Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Monday, December 31, 2012

Cerita PRT - Kebrutalan Pria

Sepulang dari Pak S, majikanku yang pertama, hampir enam bulan nganggur di desa. Lama-lama aku merasa tak betah. Selain karena dikejar-kejar untuk segera menikah aku juga tidak memiliki kesibukan selain membantu ortu di ladang atau masak. Rasanya tidak ada seorang pun pemuda desaku yang menarik hati. Kalau nikah dengan mereka, pasti masa depanku tak jauh beda dengan ibuku. Aku tidak berminat. "Aku harus lebih maju dari mereka!" tekadku.

Maka aku segera cari lowongan kerja di koran. Namun dengan ijazahku yang hanya SLTP lowongan yang sesuai hanya prt (pembantu rumah tangga). Setelah pamit dan berbekal tekad menggebu akupun menuju ke alamat salah satu pemasang iklan yang tinggalnya di kota terdekat dengan desaku. Rumah itu besar. Kupijit bel di gerbang dan keluarlah wanita 40 tahunan. Yang membuatku agak terkejut, ternyata ia berwajah seperti bintang film india yang sering kulihat di teve. Ada tanda titik di dahinya.

"Benar di sini cari PRT, bu?" tanyaku.
"Benar, dik."
"Saya mau melamar, bu," sambungku. Ia mengamatiku sebentar.
"Mari masuk dulu, dik," ajaknya.
"Namamu siapa? Kamu dari mana?" tanyanya. Akupun menjelaskan diriku apa adanya, kecuali tentu saja pengalamanku dua tahun menjadi prt Pak S.
"Baik, kamu saya terima, Nul. Dengan gaji 300 ribu sebulan, tapi kamu harus menjalani masa percobaan sebulan. Kalau tidak ada masalah akan saya pakai terus. Bagaimana?" katanya. Akupun langsung mengangguk, soalnya gaji 300 ribu buat seorang prt sangat tinggi menurutku. Dulu dengan Pak S pun aku hanya digaji 200 ribu, tentu saja di luar "tips (baik berupa uang maupun barang)" yang kuterima karena pelayanan seksku.

Kamarku di bagian belakang. Setelah istirahat sejenak, akupun mulai membantu pekerjaan ibu tadi yang namanya ternyata Kumari, seorang keturunan India. Menurutnya ia tinggal di situ bersama suami dan 2 anak laki-lakinya yang buka toko konveksi. Seminggu bekerja di situ, aku mulai mengenal anggota keluarganya. Suami Bu Kumari bernama Pak Anand, dan dua anaknya laki-laki Vijay dan Kumar. Kalau melihat mereka sekilas aku jadi ingat artis Syahrukh Khan. Ganteng dengan tubuh tinggi tegap atletis dengan bulu-bulu di dadanya. Orang India memang terkenal cantik dan ganteng. Akupun semakin suka pada keluarga itu karena mereka ternyata ramah. Bahkan tak jarang aku diajaknya makan malam bersama semeja.

"Minumlah ini madu India, supaya kamu gak gampang cape," ajak Bu Kumari pada suatu acara makan malam bersama sambil memberiku segelas minuman berwarna kuning emas. Aku ragu-ragu menerimanya. Sementara anggota keluarga lain sudah mengambil segelas masing-masing.

"Ini memang minuman simpanan kami, Nul. Tidak boleh terlalu sering diminum, malah tidak baik. Dua minggu sekali cukuplah soalnya pengaruhnya luar biasa.. ha.. ha.. ha..!" Sahut Pak Anand disambut tawa Vijay dan Kumar.

"Kamu akan rasakan khasiatnya nanti malam, Nul," sambung Vijay tanpa kuketahui maksudnya. Lagi-lagi disambut tawa mereka sambil masing-masing mulai minum, kecuali Bu Kumari. Akupun pelan-pelan mencicipnya. Ada rasa manis dan masamnya. Memang seperti madu, tapi setelah minum beberapa teguk aku juga merasakan badanku hangat malah agak panas. Semua menghabiskan minumannya, maka akupun juga berbuat demikian. Baru setelah itu kami makan malam.

"Tidurlah kalau kau cape, Nul," perintah Bu Kumari setelah kami selesai cuci piring jam 8 malam. Tidak biasanya aku tidur sepagi itu, tapi entah kenapa aku merasa mataku berat dan perutku panas. Aku masuk kamar dan rebahkan diri. Tapi rasa panas di perutku ternyata malah menjadi-jadi dan menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tak tahan untuk tidak meremas payudaraku mengurangi rasa panas itu. Kemudian juga meremas-remas seluruh tubuh sampai seputar bawah pusar dan pahaku. Ingatanku segera melayang pada remasan-remasan Pak S. Sudah cukup lama aku tak bersetubuh dengan laki-laki itu, apakah sekarang ini tubuhku sedang menuntut? Gawat, pikirku, kalau benar itu terjadi. Selama ini aku hanya melakukan hubungan seks aman dengan Pak S. Belum pernah dengan pria lain. Belum habis pikiranku berkecamuk mendadak pintu kamarku terbuka dan masuklah Pak Anand. Buru-buru aku menghentikan kegiatan tanganku.

"Kamu kelihatan sakit, Nul?" tanyanya sambil duduk di tepi ranjangku.
"Eng.. eng.. tidak, pak," sahutku pelan. Tapi Pak Anand segera tempelkan telapak tangan di dahiku.
"Benar, Nul, tubuhmu panas sekali. Kamu harus segera diobati. Cepat telungkup, biar kupijat sebentar untuk menurunkan panasmu. Jelek-jelek begini aku pintar mijat lo.." perintahnya. Dan, mungkin karena aku merasa perlakuannya seperti ortu pada anaknya maka aku menurut. Aku tengkurap dan sebentar kemudian kurasakan pantatku dinaikinya dan punggungku mulai dipijat-pijatnya. Tidak sebatas punggung, tapi tangannya juga ke arah pundak, leher, pinggang malah bergeser-geser ke kiri-kanan hingga kadang menyenggol sisi luar payudaraku. Aku diam saja, namun setelah aku merasa pantatku juga ditekan-tekan oleh pantatnya, mulailah aku tak tenang. Pengalaman seksku dengan Pak S membuatku dapat merasakan manakala pria sedang naik nafsu syahwatnya. Demikian pula Pak Anand saat itu. Pijatannya tambah berani. Dia mulai meremasi tetekku dan pantatnya menekanku keras-keras. Aku berontak namun tak berdaya.

"Pak! Jangan, pak!" seruku sambil berupaya menyingkirkan tubuhnya. Tapi mana mampu aku melawan tubuh besar kekar itu. Selain itu entah kenapa aku malah mulai ikut terangsang. Di antara perlakukan Pak Anand sekilas-sekilas aku juga ingat perlakukan seks Pak S padaku. Uugghh.. aakk.. aakkuu.. malah jadi terangsang. Aku tak berontak lagi ketika dasterku ditariknya ke atas hingga tinggal beha dan CDku. Aku ditelentangkannya dengan posisi dia tetap mengangkangiku. Dibukanya t-shirt yang dipakainya juga piyama tidurnya. Dan.. gila aku melihat tonjolan besar di balik CD nya dan sejurus kemudian nampaklah si tongkat penggadanya yang panjang besar sekitar 20 cm dengan diameter 4 cm! Behaku direnggutnya kasar demikian pula CDku. Tubuhku tak melakukan perlawanan apapun ketika ia menggumuliku habis-habisan. Dan.. bless langsung aku disodok dan digenjotnya. Aku ingat pengalamanku dengan Pak S. Ingat bagaimana dia memerawaniku. Persis sama perlakuannya dengan Pak Anand. Aku tak habis pikir sewaktu pahaku malah menjepit paha Pak Anand dan.. menyambut gejokannya dengan putaran pinggulku. Syahwatku ikut terbakar!

