Wednesday, December 2, 2009
Cucu Nek Julia
Mau kan menolong apa yang aku mintakan?
Begitu Nek Julia mengatakan kepadaku. Kami duduk di dekat pembibitan rotan yang ada di pinggiran desa dekat sebuah sungai yang mengalirkan air jernih dan bening. AKu baru sja mengambil air itu dan memasaknya sampai mendidih dan membuat kopi.
"Tapi nek?"
"Jangan takut. AKu sudah mengatakan kepda cucuku. Dia butuh dan tolonglah dia," kata Nek Julia tegas. Bukan sebuah permohonan, tapi seperti sebuah perintah. AKu merenung.
Nek Julia berdiri.
"Sebentar lagi aku bawa di kemari dan aku akan menjaga menjaga kamu berdua," katanya. Lalu dia pergi meninggalkan aku.
Magda. Demikian nama Cucu Nek Julia. Seorang janda tanpa anak. Dia menikah dua tahun lalu. Ketika di menikah usianya 12 tahun. Biasa bagi masyarakat pedalaman menikah dalam usia semuda itu. Kini usianya hampir 15 tahun, belum punya anak. Magda selalu gelisah. Menurut Nek Julia dia membutuhkan kasih sayang, terutama seks.
Nek Julia, ingin membahagiakan cucunya itu. Untuk itu, dia meminjamkan aku untuk Magda, agar aku dapat menyetubuhinya, karean Magda membutuhkannya. Kata Nek JUlia tidak perlu takut hamil. Nanti Nek Julia akan mebuat obat, agar tak hamil.
Aku mengenal Magda seorang yang rajin. Dia baru 10 hari kembali di desa itu, datang dari desa Kayan. Suaminya mati diterkam Beruang hutan yang besar, ketika suami Magda tertidur kelelahan di tengah hutan.
Di balai itu Pembibitan itu, aku sendirian. Dua staf bawahanku sedang pergi ke kota membeli kebutuhan kami bertiga selama satu mingu naik perahu.
Nek Julia dan Magda datang. Aku melihat Magda malu-malu berjalan. Rambutnya masih basah. Baru mandi bersih dan aroma sabun masih tersisa di tubuhnya. AKu tersenyum kepad Magda. Magda membalas senyumku malu-malu. Wajahnya hanya tertunduk menatapi tanah.
"Sudah bawa ke dalam," perintah Nek Julia. Aku membimbing Magda ke dalam ruang balai. Di dalam ruang balai, di kamar kerjaku, aku membentangkan tikar. AKu memeluk Magda dan menciumi bibirnya. Ternyata Magda tidak terbiasa diciumi bibirnya, Aku mengajarinya. bagaimana berciuman. Aku membuka pakaiannya dan melihat teteknya yang putih, masih kecil. Tetek itu belum diispa oleh bayi. Mungkin oleh suaminya sendiri, bisik hatiku.
Kulepas satu-persatu pakaiannya, hingga Magda telanjang bulat dan malu-malu. Aku meelepaskan pakaianku. AKu melihat bulu-bulu yang tumbuh di sekitar memeknya, masih belum lebat. Usianya baru 14 tahun lebih.
Begitu dia melihat kemaluanku, Magda langsung merabanya dan menciumi kemaluanku. Dia pegang-pegang kemaluanku. Ketika kuminta di amenghisap, Magda menggeleng. Dia belum biasa pikirku. Nanti aku akan melaporkannya kepada neneknya, agar neneknya mengajarinya.
Kutelentangkan tubuh Magda di lantai. Aku menciuminya. Menjilati teteknya dan menjilati memeknya. Magda langsung emminta agar aku memasukkan kemaluanku ke memeknya. Magda ternyata tak biasa melakukan pemanasan. Dia mungkin diperlakukan suaminya, langsung menyetubuhinya, tanpa raba-raba dan cium-ciuman lebigh dulu. Sangat konvensional sekali.
Untuk memenuhi keinginanya, aku langsung mengangkangkan kedua pahanya. Kuarahkan kemaluanku yang sudah menegang. Kuteka perlahan memasuki kemaluannya. Aku tak yakin, Magda akan mampu menerima kemaluanku ang begini besar, sementara dia masih kecil walau sudah menikah. Nek Julia yang membesafrkan kemaluanku dengan ramuan dan manteranya. (Baca ceritaku berjudul Nek Julia).
