Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, December 1, 2009

Adikku Lisa

Aku tak tahu, bagaimana haryusmemulai menceritakannya. Aku anak tertua dari lima bersaudara. Adikku yag ke lima beda usia kami sangat ajuh, berkisar 6 tahun. Saat aku sudah kelas 3 SMA adikku Lisa baru berusia 11 tahun. Dia memang anak yang sangat manja kepadaku. Lisa memang tak sempat mengenal ayah kami, karean ayah kami meningal dunia, ketika berada dalam kandungan ibu. Dari dua kakak laki-lakinya, aku tempat lisa selalu mengadeu. Menyelesaikan PR dan banyak hal. Semua tahu itu. Lisa juga sering datang ke tempat tidurku. Bagitu aku terbangun pagi, Lisa suadh berada satu selimut denganku. Dan aku selalu memeluknya, jika Lisa kedinginan.



Malam itu, Lisa datang lagi ke tempat tidurku. Dia memelukku, seperti biasanya. Aku juga memeluknya. Karean panas, malam itu, aku hanya memakai celana dalam saja lalu dilapisi selimut tipis. Saat Aku memeluk Lisa, pahaku dan paha Lisa beradu. Dan... tiba-tiba libidoku naik. Segera kukunci pintu dan kembali memeluk Lisa. Gesekan paha kami, membuatku tak menentu. Perlahan kulepaskan celana dalam Lisa. Anehnya Lisa menurut saja. Kuselipkan kontolku di sela-sela pangkal pahanya, hingga panggal pahanya menjepit kontolku. Kubiarkan kontolku yang mengeras dijepit disana. Tepatnya, aku merasakan jepitan itu persis mengenai kemaluannya. Kami berpelukan. Sampai akhirnya, aku memeluknya kuat dan melepaskan spermaku.

"Kak ada apa? Kok licin-licin?" tanya Lisa. Aku diam saja dan kuambuil celana dalamku serta melapnya. Kupakai celana dalamku yang baru setelah mencucinya di kamar mandi. Kami pun tidur sampai pagi. Malam berikutnya, Lisa berbisik padaku. Nanti malam aku tidur sama kakak lagi ya, kayak tadei malam. Aku mengangguk. Selesai PRku dan PR LIsa kami naik ke lantai atas dan tidur, setelah Lisa permisi pada ibuku. Aku memang sendirian di kamar sempit di atas.
Malam ini aku sengaja pakai kimono tanpa pakaian dalam. Perlahan kukecup bibir Lisa yang mungil. Lisa diam saja. Setelah beberapa kali kukecup dan kuisap lidahnya, kubisikkan pda Lisa agar gantian. Lisa mengikutinya. Aku mulai mengarahkan tangan Lisa ke kontolku. Lisa meraba-rabanya.





"Seperti yang tadi malam kak?" katanya.
"Nanti. Kakak akan buat Lisa benar-benar enak," kataku. Kusuruh Lisa mencuci memeknya dengan sambun sebersih-bersihnya. Lisa melakukannya. Aroma sabun wangi, masih terasa. Kuminta Lisa rebah dan aku mulai menjilati memeknya yang belum berbulu itu. Lisa diam saja. Lama kelamaan, Lisa mulai menggoyang-goyang pantatnya. Dia mulai mengeliat-geliat. tubuhnya seperti gelisah. Aku meneruskan menjilatinya. Sampai akhirnya Lisa mendesah dan menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dengan kuat. Lalu tak tak lama perlahan di melepasnya. Aku marasakan nafasnya terengah-engah. Aku tersenyum dan membelai rambutnya. Aku berikan dia minum air putih.


"Enak? bisikku. LIsa mengangguk, lalu menutup matanya, malu. Aku kembali tidur di sisinya dan kami tidur berselimut. Tak lama Lisa kembali memelukku. Aku balas memeluknya. Setelah satu jam, Lisa berbisik ke telingaku.
"Kak... Lisa mau lagi dong..." katanya.
"Nantilagi ya. Kakak udah ngantuk," kataku. Lisa merajuk.
"Ayo dong kak. Lisa mau lagi..." katanya. Agar dia diam, kucipok bibirnya dan mengisap-isap lidahnya.

"Kamu isap-dan jilat titik kakak, ya" kataku. Lisa menggeleng. Aku ajari dia bagaiana caranya menjilati penisku. AKhirnya setelah kubujuk rayu, Lisa akhirnya mau juga. Sampai akhirnya aku melepaskan spermaku di dalam mulutnya. Kami pun tertidur pulas.

Setelah peristiwa itu, aku dan Lisa selalu melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan tiadak ada yang mencurigai, karean antara aku dan Lisa memang sudah lama selalu tidur sama, kapan saja Lisa mau. Kemudian aku tergoda melihat buah dadanya yang mulai menonjol, walau dia belum memakai BH. Sampai akhirnya Mama membawa adik-adikku ke rumah nenek dan Lisa tidak mau ikut, karean aku tidak ikut. Akhirnya kami tinggal bedua di rumah. Pukul 10 mama adeikku pergi. Saat itu, aku langsung mengajak Lisa ke lantai atas.
"Tiodak ada siapa-siapa, kita telanjang yuk..." kataku. Lisa setuju dan langsung melepas pakaiannya sampai telanjang. Aku juga. Kulihat buah dadanya muali muncul. Pentilnya sebesar kacang ijo. Kami mandi ke kamar mandi. Mandi bersama sebersih-besihnya.
Di kamar, aku duduk di kursi kecil. Kusuruh Lisa menaikiku. Au memeluknya sembari menjilati lehernya, teteknya dan terakhir mengelus-elusnya. Lisa terus menutup matanya.