Entah berapa lama Pak Anand terus menggenjotku keluar masuk naik turun sambil mulutnya mengenyut-ngenyut tetekku. Aku hanya bisa menggeleng-geleng kenikmatan dan kelojotan merasai badai hempasannya sampai aku tak tahan lagi untuk menahan orgasme. Aku merinding lalu.. Cruut.. suur.. suur.. tubuhku berkejat-kejat menumpahkan mani. Pak Anand menggasakku lebih keras, tak peduli cairanku memperlicin jalannya. Mungkin hampir tak terasa karena besar dan panjangnya tetap mampu memenuhi liang V-ku. Sleebb slebb jlebb jleebb.. bunyi tusukan-tusukannya. Mungkin sekitar 30 menit telah berlalu ketika aku orgasme yg kedua kali.. seerr.. seerr.. serr.. klenyer.. kembali aku terkejat-kejat sampai belasan kali. Sejurus kemudian hentakan Pak Anand sedemikian keras menekanku. Dalam-dalam gadanya dibenamkan di V-ku lalu pantatnya berkejut-kejut sampai belasan detik. Lalu diam terbenam. Dia ejakulasi. Nafas kami tersengal-sengal.

"Kamu hebat, Nul," bisiknya sambil mencium bibirku, "Nanti lagi, ya," katanya tak kumengerti. Ia bangkit, mengenakan pakaiannya lalu keluar membiarkanku telentang telanjang di ranjang. Belum habis capeku digenjot Pak Anand, masuklah Vijay ke kamarku.

"Permainanmu hebat banget, Nul. Aku juga mau dong.." katanya sambil mulai melepasi pakaiannya sampai bugil. Aku segera menutup tubuhku dengan selimut, tapi tak berguna karena sesaat kemudian ia sudah menarik selimutku juga tubuhku ke pelukannya.
"Jangan, Mas Vijay," protesku tak berdaya.
"Tak apa, Nul. Papa bilang kamu sudah tak perawan lagi kan? He he he.."
"Jangan, mas.." tapi suaraku hilang ditelan bibirnya yang melumat ganas bibirku. Tangannya liar merayapiku sambil mendorongku kembali terjelepak di ranjang. Ciumannya menjalar menjulur dari bibir semakin turun. Ke tetekku, putingku, perut, pusar, pubis sampai akhirnya sampai di V-ku. Menelusup lincah memasuki gua garbaku. Mengobok-obok dalamnya. Aku kembali teringat permainan Pak S. Namun yang ini lebih gila lagi. Syahwatku jadi menggelegak mengikuti irama lidah Vijay. Dia memutar tubuh sampai kami 69, mengangsurkan zakarnya ke mulutku. Gila! Lebih panjang dan besar dibanding bapaknya. Tanganku tak mampu menggenggamnya dan mulutku tak mampu menampung seluruhnya. Paling hanya separuh yang masuk. Maka perlombaan menjilat dan menghisap pun dimulai. Kami saling memuasi. Rasanya sampai berjam-jam waktu aku merasa harus menumpahkan maniku dan dijilatinya sampai tandas tuntas. Sementara milik Vijay masih tegar tegang meski licin oleh ludahku. Kemudian ia memutar tubuhnya lagi dan menusukkan pentungannya ke memekku yang sudah agak kering. Preett.. "Iiih sakit, mas..," desisku menggigit bibir dan memeluk punggungnya karena terasa batangnya masuk begitu dalam sampai aku kesakitan.

"Sabar, Nul. Sebentar lagi juga nikmat," bisiknya. Kupeluk punggungnya erat-erat ketika tubuhku terangkat karena sodokannya. Shlleeb shleeb shleebb.. batang besar itu menumbukku bagaikan alu menumbuk lesung. Keluar masuk, naik turun, sampai cairan nikmatku mengalir lagi sehingga rasa sakit pun berkurang. Dan kenikmatanku bertambah manakala bulu dadanya menggesek-gesek putingku. Pahaku semakin menganga lebar. Mataku terpejam-pejam menikmati remasan dan belaian tangan kekarnya di sekujur tubuh.

"Akh.. akhu mau keluar, Nul.." Lalu jreet.. jreet.. jroot.. jrot.. jrut.. pantatnya menyentak-nyentak. Tubuhnya kaku menegang ketika spermanya menyemprot rahimku sampai basah kuyup. Semprotannya kuat sekali.
"Akk.. aku bisa hamil, mas," desisku puas karena aku juga orgasme lagi.
"Jangan kuatir, Nul, kami punya obat pencegah hamil," jawabnya sambil menggulirkan tubuhnya ke sisi. Dan.. belum Vijay turun dari ranjang, si Kumar sudah ganti menaikiku. Tubuhnya sama atletis dengan Vijay. Tapi gayanya lebih liar. Begitu Vijay keluar kamar, akupun diangkatnya supaya menduduki batangnya lalu disuruh menungganginya kencang-kencang. Tangannya ikut memegangi pinggangku dan melontarkanku naik turun. Zakarnya juga menyodok ke atas setiap pantatku turun. Gila! Tubuhku seperti mainan. Tangannya berpindah ke tetekku dan meremasinya sampai aku mendesis-desis, antara sakit dan nikmat. Hancur rasanya memekku digempur bapak dan dua anaknya yang batangnya berukuran luar biasa. Dan.. aku kembali orgasme justru saat tubuhku dilontar ke atas, sehingga punggungku agak meliuk ke bawah merasakan tersalurnya syahwatku untuk kesekian kali.

"Sudah, mas, cukup.." pintaku karena kelelahan. Namun Kumar tak menggubris.
"Aku belum cukup, Nul. Kau harus bisa mengeluarkan spermaku baru aku puas.." Dan lemparannya masih terus berlangsung hingga setengah jam lagi. Sampai akhirnya dia berhenti lalu tangannya menekan pinggangku lekat-lekat ke zakarnya, kemudian terasa pantatnya melonjak-lonjak menyemburkan cairan hangat. Lagi-lagi rahimku disemprot sperma hasil ejakulasi. Tak terasa sperma bapak dan dua anaknya memenuhi lubang memekku.

Pintu kamarku terbuka dan masuklah Pak Anand dan Vijay sambil membawa segelas minuman. Keduanya telanjang. "Minumlah ini, Nul, biar kamu nggak hamil," Pak Anand menyerahkan gelasnya padaku. Akupun meminumnya tanpa pikir panjang, karena aku benar-benar takut hamil dan haus sekali setelah melayani tiga majikan ini berjam-jam. Rasanya seperti minuman kuning yang tadi kuminum. Badanku jadi hangat lagi dan.. gairahku bangkit lagi. Aku jadi sadar pasti minuman ini dibubuhi obat perangsang. Tapi kesadaranku segera hilang ketika merasa tubuhku ditunggingkan oleh Vijay. Kemudian..

Ya, malam itu secara brutal ketiga orang itu mengerjaiku semalam suntuk tanpa istirahat sejenakpun. Mereka bergantian menyemprotkan sperma di rahimku, di perut, wajah, mulut sampai telinga dan rambutku juga. Aku mandi sperma. Dan entah berapa kali akupun mengalami orgasme yang selalu mereka telan bergantian. Tak jarang ketiga lubangku mereka masuki bersama-sama. Lubang mulut, memek dan anusku. Tubuhku jadi ajang pesta mereka hampir 10 jam lamanya, toh selama itu aku tak merasa capai. Mungkin gara-gara minuman berkhasiat itu?

Pagi hari Bu Kumari datang dan menyeka tubuhku yang lemas lunglai tak mampu bangun.
"Maaf, Nul. Aku sudah tak mampu melayani suamiku yang hiperseks sehingga aku mencari orang pengganti," ceritanya. Mataku masih terkantuk-kantuk karena pengaruh obat perangsang. "Moga-moga kamu betah disini, dan kami akan bayar berapapun yang kamu minta.." lanjutnya.
"Aa.. apa sudah pernah ada pembantu yang dibeginikan, bu?" tanyaku lirih.
"Sudah, Nul. Tapi kebanyakan hanya bertahan dua hari.. lalu minta pulang. Aku harap kamu kuat, YNul. Aku akan sediakan obat-obatan untukmu.. Ini minumlah obat untuk menguatkan dan membersihkan rahimmu," dia mengangsurkan sebotol obat yang namanya tak kumengerti karena berbahasa asing. "Hari ini kamu boleh istirahat seharian," lalu dia keluar kamar.

