali seminggu, senin dan kamis, dia tetap tidur di rumahku. Bahkan rumah, villa, plus tiga buah ruko dan satu saloon, semua atas namaku. Dua minggu lalu, aku dibelikan duabuah ruko lagi.
AKu tetap sendirian di rumah. Pembantu, setiap pukul 17.30 dia kembali pulang ke rumahnya. Lagi pula apa yang kutakutkan. Pukul 08.00 sampai pukul 15.00 sampai pukul 22 dua satpam selalu siap menjaga rumahku. Demikian pada pukul 22.00 sampai pukul 08.00 pagi. Mereka jaga tiga kalipergantian setiap hari. Itu juga dibiayai oleh suamiku.
Minggu itu, aku memang istirahat. Biasa setiap minggu, aku luluran di rumah. Saat pelulurku pulang, saat itu adikku Rudi datang ke rumah. AKu selalu senang, jika dia datang. Selain mulutnya yang ceplas-ceplos, juga suasana rumah jadi rame.
"Ih... seksi sekali, membuat aku jadi nafsu nih..." celotehnya. Biasa dia begitu. Aku memang memakai daster mini, tipis dan tanpa bra serta celana dalam. Maklum baru luluran dan baru mandi keramas. Aku selalu menjawabnya dengan apa adanya saja, biar rame.
"Seksi dan cantik, kan?" jawabku.
"Yang jelas, aku jadi horney nih..." katanya. Aku mencibir. Usianya dua tahun di bawahku dan sudah punya seorang anak berusia 3 bulan.
"Salah sendiri, kenapa jadi horney," kataku pula.
Tiba-tiba Rudi sudah di depanku dan langsung memelukku dan mencium bibirku. Begitu buasnya dan sangat tak kusangka sama sekali.
"Tubuhmu harum sekali, mBak?" bisiknya. Bisikannya itu tiba-tiba membuatku malah jadi horney. Kubalas kecupannya yang nakal. Maksudnya, agar dia jera. Eh... malah dia semakin memelukku dan mempermainkan lidahnya dalam mulutku dan meremas buah dadaku dengan lembut. Direbahkannya aku di karpet dan dia melepas celanaya.
"Ruuddd..."
Belum sempat aku protes, Rudi adikku sudah berada di atas tubuhku dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Dia memompanya, membuat aku blingsatan. Mulanya aku diam saja, tapi lama kelamaan aku juga tak tahu malu dan membalasnya, sampai kami sama-sama orgasme. AKu mencium pipinya sebagai ucapan terima kasih dan dibalas dengan kecupan di keningku.
Usai membersihkan diri, kami naik ke lanai dua. Kami duduk di taman kolam renang mini di lantai dua. Kami bercerita tetantang anaknya yang sedang lucu-lucunya. Bercerita tentang usahaku yang semakin berkembang pesat dan bercerita apa saja, sampai kepada cerita politik yang sedang hangat menjelang pemilu dan ramenya tanda gambar menghiasi kota.
Sambil bercerita, Rudi terus memelukku dan mengelus-elus buah dadaku dengan lembut. Sesekali dikecupnya bibirku dan tengkukku. AKumengelus-elus kepalanya dan merangkul pingangnya. Tak sedikitpun kami membicarakan apa yang baru saja terjadi. Sampai Rudi menarikku ke pangkuannya. Kedua kakiku mengangkangi kedua kakinya yang merapat. Rudi mengeluarkan penisnya dan menurunkan celanaya sampai lutut. Ditariknya tubuhku ke bawah, sampai ujung penisnya menyentuh lubang vaginaku. Aku menekan tubuhku, sampai akhirnya semua penis adik kutertelan habis dalam lubangku. Rudi melepas dasterku ke atas dan dia juga melepas T-shirt nya. Kami berdua bertelanjang dada. Kami beepelukan tanpa kata sepatahpun. Sesekali Rudi menyelus-elus pungungku dan kublas dengan eluskan di rambutnya.
