Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, December 1, 2009

Anal Ibu Mertua

Aku tidak mengerti, kenapa ibu mertuaku lama benar di dalam kamar mandi. Suara air tidak ada terdengar. Aku iseng mengintipnya dari kisi-kisi kecil. Duh... ibu mertuaku melakukan sesuatu. Di pinggir bak mandi aku melihat ada baby oil. Tutpnya terbuka. Lalu ibu mertuaku memasukkan terong ke dalam duburnya. Sejak kematian ayah mertuaku tiga bulan lalu, ibu mertuaku keliohatan suka berias diri dan bergenit ria. Aku biarkan saja, karena aku mendengar pintu dibuka dan isteriku memasuki rumah.

Sejak kematian ayahmertuaku, ibu mertuaku memang tinggal di rumah kami.Rumahnya yang besar, lima kamar, dia konrakkan kepada pekerja asing. Usianya berkisar 39 tahun. Anak pertamanya abang iparku, sudah menikah juga dan tingal Kalimantan. Istriku berusia 21 tahun dan kami sama-sama tinggal satu kota dengan ibumertuaku.

Pagi-pagi sekali, isteriku sudah pergi ke kantor. Aku hari ini akan kekantor siang hari. AKu bangu terlambat dan ibu mertuaku membanguni aku agar cepat mandi, sarapan sudah dia sediakan. Aku terbangun dan mandi. Aku lihat ibu sudah rapi dan cantik dengan daster tipis rumahan.Dengan berlilit handuk, aku memasuki kamarku untuk memakai celana pendekku. Aku memang suka memakai celana pendek di rumah.
"Ibu cantik sekali dan sexy," kataku.
"Ah.. kamu memujiku berlebihan. Udah cepat, biar sarapannya dimakan."
Aku cepat memakai celana pendek dan aku bertelanjang dada saja menghadapi sarapan pagi.
Ketika ibuku lintas dari sampingku, aku langsung memberanikan diri meremas pantatnya.
"Waaawwww..." ibu setengah menjerit.
"Kamu kok jadi gratil begini. Sama ibumertua lagi," katanya. Au tersenyum.
"Dari pada terong yang gratil, kan lebih baik aku yang gratil. Mana ibu sexy lagi," kataku mengoda.
"Apa?"
"Terong," kataku tegas. Ibu mendelik padaku.
"Tau apa kamu tentang terong?" tanya ibu.
"Ya taulah. Masak aku gak tau. Ada terong, ada baby oil dalam kamar mandi. AKu lihat semua kok," kataku.
"Kamu mengintip ibu, ya?"
"Iya !" jawabku tegas sembari mengunyah sarapan pagiku. Ibu cemberut dan aku biarkan saja. Tapi kok... kontolku tiba-tiba jadi tegang.

Aku mendatangi ibu ke dapur yang lagi asyik membersihkan piring. Sambil lewat aku remas lagi pantatnya yang montyok dan berbuah. Ibuku memang bertubuh mungil, tapi pantatnya, waw...
"Kamu ini. Awas nanti ketahuan orang, kamu berbuat begini sama ibumertuamu. Kamu bisa malu," katanya.
"Hanya kita berdua, bu. Lagi pula, pintu depat terkunci rapat. Gerbang juga terkunci, semuanya terkunci," kataku sembari memeluknya dari belakang. Aku meremas teteknya dan menciumi tengkuknya. Sebelah tanganku membelai Memeknya.
"Man, kamu ini. Ibu mertua sendiri...?"
"Lebih baik aku, Bu. Daripada terong," kataku terus menciumi dan menjilati tengkuknya. Teteknya kuremas terus dan kuangkat dasternya, sampai aku mampu menyentuh celana dalamnya.