Aku pun tertidur lelap. Baru siang hari bangun untuk mandi dan makan. Bu Kumari melayaniku seperti anaknya sendiri. Kami tak banyak berbicara. Selesai makan aku kembali ke kamar. Membersihkan ranjang, mengganti sepreinya yang penuh bercak sperma dan mani. Lalu aku tidur lagi. Sampai jam makan malam tiba dan aku diundang untuk makan bersama lagi, dan minum cairan kuning emas itu lagi. Dan..
"Nul, kamu sudah kuat untuk melayani kami lagi nanti malam kan?" Tanya Pak Anand sambil senyum kepadaku. Aku bingung dan memilih diam.
"Kamu jangan kuatir hamil, Nul. Obat kami sangat mujarab," lanjut Vijay.
"Pokoknya selama di sini, kita mencari kenikmatan bersama Nul," sambung Kumar sambil menyeringai nakal.

Jadilah, akhirnya hampir setiap malam sampai pagi aku melayani ketiga ayah beranak yang gila seks itu. Untung staminaku, dibantu obat-obatan pemberian Bu Kumari, cukup kuat untuk menanggung kenikmatan demi kenikmatan itu. Hingga dua bulan lamanya aku "dikontrak" mereka, sampai akhirnya mereka mulai bosan dan ingin mencari wanita lain. Aku diberi banyak uang ketika meninggalkan rumah mereka.

Sunday, December 30, 2012

Sayang Anak

Berikut akan saya ceritakan sebuah pengalaman nyata tentang romantika sex dari salah seorang sahabat karib saya, Marlina. Semua nama-nama yang saya tulis adalah nama-nama yang sebenarnya, tentu saja dengan seijin yang bersangkutan. Juga, sengaja saya berikan bumbu-bumbu romantis pada cerita nyata ini agar enak dibaca, tanpa mengubah cerita aslinya.

Marlina, 35 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Penampilan Marlina sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung, cara berpakaiannya selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan punya anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih banyak lelaki yang selalu menggodanya.

Anaknya yang paling besar, Jimmy, 16 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 14 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Sedangkan suami Marlina, Herman, adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.

Kehidupan sexual Marlina sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suaminya. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.

Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Marlina ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakinya, Jimmy, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, Marlina dengan jelas melihat Jimmy telanjang. Matanya tertuju pada kontol Jimmy yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.

Sejak saat itu Marlina pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakinya itu. Bahkan seringkali Marlina memperhatikan Jimmy bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.

"Ada apa si Mam, kok liatin Jimmy terus?" tanya Jimmy ketika Marlina memperhatikannya di ruang tamu.
"Tidak ada apa-apa, Jim.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa," ujar Marlina sambil tersenyum.
"Kamu sudah punya pacar, Jim?" tanya Marlina.
"Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?" tanya Jimmy.
"Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja," ujar Marlina.
"Kamu pernah kissing?" tanya Marlina.
"Ah, Mama.. Pertanyaannya bikin malu Jimmy ah..." ujar Jimmy sambil tersenyum.
"Yee.. Tidak apa-apa kok, Jim.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok..." ujar Marlina sambil menjewer pelan telinga Jimmy. Jimmy tertawa.
"Ya, Jimmy pernah ciuman dengan mereka," ujar jimmy.
"ML?" tanya Marlina lagi.
"ML apa sih artinya, Mam?" tanya Jimmy tidak mengerti.
"Making LOve.. Bersetubuh..." ujar Marlina sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.
"Wah kalau itu JImmy belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil..." ujar Jimmy. Marlina tersenyum mendengarnya.
"Kenapa Mama tersenyum?" tanya Jimmy.
"Karena kamu masih sangat polos, sayang..." kata Marlina sambil mencubit pipi Jimmy, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Herman akan segera pulang.

Malam harinya, Marlina, Jimmy, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

"Ciuman rasanya gimana sih?" tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.
"Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu," ujar Jimmy sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.
"Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantinya..." ujar Marlina sambil menatap Jimmy.
"Begini, Yen..." ujar Marlina.
"Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu..." ujar Marlina lagi.
"Ah, nggak ngerti..." ujar yenny.
"Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk..." ujar Yenny.
"Ya sudah, tidurlah sayang," ujar Marlina. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.

Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Marlina bertanya kepada Jimmy, "Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?".
"Jimmy belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja," jawab Jimmy.
"Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?" tanya Marlina lagi sambil tersenyum.
"Ya namanya juga saling suka..." jawab Jimmy sambil tersenyum juga.
"Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?" tanya Marlina.
"Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama," ujarnya Marlina lagi. Jimmy menatap mata ibunya sambil tersenyum.
"Ya begitulah..." kata Jimmy.
"Ya begitulah apa?" tanya Marlina lagi.
"Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba..." ujar Jimmy malu malu. Marlina tersenyum.
"Hanya itu?" tanya Marlina lagi.

Jimmy melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

"Mama jangan bilang ke Papa ya?" ujar Jimmy.

Marlina tersenyum sambil mengangguk. Jimmy lalu beringsut mendekati Marlina.

"Jimmy pernah oral dengan beberapa teman wanita..." ujarnya sambil berbisik.

Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Jimmy.

"Nakal juga ya kamu!" ujar Marlina sambil tersenyum.
"Rasanya bagaimana?" tanya Marlina sambil berbisik.
"Sangat enak, Mam..." ujar Jimmy.
"Tapi Jimmy dengar, katanya kalau punya Jimmy dimasukkan ke punya wanita rasanya lebih enak.. Benar tidak, Mam?" tanya Jimmy.

Marlina kembali tersenyum tapi tidak menjawab..

"Kamu mau tahu rasanya, Jim?" tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Jimmy mengangguk.
"Sini ikut Mama..." ajak Marlina sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Jimmy mengikuti dari belakang.

Sesampai di ruang belakang, Marlina menarik tangan Jimmy agar mendekat.

"Ada apa sih, Mam?" tanya Jimmy.
"Karena kamu sudah dewasa, Mama anggap kamu sudah seharusnya tahu tentang hal tersebut," ujar Marlina dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anaknya tersebut.
"Ciumlah Mama sayang..." kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.

Jimmy diam karena tidak tahu harus berbuat apa. Marlina terus melumat bibir anaknya itu sambil tanggannya masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy. Lalu dengan lembut diremas dan dikocoknya kontol anaknya. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, Jimmy dengan segera membalas ciuman Marlina dengan hangat.

Sambil terus mengocok dan meremas kontol Jimmy, Marlina berkata, "Kamu ingin merasakan rasanya bersetubuh kan, sayang?".
"Iya, Mam..." ujar Jimmy dengan nafas memburu.
"Mama juga sama, Jim.. Mama ingin merasakan hal itu dengan kamu," ujar Marlina.
"Kapan, Ma?" tanya Jimmy sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur karena enak dikocok kontol oleh Marlina.
"Jangan sekarang ya, sayang..." ujar Marlina sambil melepaskan genggaman tangannya pada kontol Jimmy.
"Yang penting kamu harus tahu bahwa Mama sangat sayang kamu..." kata Marlina sambil mengecup bibir Jimmy.
"Jimmy juga sangat sayang Mama," ujar Jimmy.
"Sekarang Mama harus tidur karena sudah malam. Nanti Papamu curiga..." ujar Marlina sambil meninggalkan Jimmy.

Jimmy menarik nafas panjang menahan suatu rasa yang tak bisa diucapkan.. Tak lama Jimmy masuk ke kamar mandi.. Onani. Besok paginya, Herman sudah siap-siap pergi kerja sekalian mengantar Yenni ke sekolah karena masuk pagi. Sementara Jimmy masuk sekolah siang. Dia masih tidur di kamarnya.

Setelah Herman dan Yenni pergi, dengan segera Marlina mengetuk dan masuk ke kamar Jimmy. Jimmy masih tidur dengan hanya memakai celana Hawaii saja. Marlina tersenyum sambil duduk di sisi ranjang anaknya tersebut. Tangannya mengusap dada Jimmy. Dimainkannya puting susu Jimmy. Jimmy terbangun karena merasakan ada sesuatu yang membuat darahnya berdesir nikmat. Ketika matanya dibuka, terlihat mamanya sedang menatap dirinya sambil tersenyum.

"Bangun dong, sayang.. Sudah siang," ujar Marlina sambil tangannya berpindah masuk ke dalam celana Hawaii Jimmy.

Diusap, dibelai, diremas, lalu dikocoknya kontol Jimmy sampai tegang dan tegak. Jimmy terus menatap mata MArlina sambil merasakan rasa nikmat pada kontolnya.

"Mau sekarang?" tanya Marlina sambil tetap tersenyum.
"Saya mau kencing dulu, Mam..." kata Jimmy sambil bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai, segera dia kembali ke kamarnya.
"Lama amat sih?" tanya Marlina.
"Jimmy kan sikat gigi dulu, Mam..." ujar Jimmy sambil duduk di pinggir ranjang berdampingan dengan Marlina.
"Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Jimmy?" tanya Jimmy. Marlina tersenyum sambil mencium pipi anaknya itu.
"Karena Mama sangat sayang kamu. Juga Mama ingin mendapat kebahagiaan dari orang yang paling Mama sayangi.. Kamu," ujar Marlina sambil kemudian melumat bibir Jimmy.

Jimmy membalasnya dengan hangat pula. Kemudian Marlina bangkit lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Jimmy terus menatap tubuh ibunya dengan kagum dan nafsu.

"Buka celana kamu dong, sayang," ujar Marlina.
"Iya, Mam..." ujar Jimmy sambil bangkit lalu melepas celana Hawaiinya.
"Sini, Jim..." ujar Marlina sambil berjongkok.

Tak lama mulut Marlina sudah mengulum kontol Jimmy. Jilatan dan hisapannya membuat Jimmy bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.

"Mmhh.. Enakk, Mamm..." desah Jimmy sambil agak menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Marlina melepas kulumannya, sambil tersenyum menatap wajah Jimmy yang tengadah merasakan nikmat, tangannya terus mengocok kontol Jimmy.

"Gantian, Jim..." ujar Marlina.
"Iya, Mam..." ujar Jimmy.

Marlina lalu naik ke ranjang anaknya. Lalu segera dibukanya paha lebar-lebar.. Jimmy langsung mendekatkan wajahnya ke memek Marlina. Lalu segera dijilatinya seluruh permukaan memek Marlina. Marlina terpejam menahan nikmat. Apalagi ketika jilatan lidah Jimmy bermain di kelentitnya.. Mata Marlina terpejam, tubuhnya bergetar sambil menggoyangkan pinggulnya.

"Ohh.. Enakk.. Teruss, Jimm..." desah Marlina.

Setelah sekian menit Marlina dijilati memeknya, tiba-tiba tubuhnya bergetar makin keras, ditekannya kepala Jimmy ke memeknya, lalu segera dijepit dengan pahanya.. Tak lama...

"Ohh.. Mhh.. Ohh..." desah Marlina panjang. Marlina orgasme.
"Ohh, enak sekali sayang.. Naik sini!" ujar Marlina.

Jimmy naik ke tubuh Marlina. Dengan segera Marlina melumat bibir Jimmy walau masih belepotan dengan cairan dari memek Marlina sendiri.

"Masukkin sayang..." bisik Marlina sambil menggenggam kontol Jimmy dan diarahkan ke memeknya.

Setelah itu, Jimmy langsung memompa kontolnya di memek Marlina. Mata Jimmy terpejam sambil terus mengeluarmasukkan kontolnya.

"Bagaimana rasanya, Jim?" tanya Marlina sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Jimmy.
"Nikmat sekali, Mam..." ujar Jimmy.

Marlina tersenyum sambil terus menatap mata anaknya. Tak lama, tiba-tiba tubuh Jimmy mengejang, gerakannya makin cepat..

"Jimmy mau keluar, Mam," bisik Jimmy.
"Mmhh.. Keluarkan sayang, puaskan dirimu..." bisik Marlina sambil memegang pantat Jimmy lalu menekankan ke memeknya keras-keras.

Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Jimmy muncrat banyak di dalam memek Marlina. Jimmy mendesakkan kontolnya dalam-dalam ke memek Marlina..

"Bagaimana rasanya sayang?" tanya Marlina.
"Sangat nikmat, Mam.. Lebih nikmat daripada oral..." ujar Jimmy sambil mengecup bibir Marlina.
"Jimmy sangat sayang Mama," ujar Jimmy.
"Mama juga sangat sayang kamu," ujar Marlina.

Lalu mereka berpelukan telanjang.

Sesuai dengan penuturan Marlina langsung kepada saya, sejak saat itu mereka selalu melakukan persetubuhan setiap ada kesempatan. Hanya saja ketika Jimmy harus kuliah di Jogja, mereka terpaksa harus berpisah. Tapi bila Jimmy datang liburan atau Marlina sengaja datang ke Jogja untuk menengok Jimmy, mereka pasti akan melakukan "tanda kasih sayang" mereka itu sampai sekarang..

Demikian kisah nyata ini saya paparkan.

Saturday, December 29, 2012

Tubuh Ibuku Bikin Penisku Berdiri

Namaku Ikin. Umurku sekarang 18 tahun dan Ibuku berumur 38 tahun. Ibuku Sangat cantik dan seksi layaknya gadis umur 25 tahunan. Dia pandai merawat tubuhnya. Kulitnya yang putih mulus, buah dada yang besar dengan putingnya yang kecoklatan, dan juga kakinya yang jenjang dan seksi. Aku tak mengerti mengapa memandang ibuku seperti itu, tapi aku dapat memastikan setiap laki-laki yang melihat ibuku pasti ingin memilikinya.

Ayahku pengusaha sukses yang sangat sibuk, Ia biasa bepergian ke luar kota bahkan ke berbagai negara untuk mengurus bisnisnya. Dia memberikan semua kebutuhan kami seperti rumah yang sangat besar dengan taman yang luas, juga sarana olah raga di rumah.

Ceritanya bermula ketika usiaku 15 tahun dan ibuku 35 tahun. Suatu hari kulihat ayahku sedang bersiap-siap untuk perjalanan bisnisnya selama kurang lebih dua minggu. Ketika akan berangkat, dia berpesan agar menjaga rumah dan ibuku, dan agar jangan macam-macam sehingga menyusahkan ibuku, selama ayah keluar kota.

Hari itu berlalu seperti biasanya tanpa sesuatu hal luar biasa yang terjadi. Kesokan harinya cuaca sangat panas dan kering, lebih panas dan kering dari biasanya karena saat itu lagi puncaknya musim kemarau. Kebetulan waktu itu lagi libur semesteran jadi aku tidak ke sekolah. Ketika keluar dari kamarku, kucari ibuku ke tempat biasanya. Kulihat ibuku di kolam renang mengenakan bikini yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ketika kulihat dadanya yang seperti mengambang di air, kurasakan burungku mulai mengeras. Begitu melihatku, dia menyuruhku mengambil sarapan yang telah disiapkan di dapur.

Ketika aku didapur, ibuku selesai dari kolam renang kemudian membersihkan badannya di kamar mandi. Kucoba untuk mengintipnya, tapi pintu kamar mandi terkunci rapat. Aku pergi ke ruang tengah sambil tetap membayangkan goyangan dadanya dengan air bercucuran sampai ke kaki jenjangnya yang seksi.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dia menghampiriku ke ruang tengah dan aku tak dapat membuang bayangan tubuh ibuku yang sangat menggairahkan.

Jam 11 siang ketika sedang nonton TV, ibuku bilang akan tidur siang. Aku berharap dia akan mengajaku tidur bersama di sampingnya. Ketika berjalan menaiki tangga, kulihat goyangan pinggulnya yang membuat burungku mengeras lagi.

Jam 12 siang aku bermaksud tidur siang. di kamarku aku tidak bisa tidur karena cuaca yang tidak enak, dan aku tak bisa membuang lamunanku tentang tubuh indah ibuku. Aku pegang burungku yang sudah sangat keras dan kukocok-kocok sambil membayangkan goyangan dada ibuku waktu di kolam renang.

Setelah selesai, kucoba untuk tidur kembali, tetapi meskipun mata terpejam tetap tidak bisa tidur. Burungku masih sangat keras. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sangat menginginkan ibuku.

Aku keluar kamarku memakai celana pendek, kemudian ke kamar ibuku. Pintunya terbuka. Dia tidur tengkurap dengan kedua kakinya agak terbuka. dia memamakai celana kolor tapi masih menutupi pantatnya. Ibuku kalau tidur seperti orang mati, susah bangunya, tapi aku takut sekali.

Aku mulai mengelus-ngelus burungku yang masih dalam celana pendekku. Aku merasakan sesuatu yang nikmat sekali, sampai aku tak tahan lagi. Aku berdiri di samping ranjangnya dan kusemprotkan seluruh maniku disekujur kaki jenjangnya. Aku melenguh dan mendesah perlahan sekali, Aku merasa takut sekali kalau dia terbangun karena cucuran maniku yang panas di sekujur kakinya. Aku kembali ke kamarku, tak dapat kupercaya kusemprotkan maniku ke tubuh ibuku. Aku merasa berdosa sekali, kemudian aku tertidur lelap.