Dalam pelukan kami, dada kami sangat rapat. Aku merasakan degub jantung adikku Rudi. Pasti dia juga merasakan degup jantungku yang keras. Angin terus semilir menyapu-nyapu tubuh kami. Kami terus berdekapan dalam diam, tanpa kata.
Dan... aku merasakan semburan sperma adikku dalam rahimku saat dia memelukku kuat sekali. Aku membalas pelukannya dengan kuat pula, dan aku melepaskan kenimmatanku.
Kami telah orgasme. Tapi kami tidak melepas pelukan kami dan kamitidak mengeluarkan kata sepatah pun jua. Hanya bathin kamiyag berkata-kata. Lebih dari 20 menit selepas orgasme, kami terus berpelukan dan saling memberikan elusan, sebagai ucapan terima kasih kami masing-masing. Dan... aku merasakan ada denyut kembang-kempis dalam rahimku. Aku yakin pens Rudi telah bangkit lagi. Kami saling mengelus lagi dan sesekali mengecup leher dengan lembut. Setelah saling peluk dengan kuat, kami merasakan kekejangan pad atubuh kami masing-masing dan kembali kami orgasme untuk kedua kalinya.
Terasa olehku, penis Rudi terlepas dari lubang vaginaku. AKuturun dari pangkuannya. Rudi tersenyum padaku. Dia pergi ke tepi kolam membersihkan penisnya, kemudian pipis di tepi kolam dan memakai kembali celananya. Kami duduk kembali di tempat semula dan bercerita tentang pekerjaan Rudi di kantor konsultan arsitekturnya. Tak lama, Rudi pamit pulang dan aku mengantarnya sampai ke pintu rumah. Saat keluar pintu, Rudi kembali mengecup bibirku dengan lembut dan senyumnya. Aku membalas senyumnya pula.
Empat hari, sudah berlalu. Tiba-tiba aku meneria SMS darinya. "Siapkan SUsu Coklat dan taman kolam renang. Aku sgr ksana!"
Oh... rinduku pada adikku. kubalas segera SMS-nya:"Semua sdh siap. dtnglh."
Benar, setengah jam kemudian Rudi sudah hadir dan langsung naik ke lantai atas ke tepi kolam. Tanpa lihat sana-sini, dia melepas semua pakaiannya. Aku mengikutinya. Kami berpelukan dan saling memagut bibir dan mempermainkan lidah kami. Rudi mengisap tetekku dan meraba-raba vaginaku yang cepat basah. Dia bawa aku ke kursi di sudut taman. Duduk di sana. Di tarikntya tubuhku. Kedua telapak kakiku menghinjak ubin dan aku berada di pangkuan Rudi. Kutuntun penisnya memasuki liangku sampai amblas habis. Setelah yakin penisnya amblas, kami berpelukan tanpa gerak yang berarti, kecuali saling mengelus dan mengecup lembut. Tanpa suara tanpa goyangan. Sampai kami saling berangkulan dengan kuat dan melepaskan kenimmatan kami. Begitulah setiap kami melakukan persetubuhan. Tidak ada gaya macam-macam, kecuali diam dan berpelukan, karean sebenarnya yang bersetubuh bukan tubuh kami, tapi bathin kami.
"Rud. Dlm perutku ada anakku, keponakanmu," kukirim SMs padanya setelah planotes ke dokter.
"Jg anakku. Dia keponakanmu," jawabnya. Aku tersenyum. Kini kami telah memiliki tiga orang anak. Aku yakin betul itu adalah anaku dengan Rudi adikku, bukan dengan suamiku. Suamiku semakin sayang padaku, karena dia mengira itu adalah naknya. Rudi juga sudah memiliki tiga orang anak dari siterinya.
Bathin lebih membutuhkan yang tulus, ketimbang tubuh.
No comments:
Post a Comment