Kedua tangannya hanya memeluk leherku saja. Tak ada reaksi apa-apa dari dirinya. Terlihat seperti pasrah saja. Aku terus menjilatinya. Apa saja yang dapat kujilat. Sampai akhirnya, Aku mendengar Lisa mendesah-desah.
"Kakak masukin titik kakak ke memek kamu ya," kataku. Lisa mengangguk.
"Tapi sedikit sakit. Gak apa-apa ya," kataku pula. LIsa kembali mengangguk.
Kubaringkan Lisa di lantai. Kukangkangkan kedau kakinya dan kuarahkan kontolku ke lubang memeknya. Lyubang yang begitu sempit. AKu sendiri sebenarnya tak yakin, apakah kontolku bisa masuk ke lubang yang sempit itu. Perlahan aku menekannya. Lisa meringis. AKu terus menekan dan menekan. Sampai kepala kontolku sudah berada di dalam.
"Kak... pelan. Sakiiit," katanya. Aku berhenti sejenak. Aku kembali menjilati leher Lisa dan mengecup bibirnya serta menjilati pentil teteknya yang sangat kecil itu. Lalu secara tiba-tiba kutusukkan kontilku makin ke dalam.
"Aduuuhhh...!!!" jerit Lisa. Aku memberhentikannya.
"Kak sakit..." katanya. Kudiamkan sejenak kontolku dan membiarkannnya disana. Kupeluk tubuhnya dan spermaku pun kulepas di sana. Sampai kontolku mengecil. Saat kontolku lepas dari memek Lisa, aku melihat ada darah meleleh sedikit. Lisa menangis menahan perih. AKu memeluknya.
"Besok juga sudah sembuh. Tapi tak boleh ngomong sama siapapun. nanti kita tak diperbolehkan bersama lagi," kataku. Lisa mengangguk di sela-sela tangsinya. Aku mengajaknya ke kamar mandi dan mencucinya. Tak lama, lelehan darah berhenti.
Besok pagi, Lisa meringis. Untung mama dan adikku belum pulang dari kampung, karean banjir, tak bisa pulang. Akhirnya mama dan adikku tiga hari di kampung nenek. Lisa sudah mulai tenanag dan rasa sakitnya sudah jauh berkurang.
Tiga minggu kami tidak melakukannya, kecuali berciuman dan Lisa menjilati kontolku. Persis pada mingu ke empat, kembali aku menjlati memek Lisa sampai lis amengelinjang. Kuarahkan kontiolku ke dalam memeknya. Dengan mudah kepala kontolku sudah memasukinya. Perlahan kutekan dan kutekan. JIka dia merasa sakit, aku cukupkan. Menurut perhitunganku, sudah lebih setengah kontolku menghilang di lubang Lisa. Setiap minggu aku menambah ke dalaman tusukanku, sampai pada bulan ke dua, semua kontolku sudah bisa terbenam seluruhnya ke dalam lubang Lisa. Lisa pun sudah mulai dapat menimmati tusukanku. Smpai akhirnya, Lisa merasa perutnya mulas dan mengeluarkan darah. AKu takut setengah mati. Ternyata Lisa, mengalami haid pertamanya. Aku senang sekali mendengarnya.
Menurut pelajaran biologi, jika perempuan yang swudah haid, dia sudah siap hamil. AKu tak boleh lagi sembarangan. Lisa juga tak boleh lagi tidur denganku. AKu pun menyiapkan kondom setiap saaat. Jika aku sudah horny, aku mengirimkan SMS kepadanya, walau kami satu rumah. Aku minta agar dia mengendap segera ke kamarku tengah malam. SMS ku dibalasnya.
Dadaku bergetar menunggu ke datangannya. Aku mendengar ketuka kecil di pintu. Aku segera membuka dan kuseret Lisa ke dalam. Lisa tak memakai celana dalam. Aku langsung menyetubuhinya, setelah kondom terpasang dengan rapi. Kami sama-sama memberikan respons yang terbaik. Kami sadar, waktu kami sangat tergesa. Hal itu selalu kami lakukan.

Lisa duduk di SMP kelas 1. DFia satu yayasan denganku, hingga jika ke sekolah aku memboncengnya dan aku masuk ke kampusku D3 akuntansi. Aku selalu menungunya pulang sekolah. Setiap ada kesempatan, kami selalu melakukannya. Mama yang berjualan di pasar dibantu oleh adik-adikku. Hingga aku dan Lisa selalu berada di rumah dan membuka warung kecil kami.
Aku pun menikah dan Lisa sudah pula menikah. Anakku sudah sekolah kelas 3 dan kelas 1 SD, sedang Lisa punya anak. Sampai akhirnya Lisa memiliki anak. Kami yakin, anak itu adalah anak kami berdua. Bukan anak Lisa dengan suaminya.

Kini anakku dan anak Lisa sudah dua orang. Kami yakin sekali kedau anak itu, adalah anak kami.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?