Paginya deg-degan aku sudah siap-siap akan kemarahan ibuku, tapi kok ya.., tidak apa-apa, sepertinya dia tidak menemukan bekas maniku pada saat dia bangun. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan melakukan itu lagi, karena dia adalah ibuku. Sepanjang siang itu sikap ibuku biasa-bisa saja seperti tidak ada apa-apa. Kupikir dia tahu tapi dia menyukainya, entahlah.., Atau maniku telah mengering waktu dia bangun.

Dua malam kemudian burungku tegang lagi. Malam itu adalah malam terpanas pada musim kemarau tsb. Aku tak bisa tidur lagi, kulihat pintu kamar ibuku tertutup. Kupikir dia tahu apa yang telah kulakukan dan dia menginginkanya lagi.

Kubuka perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara dan kemudian masuk ke kamar ibuku. Kulihat ibuku tertidur hanya memakai celana dalam dan BH. Tak dapat kupercaya mataku melihatnya setengah telanjang. Kupegang burungku dan kukocok dengan keras, ketika maniku akan keluar, kusemprotkan di selangkanganya dan di atas celana dalamnya. cepat-cepat aku kembali ke kamarku. Kupikirkan apa yang telah terjadi sampai aku terdidur.

Paginya masih seperti biasa ibuku tidak apa-apa. Aku masih penasaran, tahu nggak sih kelakuanku, gimana caranya untuk meyakinkan hal itu?

Malam berikutnya aku ke kamar ibuku lagi, dia memakai celana dalam dan BH saja, tapi kali ini tidurnya miring. Wah.., gimana caranya ngocok nih. Aku mau kemut teteknya, mungkin dia akan membunuhku kalau sampai terbangun. Kucoba untuk merabanya, waduh gimana caranya ya.., aku gemetaran.., Kulihat ada vaseline di meja rias. Lalu kuambil dan kuoleskan pada burungku. Lalu aku nekad akan kucoba gesek-gesekan burungku ke ibuku.

Aku naik ke ranjang dan berbaring di belakangnya dan mulai mengesek-gesekan burungku ke pantatnya. Dia masih tertidur, tidak bergerak. Kuselipkan burungku lebih bawah lagi diantara kakinya dan mulai kutekan-tekan. Sebenarnya aku takut dia bangun kalau aka kebanyakan bergerak, tapi aku nggak tahan. Aku pompa burungku keluar masuk di antara kakinya. Tak berapa lama maniku muncrat di antara kedua kakinya dan sebagian meleleh kena vaginanya. Aku kembali ke kamarku dengan pikiran dipenuhi bayangan vaginanya.

Paginya masih seperti biasa, ibuku tidak ngomong apa-apa, sehingga menambah rasa penasaranku, masak sih dia tidak merasakan ada bekas vaseline dan maniku di kakinya.

Kucoba untuk mengetesnya. Kutunggu di kamarku sampai jam 6 pagi. Aku tahu persis ibuku selalu bangun jam 7 pagi setiap hari, aku ke kamarnya dan menggesek-gesekan burungku di antara kakinya, butuh waktu 30 menit untuk muncrat di kakinya, kemudian akau keluar tiduran sambil menunggu apa yang akan terjadi.

Jam 7 pagi ibuku bangun terus mandi. Aku keluar kamar terus ke dapur. Dia sedang sarapan dan bicaranya wajar seperti tidak ada apa-apa sambil mencuci piring. Aku ke kamar mandinya, kulihat celana dalamnya basah kuyup oleh maniku. Sekarang akau yakin sekali, ibuku tahu kelakuanku. Malah aku jadi bingung sendiri, soalnya ibuku tidak memperlihatkan perubahan apapun. Dia pergi ke supermarket dan kembali tiga jam kemudian. Aku masih memikirkan apa yang akan kulakun dengan ibuku malam ini.

Kita nonton TV, kemudian ibuku bilang akan pergi tidur. Kutunggu hampir 2 jam, biar dia tidur nyenyak dulu. Kemudian masuk kamarnya dan kulihat dia tidur berselimut. sialan.., rupanya dia tidak suka aku kerjain. Aku sudah tegang banget, kuambil vaseline kuoleskan ke burungku kemudian akau naik keranjang. Dia tidur tengkurap dengan kakinya terbuka sangat lebar. Kucoba singkap selimutnya agar bisa mengocok di antara kakinya.

Ketika kusingkap selimutnya, jantungku hampir berhenti berdenyut, dia telanjang bulat! Aku lihat vaginanya dengan jelas dan bibir vaginanya kelihatannya begitu hangat. Dengan tangan gemetaran kusentuh vaginanya perlahan kemudian kuusap-usap dengan lembut.

Lama-lama vaginanya semakin basah, kemudian kutarik kedua kakinya berlawanan sehingga kakinya semakin membentang lebar.

Tiba-tiba dia bergerak, posisinya menjadi miring membelakangiku. Tapi kedua kakinya masih terbuka lebar. Aku berbaring di belakangnya dan mulai mengocokkan burungku di antara kakinya dan kucoba menyentuh vaginanya. Dia tidak bergerak ketika perlahan-lahan burungku masuk makin dalam ke vaginanya. Aku mulai memompanya keluar masuk perlahan-lahan, kudengar dia mendesah kayaknya sedang mimpi.

Aku nggak tahan lagi, sehingga kocokanku semakin keras dan cepat. Kurasakan cairan di vaginanya semakin deras. Aku juga merasakan sudah waktunya akan orgasme, tiba-tiba dia melepaskan burungku dari vaginanya sehingga maniku berhamburan di bibir vaginanya. Kemudian dia tidur lagi telentang dengan kedua kakinya dirapatkan.

Kulihat kedua teteknya yang besar. Kemudian kujilat dan kuhisap-hisap. Ibuku mendesah-desah ketika kuhisap putingnya. Aku mulai menggesek-gesekan burungku lagi dan air maniku berceceran di antara teteknya. Aku kembali kekamarku dan sulit kupercaya apa yang telah terjadi aku telah ngentotin ibuku. Kemudian aku tertidur dengan nyenyak sekali.

Pagi harinya kulihat ibuku memakai daster. Kulihat juga puting susunya di balik dasternya yang tipis. Dia tidak ngomong apapun tentang semalam. Heran.., kenapa dia melepaskan vaginanya sebelum aku orgasme. Aku masih takut-takut untuk mulai ngomong denganya.

Siangnya ibuku pergi dengan temannya untuk menghadiri pesta perkawinan. Jam 11 malam baru pulang, mungkin jalan-jalan dulu. Dia bilang sangat lelah sekali dan ingin tidur dengan nyenyak. Ketika ngomong begitu dia tersenyum manis sekali kemudian menciumku dan bilang selamat malam. Kutunggu hampir 1 jam, kemudian kulepas semua pakaianku kemudian kekamar ibuku, pintunya terbuka.

"Wwaaw..!, Dia tidur telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Tidurnya telentang dengan kedua kakinya terbuka sangat lebar. Aku berlutut di antara kedua kakinya dan mulai mengelus-elus vaginanya dengan tangan sebelahnya kuusap-usap putingnya. Vaginanya semakin basah saja dan burungku semakin keras. Kuarahkan burungku ke vaginanya, "Hmm.., nikmatnya", dan dia kudengar mendesah juga.

Kurasakan otot vaginanya meremas-remas burungku sehingga aku mulai memompa lebih cepat dan keras. Aku hisap putingnya juga. Ibuku terbangun!, dengan suaranya yang perlahan nyaris tak terdengar dia bilang, "Oh.., Ikin apa yang kamu lakukan?, aku ibumu".
"Aku sangat mencintaimu Mam dan aku akan ngentotin Mami jika Mami menginginkanya juga"
Kemudian dia bilang sambil mendesah, "Ok, tapi jangan semprotkan di dalam, Aku tak mau dihamili anaku sendiri".

