Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Thursday, December 3, 2009

Bermain Ombak

Dikampung kami yang jauh dipelosok hutan kalimantan tidak ada sekolah sederajat SMU, jadi aku terpaksa bersekolah di kota kecamatan, kalau sudah liburan baru pulang kampung.
Biasanya musim liburan bertepatan dengan 'musim banjir,' didaerah kami, jadi jika musim banjir maka kegiatan sehari-sehari kami dikampung lebih banyak berada didalam perahu.






Aku senang sekali kalau banjir, karena bisa bermain perahu mengenang masa kecilku.
Seperti biasanya tugasku dikampung yaitu mencari ikan dan kayu bakar.
Karena itu begitu habis sarapan pagi aku siap-siap pergi mancing.
Namun ketika aku membereskan perahu tak sengaja aku melihat ibuku sedang mandi, betapa mulus, seksi dan cantiknya.
"Mak!" aku coba ngagetin dia, "kita pergi mancing yuk mak" aku bersikap manja.
"Tugas mamak di rumah, kamu yang pergi mancing" ibuku menjawab.
"Yuk, mak, kalau berdua kan dapatnya banyak dan cepat, ya kan Mak, nanti aku bantu juga pekerjaan mamak dirumah pulang mancing."
"Iyalah!" ibu dengan gaya terpaksa.
Aku langsung melonjat, "hore...mancing!"
Setelah ibu selesai mandi dan dandan ala kampung, kami berduapun mulai mengayuh perahu kecil yang cuma muat dua orang menuju kedalam hutan.
Berlomba-lomba dengan beberapa perahu lainnya.
Ibu mengajak mancing ditempat yang rame dimana banyak pemancing lain, karena dianggap banyak ikannya, namun aku coba berbohong pada ibu bahwa aku tau tempat lain lebih banyak ikannya.
Ibupun mengalah sehingga kami duapun mengayuh perahu kepelosok hutan.
Entah kenapa ditempat yang aku karang-karang itu ternyata ada banyak ikannya juga sehingga kami langsung sibuk memancing.
Sepertinya aku kesulitan menemukan kesempatan, namun sudah tidak tahan aku mendekat ke ibu yang duduk di bagian depan perahu.
"Pah...pak!" ibu berteriak karena perahu oleng dikit, "jangan kesini, karam kita nanti!" ibu menjelas.
"Makanya mamak ketengah sini, biar kita sama-sama duduk ditengah biar perahu seimbang," aku membalas.
Ibu pun dengan terpaksa mundur untuk duduk didekatku ditengah perahu."Tuh, imbangkan?" aku membuktikan.
Ibu duduk membelakangiku, dan dia terus memancing.
Aku menaruh pancingku dibelakang perahu.
Lalu membukakan kakiku sehingga memeluk ibuku dengan kakiku.

"Apa-apaan ini" ibu kaget.
"Terus aja mancing mak!" aku berkilah.
Kemudian tanganku lagi memeluk dari belakang.
"Pah, apa maksud kamu?" ibu tiba-tiba meraih dayung.
Aku langsung kaget, "mamak mau pukul aku dengan dayung, ya?"
Ibu diam saja dan dengan sekuat tenaga dia mendayung kearah pulang.
Aku terus mempererat pelukan, mencium leher, telinga, tanpa peduli kemana arah perahu.
Entah kenapa beberapa menit kemudian ibu berhenti mendayung, dia terdiam.
Aku terus memeluk dan membukakan bajunya mengikuti alur film porno yang pernah aku tonton.
Sepertinya aku berhasil, ibu membiarkan aku bereaksi.
Aku mencium tubuhnya yang mulus, putih dan kencang.
Untung aku tersadar kalau perahu hanyut mengikuti aliran air, sehingga aku melepas tubuh yang bugil yang terdiam membisu, dan aku mulai mengayuh kembali kehutan yang sunyi.
Sepanjang aku mendayung ibu terdiam menundukkan kepalanya.
Setelah sampai ketempat yang ku anggap aman akupun mulai lagi mengekplore tubuh ibu.
Aku memijit payudaranya, setelah aku minta ibu bergaya doggy supaya aku bisa menjilat pukinya.
Ibu mulai menikmati, akhirnya aku memasukkan penisku kepuki yang basah dengan gaya doggy.
BETAPA INDAHNYA OMBAK BERIRAMA MENGIKUTI GOYANGAN PERAHU DAN BETAPA NIKMATNYA AKU MENGATUR IRAMA OMBAK TERSEBUT.
Akupun ingin berganti gaya, sehingga aku minta ibu berbaring terlentang, aku tekukkan kakinya dan mulai bermain lagi dengan ombak.
Waktu kecil aku suka bermain ombak dengan perahu namun ini ombaknya sangat nikmat, ibupun nampaknya bisa menyadari bahwa ombak itu telah membawa kenikmatan tersendiri.
Karena hari-hari berikutnya ibu selalu bersemangat jika aku mengajak mancing.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?