"Man, jangan. Nanti keterusan, kita bisa bahaya," katanya perlahan. Aku tahu, bulu tengkuknya berdesir. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Cepat kuangkat dasternya ke atas dan melepasnya, hingga tingal bra dan celana dalam saja. Aku terus menciumi tengkuknya dan melepas pengait bra-nya. Kubalikkan tubuhnya dan menciu bibirnya. Aku mendekapnya dan lidah kami dengan cepat bermain, saling mengkait.
"Aku tak mau Man. Nanti aku hamil. Bahaya," katanya.
"Kalau dubur mana hamil, Bu?"
"Kaslau dari dubur memang tidak. Tapi apa kamu mau dari dubur?"
"Mau, Bu." Cepat kulepaskan celana dalam ibu. Kulepaskan juga celanaku. Kami sama-sama bertelanjang. Cepat pula ibuku mengambil baby oil dari atas meja makan. Dilumurinya kontolku dengan baby oil.
"Huuuhhh... gede amat, Man punyamu."
"Ayo, Bu. Nunging di lantai," bisiku. Ibu cepat berlutut di lantai dan menungging. Aku memang belum pernah ngentot dubur. Kutusukkan kontolku ke dubur ibu.
"Perlahan, Man. Kontolmu besar tuh. Nanti ibu kesakitan."
"Tenang, Bu."
Kutusuk kontolkui perlahan. Baby oil membuat kontolku menjadi licin dan dubur ibu juga. Kutusuk dan kutusuk. Aku berlutut di belakangnya. Setelah masuk setengah, ibu meraih tanganku dan diarahkannya ke memeknya.
"Di eleus-elus, Man," pintanya. Aku mengelus-elus klentitnya dari belakang. Perlahan kutusuk lagi kontolku semakin ke dalam.
"Tetesi lagi baby oilnya, Man. Biar tak sakit." Aku meraih beby oil, dan menetesi baby oil itu ke ujung dubur ibuku. Perlahan tapi pasti, kontolku terbenam semuanya. Perlahan kutarik dan perlahan pula kutusuk. Aku belum pernah merasakan bagaimana nikmatnya ngentot dubur. Ternyata luar biasa nikmat. Kontolkua terasa diremas-remas dan saat aku menariknya, terasa kontolku demikian tergenggam erat.

"Bagaimana, kalau ibu aku pangku saja. Kita berhadap-hadapan," pintaku.
"Bagaimana caranya?"
"Pokoknya ibu ikut saja," pintaku. Cepat kucabut kontolku. Aku duduk di lantai. Kubimbing ibu mengangkangi diriku dan mengarahkan kontolku ke lubang duburnya.
"Tekan bu," kataku. Ibu menekannya perlahan sampai semua kontolku amblas di dalam duburnya. Bulu-bulu jembutku, menggelitik-gelitik klentitnya. Kamu berpelukan dan saling melumat bibir.

"Bagaimana, Bu? Enak?"
"Hemmmm...." Ibu tak menjawabku. Kami terus berpelukan dan saling menjilat tubuh. Leher dan lidah kami terusbermain. Saatnya aku menjilatri dan mengisap-isap tetek ibu. Walau sudah kendor, tapi pentilnya masih terasa enak untuk diisap. Ibu mengeliat.
TIba-tiba ibu menggoyang pantatnya dan menggesek-gesekkan memeknya ke jembutku dan mendekapku kuat. Aku dipeluknya dan bahuku digigitnya, sampai aku kesakitan.
"Huuuhhh...." lenguhnya.
"Ibu sudah sampai?"
"Hmmm..." Ibu lemas aku terus memeluknya dan mempermainkan kontolku dalam duburnya. Sampai akhirnya aku melepas spermaku. Jembutku sudah basah oleh cairan dari vagina ibu. Kontolku mengecil dan terlepas dari dubur ibu.

Kucium ibu. Dia tersenyum. Aku membelai rambutnya, seperti aku membelai rambut anak TK.
"Kamu sayang ibu, Man?"
"Iya, Bu. Aku menyayangi Ibu."
"Tapi kita harus hati-hati lo."
"Iya, Bu. Ibu suka, kan?"
"Ya. Ibu suka."
"Mana lebih enak daripada terong, Bu?" Ibu tersenyum dan mencubit genit pipiku, lalu memelukku. Ibu masih dalam pangkuanku.
"Bagaimana, kalau besok kita dari depan juga, Bu?"
"Hus... ibu gak mau hamil."
"Kita pakai kondom dan kalau perlu kita beli pil KB di apotik. Bagaimana?"
"Yah... besok aku beli pil KB dan menanayakan, bagaimana aturannya."
Aku memeluk ibu dan ibu juga memelukku dan kami kembali saling mengkaitkan lidah kami.

Bila aku tegang dan kepingin dubur ibu, aku menunggu isteriku tidur. Atau aku buat alasan agar dia lebih cepat pergi ke kantor. Begitu dia pergi, aku hanya menunjukkan kepada ibu, bahwa aku sudah menggenggam baby oil dan ibu mengerti. Dia pasti langsung pergi ke dapau dan melepaskan pakaiannya dan kami bersetubuh, lewat dubur.
Atau bila ibu kepingin, dia akan berteriak kepada isteriku.
"Lucy... kamu lihat dimana baby oil ibu?" Baru aku kemudian yang menjawab.
"Jika tidak kelihatan, nanti aku belikan bu. Aku ke kantor dulu sebentar, lalu aku belikan dan akan aku antar," jawabku. Isteriku akan tersenyum. Isteriku bangga sekali, aku menyayangi ibunya dan malah memanjakannya. Aku selalu mengatakan kepada isteriku, kalau ibu sudah tua, diabutuh dimanja oleh anak laki-lakinya, tapi anak laki-lakinya jauh di seberang pulau. Isteriku pun tersenyum.
"Terima kasih, Mas. Mas sudah mau memanjakan ibuku," katanya

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?