Ketika kudengar itu, kugenjot semakin keras dan keras.
Dia bilang, "Oh Kin, Yang keras lagi dong. Mami suka burung besarmu. Oooh.., Mami mau sampai, Kin, Mami.., ssaammppaaii.."
Kugenjot tambah keras lagi. Kurasakan aku mau sampai juga.
"Aku ingin semprotkan di dalam Mam, Akan kusemprotkan semuanya di dalam."
"Jangan kin.., tolong jangan.., Mami tidak pakai kontrasepsi.., ntar Mami hamil anakmu"
"Nggak bisa Mam, aku sangat menginginkanya. Sekaranghh Mam.., Mam aku sampai"
"Kin manimu panas sekali, Mami suka sekali sayang."
"Tapi.., iyer.., terus sayang.., teruskan.., a..aahh"
Ternyata dia sangat menyukainya, so kita ngentot tiap hari sampai ayahku pulang.

Setelah itu, kita selalu tidur sekamar kalau ayah keluar kota lagi. Sekarang umurku 18. Ibuku 38 dan kita masih ngentot terus. Ibuku hamil, tapi dia putuskan untuk mengugurkannya karena dia tidak ingin punya bayi dariku. Tapi dia bilang, boleh ngentotin dia terus kalau ayah bepergian.

Friday, December 28, 2012

Mbak Nani Ngajak Sex Dikamar Mandi

Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama. Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Nani dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan birahi yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya. Begitu sampai kamarnya, Nani telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sensual, sengaja menonjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, menonjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun menonjol jelas.

Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Nani menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinya bermain di dalam mulutku semakin ganas.
“Maas.. eehmmh.. Nani sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.
“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nani sampai beberapa kali.
“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.
“Yaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.
“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.

Nani sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nani malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.

“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nani bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nani sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.
“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.
“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang penisku.

“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nani mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.
“Ahh.. cresp.. slepp.. aah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aah.. crepp.. crespp.. ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak birahi, Nani menahan gairahnya dengan mengulum batang penisku.

“Non, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.
“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.
“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nani..”

Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan meremas bagian-bagian tubuh Nani atau pun penisku yang selalu tidak lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nani. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku. “Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Nani kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. sstt.. ehhm..” Mulut Nani terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang vaginanya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan vaginanya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.

“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nani kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Nani ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapanbirahinya.
“Ehh.. Mass.. terus teken Sayaang.. Nani.. enaakk aduh Mas.. ogghh.. Maass, gellii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama kocokan yang Nani inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.
“Ohh Maass.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehh..” Nani mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi.
“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. gelii.. sayaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan-ucapan birahinya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami gairah bersetubuh.

Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nani. Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah nafas penuh birahi. Nani mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah vaginanya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan payudaranya, Nani memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan birahinya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan birahi yang kian memuncak.

“Sss ahh.. enak Mas..” erangnya.
“Ehm..” matanya setengah tertutup.
“Mas.. eghh putingku teruss.. Mas, mana penismu Mas.. Yach teruss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”
Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Nani meremas puting buah dadanya sendiri.
“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nani tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nani semakin erat menjelajahi birahinya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Nani melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.

“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”
Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri, putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan payudaranya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit payudaranya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit payudara yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan sepuasnya.

“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.
“Non, penisku tambah tegang saja kalau Nani terus-terusan begitu..” bisikku.
Rupanya Nani menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan sentuhan penisku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati penisku, dan meremas penisku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Nani menyambut batang penisku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala penisku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit penisku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang penisku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan rasa nikmat.

Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan teruss.. enaak.. assiin Mas.. ahh..” Penisku yang masuk ke dalam kerongkongan Nani kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya, kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.

Aku sudah ingin beralih ke vaginanya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut. “Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit penismu.. Yaang, Nani udaahh nggak tahan ngeliat penis Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Nani sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.

Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nani mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Nani menuntun penisku yang sudah tegang, lalu menempelkan di bibir vaginanya. “Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan penisku yang terasa hangat di dalam vaginanya. Bergantian Nani yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang payudaranya dengan meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak birahi yang tinggi. Sampai tiba saat puncak birahinya menuntut rangsanganku lebih meningkat.

“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughh.. nikmatnya Maas..” Kini Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya semakin leluasa ketika Nani semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat betisnya tepat di pundakku.

“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan penisku dan, “Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang. “Maass, tekeen yaang kerraass.. aakkuu mmaauu keelluuaar.. ayo Maas jugaa barreenng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot penisku membuatku tak tahan lagi. “Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya. “Maass.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Nani yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan orgasme liang senggamanya semakin terasa.

“Ohh.. ohh.. ohh.. ohh.. enakk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan vaginanya. Penisku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nani kelihatannya sudah hampir orgasme, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya, “Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahh.. aah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nani semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nani yang kian waktu tambah menggairahkan.

“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. oogghh.. yaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku dengan Nani di dalam kamar mandi rumah kostku.
“Kamu puas Sayang?”
“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”
“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaang.. kita mandi dulu yuk..”

Waktu mandiku bersama nani sore itu penuh gelora nafsu birahi yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam vaginanya sehingga Nani menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nani menekan payudaranya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya, memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar selalu nikmat untuk diisap. Sementara tangan kananku terus saya masuk ke dalam vaginanya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok vaginanya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin dan tangan Nani kubimbing untuk memegang batang penisku dan mengocok-ngocoknya.

“Aaaduh.. saya mau keluar.. ohh.. aahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam , diamencapai orgasme. Gairah mandiku bersama Nani kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.

Sore itu aku dan Nani mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nani seolah tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan. Apalagi Nani yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikit menyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit payudaranya yang membusung indah di dada Nani.

Thursday, December 27, 2012

Keperawan Yang Hilang

Nama panggilanku Mayang. 21 tahun, bekerja di perusahaan swasta di Jakarta, Aku tergolong wanita dengan wajah biasa-biasa saja dengan tinggi badan 169 cm dan berat 50 kg, rambut seleher, kulit putih, banyak yang bilang aku memiliki bentuk tubuh yang bagus, sangat proposional. Sejak remaja, kehidupan sosialku tergolong cukup aE~konservatifaE?. Berbeda dengan kawan lainnya yang bebas berteman atau berpacaran, sementara aku hanya boleh dikunjungi kawan atau pulang bermain sampai jam 8 malam, terlambat sedikit saja aku akan seperti pesakitan yang diinterogasi polisi oleh orangtua. Setelah bekerja barulah aku mendapat kebebasan.

Akhir Januari aE~91 adalah pertama kali aku berkenalan dengan Dito (37) cukup unik, salah sambung telpon yang mengakibatkan salah pengertian, sehingga menimbulkan argumentasi yang sengit. Namun setelah menyadari kesalahannya Ia minta maaf berkali-kali, ini dilanjutkan dihari-hari berikutnya, Ia pun kemudian semakin sering menelpon. Dito adalah seorang pimpinan divisi dikantornya, lima tahun menduda. Aku begitu terkesan dengan suaranya yang sangat bersahabat, apalagi banyolan2nya yang segar membuat waktu istirahat dikantor lebih ceria. Aneh rasanya seperti ada sesuatu yang hilang bila Ia tidak menelpon, sialnya, aku tidak berani menghubunginya walau hati kecil mendesak untuk memutar no. telponnya. Tiga bulan sudah kami bertelepon, sepertinya Ia tidak punya keinginan untuk bertemu muka, hal itu membuat aku sangat panasaran.

Aku sangat menunggu saat2 dimana ada kesempatan untuk mengemukakan keinginan untuk bertemu dengannya tanpa harus kehilangan muka. Pucuk dicinta ulam tiba, kata pepatah, suatu saat diakhir minggu-seperti biasanya-Ia menelpon untuk mengatakan aEshave a nice weekendaEt Aku memberanikan menanyakan rencananya menghabiskan aE~long weekendaE? karena Seninnya tanggal merah.
aEs..tidak ada yang spesial, niatnya sih ingin membereskan rumahaEt jawabnya, aku sendiri baru tahu bahwa Ia tinggal sendiri di paviliun kontrakannya.
aEs..tidak keberatan kalau dibantuaEt tanpa sadar aku menawarkan diri. Menyadari kecorobohan ini mukaku memerah, baru saja ingin meralat Dito telah menyambut tawaranku dengan gembira
aEs..terima kasih sekali, memang rumahku ini perlu sentuhan tangan wanitaaEt ucapnya, aku benar-benar tersipu, alangkah malunya. Bertemu mukanya dengannya memang keinginanku tapi mustinya bukan aku yang memulai, apa pandangannya nanti? Belum lagi sempat mememikirkan cara membatalkannya Dito telah menetapkan waktu aEs..aku tunggu kamu besok jam 10.00 dirumahaEt dan memberikan alamat rumahnya.