Walau memeknya sudah basah, tarasa sulit bagiku memasukkan kemaluanku ke dalam memeknya itu. Perlahan aku menekannya dan terus menekannya. Magda sedikit mendesah.
"Sakit," katanya.
"Sabar...nanti juga enak," kataku dan terus menusukkan kemaluanku.
Aku menakan terus kemaluanku. Sudah setngah yang masuk dan Magda mendesah kuat. Tiba-tiba terdengar suara Nek Julia dari luar.
"Tahan sebentar..." katanya. Rupanya desahan kuat Magda terdengar sampai ke luar dinding balai. Aku terus menusuknya sampai semua kemaluanku masuk. Kemaluanku kandas ke dalam rahimnya, karea terlalu panjang. Kutahan sebentar, sampai Magda kembali normal nafasnya. Ada dua menit lebih aku menahannya.
"Masih sakit?" tanyaku. Magda tak menjawab. Dia memejamkan matanya dan mengigit bibirnya yang sebelah bawah. Aku menarik pelan-pelan kemaluanku . pelahan sekali. Lalu perlahan pula aku menusuknya. Begitu seterusnya.
Aku merasa Magda sudah mulai membalas tusuk-tarikku di memeknya. Dia sudah mulai mendesah-desah kenikmatan.
"Kita berhentai saja?" tanyaku nakal..
"Tidak. Teruskan," desahnya, Aku tersenyu puas. Berarti dia sudah tak merasakan sakit lagi. Aku mulai memompanya, emnusuk dan menarik kemaluanku di dalam memeknya yang sempit itu. Kalau begini, aku pasti suka, batinku. Tapi dari memek Magda tidak ada remasan, seperti memek Nek Julia. Hal ini harus aku catat dan akan ceritakan padanya, agar dia mengajari cucunya yang membutuhkan kenikmatan itu.
Magda mulai memelukku erat. Dia mengigit leherku dan menjepitkan kedua kakinya di punggungku. Aku terus memompanya. Kukocok terus kemaluanku dengan lebih cepat. Semakin cepat aku mengocok kemaluanku, semakin pula magda memelukku dan mengigit leherku dan pundakku.
Aku membalas tubuhnya yang mungil kecil itu. Akau merasakan lelehan lendir memenuhi memeknya dan kemaluanku semakin licin.
"Ahhh....ahhh....aahhh..." katanya mendesah-desah. Pelukannya tidak sekuat tadi lagi. Aku mempercepat kocokanku sampai akhirnya aku juga menghamburkan spermaku beberapa kali.
"Udah dulu untuk kali ini," kata Nek Julia dari luar. Rupanya Nek JUlia tahu, kalau kami sudah sama-sama orgasme. Luar biasa pengetahua supranaturalnya, batinku. Itu pertanda aku tak bisa mainh-main pada Nek Julia.
Kami mengemasi pakaian kami dan Magda keluar dari kamar kerjaku dengan senyum da tertunduk melangkah ke luar. Berdua Magda dan Nek Julia meningalkan balai benih itu.
"Jangan segan-segan, kapan saja Magda menginginkannya," kata Nek Julia seperti memberi perintah lagi. AKu menganggukkan kepalaku.
"Tapi aku lebih suka nenek," kataku sembari menjelaskan, kalau julia belum bisa mengisap kemaluanku dan memeknya belum bisa meremas-remas kemaluanku seperti memek Nek Julia. Nek Julia tersenyum.
"Aku akan mengajarinya," katanya. Lalau Nek Julia membuat Jadwal. Setiap senin dan Kami, adalah bagian Magda, selebihnya bagian Nek Julia. Gila! Mereka yang menentukan kemana kemaluanku harus kuberikan.
Dua tahun kemudian aku menikahi cucu nek Julia bernama Maria yang berusia 18 tahun baru taman SMU. Aku sudah pindah ke kabupaten Sanggau dan bekerja di sana sebagai kepala bagian penyuluhan.
Kalau pesan Nek Julia datang dan meminta aku datang ke desa, pasti dia membutuhkan kemaluanku. Aku berpura-pura membawa tembakau dan garam serta ikan asin semampuku dan biasanya mereka sangat bahagia atas oleh-olehku itu.
Labels:
Daun Muda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment