

Di bawah hujan Anton setengah berlari, hari merambat gelap, di depan pintu Anton menjumpai Inah sedang tersenyum memandang kedatangannya.
“Aduh… dari mana mas… hujan-hujan begini.. mana gak pake baju lagi…?” tanya Inah setengah memekik,
“Abis dari kamar mandi di sana…” jawab Aton sembari menunjuk ke arah timur. “Dah lama mbak… masuk yuk…” ajak Anton sembari mempersilahkan Inah untuk memasuki kosannya. Inah membuntuti Anton dari belakang, setelah menaruh keranjang berisi jamunya, Inah duduk di kursi ruang tamu.
“Gimana badannya mas… udah segeran dong…” tanya Inah membuka percakapan. “He eh… masuk ke kamarku aja yuk mbak.. di sini masih dingin, lagian asik ngobrol di kamar kan” kata Anton sembari menarik tangan Inah, “udah.. keranjangnya biar di situ aja, wah lumayan laku tuh jamunya… keliatannya udah mau habis”. “Alhamdulillah mas… mau pulang sekalian mau nengok mas Anton” saut Inah tersenyum manis. “Lho kok adiknya dah bangun mas, masak dari wc tadi.. sekarang masih berdiri tegak” sindir Inah sembari menunjuk ke sarung Anton.
Lelaki itu kaget, segera ditengoknya selangkangannya sambil tersipu, “habis dingin-dingin begini… pengennya nafsu melulu” jawabnya.
Gak tau aja barusan sedang hot-hotnya meraba bongkahan pantat Asti. Inah duduk di kursi dekat meja rias kamar, sementara Anton dengan cueknya melepas sarung dan CDnya, tanpa risi dihadapan Inah ia berjalan ke dapur membuatkan teh hangat manis untuk Inah. Inah hanya tersenyum geli melihat kelakuan Anton yang dianggapnya terlalu cuek. Inah bangkit berdiri untuk pergi ke kamar mandi, karena letak kamar mandi bersebelahan dengan dapur, ia berpapasan dengan Anton yang sedang menuangkan air hangat ke gelas dan mengaduknya.
“Mas..aku pipis dulu ya…” pinta Inah tanpa menunggu jawaban Anton, Anton melihat Inah dari belakang, karena Inah tidak menutup pintu kamar mandinya. Bongkahan pantat Inah mengkilat tertimpa cahaya lampu kamar mandi, sebentar kemudian Anton mendengar derasnya air kencing Inah jatuh ke lantai, Anton memperhatikannya sembari membatin, bagus juga pantat mbak jamu ini. Setelah dibersihkan Inah berdiri dan menurunkan kainnya, tetapi dilarang Anton.

“BHnya sekalian gak mas…” ledek Inah sembari melirik Anton. Tanpa menunggu komentar Anton, Inah sudah melepas baju serta behanya, tinggal Anton yang masih berdiri terpaku melihat Inah bugil.
Inah mendekati Anton, direngkuhnya leher Anton, kemudian detempelkannya bibirnya ke bibir Anton, tampak sekali kerinduan Inah akan ciuman, rabaan serta cumbuan Anton. Anton membalas tidak kalah ganasnya, diangkatnya satu kaki Inah dan ditumpangkannya disamping pinggang, mereka melepas rindu dengan berciuman mesra. Dijilatnya leher Inah diiringi desahan Inah dan rabaan tangan wanita itu di belakang punggung Anton. Kemudian Inah jongkok di depan Anton, dengan tidak sungkan lagi diraihnya penis Anton untuk dikulum layaknya anak kecil yang rindu akan es lilin kegemarannya. Anton tersenyum melihat tingkah Inah.
Setelah beberapa saat, Inah berdiri dan kembali mencium bibir Anton, dirabanya payudara Inah sebelah kiri dengan tangan kiri, diremas sembari memainkan putingnya. Inah mendesah keenakan, sembari menggesek-gesekan kemaluannya pada penis Anton. Diangkatnya kedua paha Inah, seolah menggendong anak kecil Anton membawa Inah ke dalam kamar, ditidurkannya Inah dan dijilatinya kedua payudara Inah. Inah menggelinjang keenakan. diraihnya kepala Anton dan diacak-acaknya rambut lelaki itu. Giliran sesampai lidah Anton pada kemaluan Inah, Inah memekik,
“Acchhh.. masss… jilat yang dalam masss… ssshhh…” Anton memainkan lidahnya pada klitoris Inah, dengan diiringi gerakan dan racauan gadis itu tanpa perduli lagi sekelilingnya, sluuuurrrp… sluuuurrrppp… ccek… ccekk…. terdengar decakan lidah Anton beradu dengan vagina Inah yang telah banjir.

Sengaja Asti diam di ruang tamu, untuk menunggu saat yang tepat untuk dia masuk ke kamar Anton. Diraba selangkangannya dari luar daster yang dikenakannya, digosok-gosok dengan lembut, terasa hangat dan lembab, sementara tangan yang sebelah lagi meremas pelan payudara yang diakhiri dengan penenganan di putingnya. Asti resah sendiri, diaturnya nafas yang mulai memburu agar tidak terdengar dari dalam kamar. tetapi merintihpun jelas tidak akan terdengar karena kondisi di luar hujan deras. Setelah dirasa cairan vaginanya basah, Asti memasukkan dildo ke dalam lubang vaginanya dan memaju-mundurkannya.
Tiba-tiba Inah menjerit tanda klimaksnya, “masss… accchhh… hheggghhh… ssshhhh… aaahhh…” erang Inah. Anton memasukkan lidahnya kedalam rongga vagina Inah, dirasa tersedut-sedut lidahnya didalam lubang itu. Inah mendekap erat kepala Anton. Inah terkapar dalam kepuasan yang tiada terkira, nafasnya memburu, klimak ini yang dia ridui sejak dua hari yang lalu. Anton bangkit dan merengkuh tubuh Inah, diciumnya kening dan rambut Inah.
“Mas… hghh… enak tenan yo…. heghh… ” ujar Inah diselingi nafas yang tersengal. Di ruang tamu, Asti pun mencapai klimaks oleh dildo sembari tiduran di kursi tamu, sementara tangan satunya masih meremas payudaranya. Sial… wanita itu klimaks di lidah Anton, sementara aku hanya dengan alat sialan ini, gerutu Asti seolah menertawai dirinya sendiri, kembali Asti mendengarkan adegan selanjutnya.
“Mbak… sekarang aku yang tiduran ya… mbak Inah di atasku…” pinta Anton kepada Inah,
“Gimana caranya mas…?” tanya Inah bingung dengan instruksi Anton.
Anton merebahkan tubuhnya di kasur, perlahan ia membimbing Inah untuk jongkok di atasnya, Inah paham sembari tersenyum, kemudian diraihnya penis Anton dan perlahan dimasukkannya ke dalam liang vaginanya. Inah menurunkan pinggulnya, perlahan batang penis Anton tertutup masuk ke dalam vagina Inah, kemudian Inah menarik dan menurunkan pinggulnya lagi, gerakan itu lama kelamaan menjadi sering. Aton memegang payudara Inah yang jatuh menggelantung, sementara tangan Inah meraih kaki Aton di belakang sana. Inah merasakan sensasi baru dalam bersetubuh, ia merasa dapat mengatur klitorisnya pada penis Anton. Posisi Inah membelakangi pintu kamar Anton sementara Anton menghadap pintu kamar.
Tiba-tiba Anton melihat sosok Asti di depan pintu sembari menempelkan telunjuknya di bibir, Anton mengerti kode itu dan ia tetap meremas payudara Inah, sementara Inah yang tidak menyadari akan kehadiran Asti, tetap cuek dengan goyangan atas bawahnya di penis Anton sembari memejamkan mata menikmati gesekan sensasi itu. Perlahan Asti mendekati mereka berdua dan melihat gelinjang Inah di atas Anton, Asti mengambil posisi duduk mensejajari posisi Inah, Anton melirik Asti dan memberi kode liwat kerlingan matanya ke arah Inah, Asti tersenyum simpul.
Adegan selanjutnya ada di Chapter 11 : PENGALAMAN BARU INAH DAN ASTI
No comments:
Post a Comment