Keesokan hari, saat sampai dirumahnya aku sempat ragu, rasanya ingin kembali pulang, namun entah kenapa tanganku lebih memilih menekan bel daripada melangkah pulang. Tak lama kemudian dari dalam rumah keluar lelaki berperawakan sedang, berkulit coklat mengenakan jeans dengan T-shirt hitam dengan wajah yang tidak terlalu istimewa namun dihiasi senyum yang sangat menarik
aEs..Mayang yaaEt tegurnya sambil membukakan pagar, aku mengangguk dan membalas dengan bertanya aEs..Dito?aEt Ia pun mengangguk dan menyalamiku dengan genggaman tangannya kuat sambil menepuk-nepuk lembut punggung telapak tanganku dengan akrab sekali.

Sesampai di ruang tamu bergaya aE~JepangaE?-tidak ada kursi hanya bantal2 besar dan meja-paviliun kecil dengan kesan lelaki yang sangat kuat. Setengah jam kami berbasa-basi. Ia lebih banyak mendominasi pembicaraan yang benar-benar mencairkan suasana yang agak kikuk, aku hanya terpana melihat Dito berbicara, tawanya yang lepas, dan canda nakalnya yang sering membuat wajahku merona merah, dan kemudian aEs..ayo kita mulai kerja bakti..aEt ajaknya sambil tersenyum. Senyum yang aku yakin telah memikat banyak wanita. Aku segera menuju dapur-yang juga sangat lelaki-piring, gelas dan sendok kotor menumpuk, sementara Dino membersihkan kamar tidur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang istirahat dengan segala pernik elektronik. Sesekali ia menengokku di dapur dengan celetukan-celetukan lucunya membuat aku tidak dapat menahan tawa. Sambil mencuci aku sempat tersipu-sipu membayangkan kegiatan kami yang layaknya seperti pasangan yang baru menikah.

Jam 1.00 siang aE~kerja baktiaE? tuntas, sebelum permisi untuk mandi Dito memesan pizza lewat telpon untuk makan siang, Ia menyilahkan aku memutar VCD sementara menunggunya mandi. Aku memilih film sekenanya saja karena tidak ada bintang2 filmnya yang familiar. Aku sempat kaget melihat adegan ciuman difilm itu yang berbeda dengan adegan ciuman difilm yang biasa aku tonton dan yang membuat aku terkejut ternyata adegan ciuman itu berlanjut lebih dahsyat lagi. Sambil berciuman tangan pria di film itu mulai meraba-raba paha pasangannya dan semakin naik hingga dibagian sensitif dibalik rok. Mata si wanita terpejam menikmati elusan-elusan itu. Apalagi adegan selanjutnya yang memperlihatkan pria itu menciumi buah dada pasangannya yang saat itu sudah telanjang bulat, aku betul2 terpana! Ingin rasanya mematikan VCDnya tapi rasa ingin tahu akan apa yang terjadi berikutnya membuat aku tidak menekan tombol off di remote control, adegan berikutnya semakin memanas, saat siwanita membuka celana dalam pasangannya aku menahan napas melihat kemaluannya yang panjang dan besar itu dijilati dan dihisap!

Ada rasa aneh yang menjalar ditubuhku, membuat aku duduk dengan gelisah, dan semakin gelisah lagi waktu si pria mulai menyetubuhi pasangannya. Seumur hidup belum pernah aku menyaksikan adegan2 seperti itu, mimik si wanita yang demikian menikmati ditambah lagi desah2annya telah membuat bagian2 sensitif ditubuhku mengeras, tanpa sadar aku pun merapatkan paha dan menggerak-geraknya, napasku pun mulai tidak terartur..saat itulah lamat2 kudengar pintu kamar mandi terbuka, secepat kilat kutekan tombol off di remote control dan mengembalikan piringan VCD ketempatnya. Dan benar, Dito berdiri di sampingku kelihatan lebih segar dan harum
aEsKok udah selesai nontonnya?aEt Tanya Dito.
aEsNgga kok aku Cuma denger radio ajaaEt Jawabku berbohong.
Belum lagi berbicara banyak pengantar pizza tiba, aEssafe by the bellaEt, aku begitu lega karena kuatir Dito mengetahui kebohonganku.

Kami pun menikmati makan siang sambil lesehan dikamarnya yang merangkap ruang istirahat sambil bercengkerama. Berbicara dengannya betul2 mengasyikan, iya tahu betul kapan harus berbicara dan kapan harus menjadi pendengar yang baik, Duduk lesehan membuat rok jeansku sedikit tersingkap, sesekali aku menangkap pandangan Dito yang mencuri tatap kearah pahaku yang putih dan anehnya aku bukannya malu malah sebaliknya menikmati tatapnya.
aEsMau nonton VCDaEt Dito menawarkan, selesai kami makan aEsTapi filmnya belum disensor, ngga apa2 kan?aEt aku mengerti maksudnya dan bingung mau menjawab apa, kebingunganku diartikan aE~iyaaE? rupanya, Dito langsung memutar VCD, kami duduk lesehan dengan menyandarkan punggung masing2 ditembok. Kembali adegan2 yang aku lihat tadi muncul dilayar TV 29aE?nya, hanya saja ceritanya berbeda. Awalnya aku cukup risih juga nonton adegan2 panas itu berdua tapi melihat Dito begitu santai tidak ada tendensi apa2 aku pun mulai relaks dan menikmati film aE~panasaE? itu. Kembali perasaan aneh itu muncul setelah 20 menit melihat adegan yang seronok itu, dan entah bagaimana mulainya tiba-tiba aku merasa bibirnya mengecup lembut leherku, dapat aku rasakan darahku berdesir.

Ya, ampun! aku bukannya mengelak atau marah, malah sebaliknya menikmati kehangatan bibirnya dileherku yang kemudian menjalar kebibirku, kecupan lembutnya perlahan-lahan berubah, Dito mulai mengulum bibirku, aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku bukannya tidak pernah berciuman, tapi yang seperti dilakukan Dito baru pertama aku rasakan dan ini menimbulkan sesuatu yang luar biasa. Belum hilang rasa itu, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang, hangat sekali rasanya. aEsaahh..aEt, Aku mendesah pelan sambil menengadahkan kepalaku, agar lidahnya leluasa melingkar-lingkar di leherku.., menari-nari di situ.., aakkhh.., semakin tak karuan rasanya. Dan tiba-tiba aku merasakan tangannya meremas lembut payudaraku membuat desiran darahku semakin kencang, aku betul2 terangsang, tapi rasa malu ku tiba-tiba menyergap dan aku berusaha melepaskan tangannya dari payudaraku aEs..Jangan Dit..aEt pintaku, ia sepertinya bingung
aEs..Aku belum pernah ..aEt kataku,
aEs..oh maaf..aEt Dito sepertinya memahami penolakanku, dan kamipun melewati petang itu dengan nonton sesekali diselingi kehangatan bibirnya.

Menjelang malam aku pun pulang, dan berjanji untuk datang lagi esok hari Minggu. Sampai dirumah aku langsung mandi dan berkurung dikamar membayangkan kejadian di rumah Dito, sesuatu yang belum pernah aku alami dalam hidup, film yang aEspanasaEt, kecupannya yang membara dengan lidahnya yang menjalar dileher dan remasan tangannya didadaku. Ingin rasanya menghilangkan semuanya itu dari kepalaku, tapi semakin aku ingin membuang semakin kuat bayang2 semua kejadian itu melekat dikepalaku. Tanpa sadar aku mulai menirukan apa yang dilakukan Dito, meng-elus2 dan meremas payudaraku sendiri. Rasa nikmat yang timbul menguasai seluruh tubuhku, semakin lama semakin keras telapak tanganku me-remas2 dan instingku menuntun agar jari-jemari menyentuh puting payudaraku ..dan saat jari-jemariku mulai memilin-milin puting kecil ke-merah2an itu..ngghh..tanpa sadar aku melenguh dan meng-geliat2 kecil, aku sangat menikmatinya sampai tertidur pulas.

