***
Selepas tamat SMK (STM), Rudi bekerja di sebuah bengkel mobil. Ibunya tetap bersawah tak jauh dari rumah mereka. Setiap kali Rudi pulang kerja, ibunya selalu melayninya dengan baik. Mereka makan bersama dan bercengkrama. Walau usia ibunya sudah 39 tahun, Rudi tetap melihatnya seperti bidadari. Sudah sering sekali Rudi membayangkan menyetubuhi ibunya, setelah empat tahun lalu ayahnya meninggal dunia.
"Bu... aku ingin tidur dengan ibu malam ini. Aku rindu sekali rasanya. Aku tak mengerti kenapa aku begitu rindu pada ibu, padahal kita setiap hari bersama."
"Ya sudah. Tidur saja dengan ibu," kata ibunya. Malam itu, di kasur yang tak berapa luas, Rudi merebahkan tubuhnya tidur di sisi ibunya. Rudi mencium pipi ibunya dan memeluknya. Sama seperti ibunya, Rudi hanya meakai kain sarung, tanpa celana dalam. Otaknya mulai berpikiran aneh, ingin menyetubuhi ibunya mala itu.
Rudi meraba tetek ibunya yang juga tanpa bra di balik kebaya udang dan longgar.
"Kamu kenapa Rud?" tanya ibunya.
"Aku ingin menetek bu. Ingin sekali?"
"Kamu sudah dewasa. Sudah 19 tahun, kok masih ingin menetek. Gila apa?"
"Entah bu. Aku ingin sekali," lalu Rudi meneteki tetek ibunya dengan sigap. Ibunya diam saja.
"Udah gak ada airnya Rud. Lagi pula, kenapa sih mau netek?"
Rudi diam tak menjawab. Diteruskannya meneteki tetek ibunya. Tangannya mulai meremas tetek yang satunya lagi. Rudi merasakan debaran jantung ibunya. Rudi pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat Rudi menelusupkan tanganya dari balik sarung ibunya. Heh... tangan Rudi sudah mengelus rambut vagina ibunya.
"Rud... kenapa begini?" Ibunya berusaha menarik tangan Rudi. Rudi bersikeras dan terus menetek pinjdah dari ke tetek satunya lagi.
"Rudi... jangan nak," ibunya merusaha melepaskan tangan Rudi yang sebuah jarinya sudah menyelusuk ke lubang vaginanya.
"Aku ingin menyetubuhi ibu,."kata Rudi.
"Apa? Kamu sudah gila, apa?" Ibunya memprotes.
"Aku waras bu. Aku ingin sekali. Ingin sekali bu..."
Dengan cepat Rudi melepaskan kain sarungnya dan mempelorotkan kain sarung ibunya.
"Rud... jangan. Tak boleh," protes ibunya yangberusaha keras melepaskan tangan Rudi dari lubang vaginanya. Rudi juga bersikeras memasukkan tubunnya ke selangkangan ibunya. Dengan gerak cepat, Rudi sudah menindih tubuh ibunya. Dengan cepat Rudi memasukkan kontolnya ke lubang ibunya, dimana dari sana dia pernah dilahirkan. Ibunya berupaya keras menolak tubuh Rudi dari atas tubuhnya. Sayang, kontol Rudi begitu cepat menghilang dio dalam lubnag vagina ibunya.
"Rud... kenapa begini, Rud?"
"Gak apa-apa bu. Aku ingin menyetubuhi ibu."
"Tapi ini tak boleh Rud."
"Nyatanya sudah boleh kok bu." Rudi terus memompa kontolnya. Vagina ibunya sudah mulai licin, memudahkan bagi Rudi terus memompanya. Ibunya sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Rudi mendapat angin. Sesekali, ibunya diaketahuinya merespons perlakuannya, walau ibunya tetap mengatakan jangan.
"Aku ingin punya anak bu. Aku ingin jadi ayah."
"Nanti kita malu Rud. Jangan nak. Jangan lepaskan di dalam. Jangan," ibunya mengingatkan.
"Tidak bu. AKu ingin punya anak," katanya terus memompa.
"Kamu boleh punya anak dari perempuan lain, Rud" Kali ini Rudi tak mau menjawab dia terus memompa ibunya dan menciuminya, menjilati leher ibunya, seperti yang dia tonton di VCD porno. Kini Rudi merasakan goyangan ibunya perlahan-lahan, walau tak berani terang-terangan. Tertumpahlah sperma Rudi dalam rahim ibunya. Paginya, saat adzan subuh, Rudi menyetubuhi ibunya lagi, ketika ibunya masih tertidur. Ibunya terbangun saat goyangan Rudi semakin keras dan cepat.
Sejak saat itu, Rudi tak mau lagi tidur sendirian di kamarnya dan ibunya juga pasrah. Persetubuhan demi persetubuhan terus terjadi, walau ibunya selalu mengatakan jangan. Akhirnya ibu Rudi hamil. Ibunya pusing memikirkannya. Tapi Rudi tetap senyum. Sampai akhirnya, Rudi memperlihatkan semua surat-surat pernikahan yang dipalsukan sudah siap. Mereka pergi ke tempat lain yang jauh adri kampung halamannya. Di sebuah desa, mereka menikah dengan surat-surat palsu itu. Ibunya hanya diam saja. Semua pertanyaan kadhi nikah, Rudi yang menjawabnya. Mereka kembali lagi ke kampung halamannya setelahpernikahan selesai. Rudi berusaha menjualkan semua peninggalan ayahnya, sawah, rumah dan sebidang tanah lainnya. Setelah mendapatkan informasi yang akurat, Rudi mengajak ibunya yang sudah menjadi isterinya, pindah ke pulau lain. Mereka membeli sebidang tanah tak jauh dari areal transmigrasi. Tanah lima hektar dan membangun rumah kecil dengan halaman yang luas. Sebuah mobil pic up setengah pakai yang mesinnya ditata sebaik mungkin membuat usaha jual beli hasil bumi, semakin lancar.

***
Itulah kisah Rudi dan ibunya yang juga isterinya. Mereka sangat berbahagia kini dan sudah tingal di sebuah kota kecil belasan kilometer dari kawasan areal transmigrasi di pulau besar itu.
No comments:
Post a Comment