Pagi harinya, Minggu yang cerah, aku begitu ceria sarapanpun kuselesaikan dengan secepat kilat tidak sabar rasanya untuk segera memenuhi janji dengan Dito. Tepat jam 10.00 aku sudah dirumahnya
aEs..Hallo, selamat pagi..aEt sapaku begitu pintu terbuka.
aEs..Hai pagi,..aEt sapanya kembali, Dito tampak segar dan wangi, ia kemudian mengecup kedua pipiku dan memelukku erat, membuat aku agak tersipu dengan penyambutannya.
aEs..Ayo masuk..temenin aku sarapan ya..aEtajaknya sambil menarik tanganku
aEs..Aku sudah..minum saja..aEt ia kemudian membuatkan aku teh hangat manis dan duduk berhadapan dengannya di meja makan kecil dengan dua bangku. Seperti biasa Dito yang lebih banyak berbicara dengan gayanya yang memukau.

Selesai sarapan kami masih tetap duduk dimeja makan menghabiskan teh hangat dan kopi sambil berbincang-bincang. Dito sesekali meremas tanganku, kadang membelai pipiku dengan punggung jari2nya..aEtKulit kamu halusaEt celetuknya, aku menunduk tersipu-sipu. Dito mengangkat daguku dan mengecup lembut bibirku, kecupan lembut yang panjang dan secara perlahan berganti dengan lumatan-lumatan panas. Kehangatan bibir dan desiran nafasnya yang menyentuh kulit begitu membangkitkan gairah kewanitaanku. Entah kapan mulainya, tiba-tiba saja kami telah berdiri berpelukan sambil tetap saling melumat dan..lebih liar, aku merasakan lidahnya menggeliat-geliat didalam mulutku. Aku bukan lagi Mayang yang kemarin, Mayang yang sekarang tidak lagi pasif saat lidah Dito menari-nari dirongga mulutnya, Mayang yang sekarang membalas keliaran lidah Dito dengan gairah yang mengapai-gapai keluar dari tubuh yang mulus dan sintal.

Aku merasakan pagutan-pagutan Dito dileherku yang jenjang diselingi dengan jilatan2 lidah yang membara membuat seluruh bulu2 halus dibadanku berdiri. Dan saat lidahnya turun ke belahan dadaku..menari-nari di situ dibarengi dengan remasan2 tangannya dipinggulku, membuat aku semakin tak karuan. Begitu tangannya mulai meremas-remas payudaraku-bukannya menolak seperti kemarin-malah aku mengharapkan lebih, Dito seperti mengerti keinginan itu, ia mulai melepaskan kancing bajuku satu persatu dan membuka bra 34b yang menyangga payudaraku.. aEsagghhaEt..jerit birahi keluar tanpa aku sadari saat tangannya meremas-remas lembut dan payudaraku yang putih dan sudah mengeras. Aku terlena pasrah dibawah kenikmatan yang baru pertama kurasakan ini.

Aku bahkan ingin lebih, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku yang kubusungkan, Dito tahu persis harus melakukan apa, lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar melingkar-lingkar di puting susuku dengan liarnya, aku menggelinjang-gelinjang menahan geli dan nikmat yang luar biasa. Dari meja makan kami pindah ketempat tidur, disini kembali kedua puting payudaraku menjadi bulan-bulanan mulut Dito, aku merintih..mengerang, keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur, tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting payudaraku.

Aku baru sadar sudah dalam keadaan tanpa sehelai benang pun di tubuhku saat Dito merebahkanku di kasur. Dito menerkam tubuh sintalku dengan birahi yang membara, kamu berpelukan saling memagut, menjilat, meremas dan berguling-gulingan. jari-jemari Dito merayap dan menyentuh bagian kewanitaanku, akupun meradang. Aku tidak lagi mampu menahan eranganku yang keras saat jari-jemarinya dengan lembut membelai lembut mulut kemaluanku, jari-jarinya dengan lincah bermain-main, menekan dan mengelus seluruh permukaan kewanitaanku, yang kurasakan mulai basah oleh cairan birahi.

Sambil melumat payudaraku Dito mulai melepas seluruh pakaiannya dan aku merasakan kejantanannya yang keras dan hangat menyentuh pahaku. Dito menarik tanganku agar menyentuh kejantananya, bukannya sekedar menyentuh, akupun mulai meremas-remas, sentuhan tanganku di kemaluannya membuat birahiku semakin menggelegak. Dito kemudian beringsut ke bawah lidahnya menjalar ganas menjilati kulit mulus pahaku membuat tubuhku mengelinjang keras. Aku merasa pahaku bergetar ketika lidah Dito yang panas mendekati selah-selah paha. Aku menjerit tertahan saat lidah Dito sampai di bibir kewanitaanku, lidahnya yang nakal menelusuri seluruh pinggir bibir kewanitaanku. aEsAhhgg..aEt, Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya mulai menjilat-jilat klitorisku, aku mencengkram rambut Dito menahan gejolak birahi yang sudah tidak tertahankan lagi. Tapi rupanya Dito tidak ingin segera berhenti memberikan kenikmatan lidah dan mulutnya.

Kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak. saat mulutnya mulai menghisap-hisap kemaluanku layaknya mencium bibir. Belum pernah aku rasakan kenikmatan seperti itu. tubuhku bergetar keras merasakan lidahnya yang sesekali masuk kedalam kemaluanku dan bergerak-gerak cepat. Tanganku mencengkram apapun yang dapat kuraih, sungguh tak aku kuasa menahan sengatan kenikmatan diseluruh bagian tubuhku, aku mengeliat, menggelepar, dan menyorongkan kewanitaanku kemulut Dito untuk lebih menikmati sensasi mulutnya, hanya jeritan-jeritan dari mulutku yang mengekspresikan kenikmatan yang luar biasa. Aku sudah dalam keadaan terangsang sekali punggungku terangkat-angkat, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, bahkan mengelepar-gelepar seperti ikan tanpa air akibat nikmat tak terkira. Rintihanku kian tak terkendali, sementara Dito seakan tak ingin menyudahi kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku, bahkan. Jilatan dan hisapan mulut Dito kian buas menerpa kewanitaanku, benar-benar tak terperi nikmatnya.

Aku betul-betul sudah tidak berdaya lagi, entah beberapa kali sudah tubuhku mengejang dan mengeluarkan cairan birahi saat mulut dan lidahnya bermain-main di kewanitaanku. Akhirnya Dito perlahan-lahan merayap naik ketubuhku dan melumat dadaku, sementara kakinya secara perlahan membuka kedua kakiku. Sentuhan2 kulitnya disekujur tubuhku membuat aku seperti melayang-layang..aku memeluknya erat2 dan menanti apa yang akan dilakukan Dito selanjutnya.

Dan..kemudian aku merasakan kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku dan perlahan mamasukinya seluruh tubuhku bergetar hebat merasakan ujung kejantanannya dalam mulut kemaluanku yang semakin basah. Dito tidak langsung memasukan seluruh kejantannya tapi berulang-kali mengeluar-masukan ujung kemaluannya dengan perlahan membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya, diriku terombang-ambing ke alam lain. Aku bahkan membuka kedua kakiku lebih lebar lagi seakan meminta Dito agar memasukan kemaluannya lebih dalam lagi dalam rongga kewanitaanku. Miliknya yang panjang dan hangat itu semakin dalam masuk, aku terbelalak karena rasa perih saat kejantananya merobek selaput daraku. Dito seperti tahu persis apa yang harus dilakukannya, ia melumat mulutku dengan lembut dan berbisik. aEs..rileks Mayang, sedikit lagi kamu akan merasakan kenikmataan seutuhnya..aEtsambil menjilati telingaku, menggigit mesra leherku dan melumat puting payudaraku membangkitkan lagi getar2 birahiku sehingga sakit itupun tidak lagi terasa.

aEsAahhgg Dittoo.., oohh..aEt, erangan yang panjang tak dapat kutahan lagi saat merasakan seluruh kejantannya yang keras dan panjang perlahan-lahan menyusuri rongga kenikmatanku sampai akhirnya seluruhnya berada dalam diriku. Aku memeluknya erat2 melumat bibirnya saat ia mulai menggerakkan kemaluannya yang telah memenuhi seluruh rongga kewanitaanku, keluar masuk dengan perlahan. Sungguh kenikmatan yang sulit untuk digambarkan, rintihan birahiku semakin menggila kala Dito menggerakkan tubuhnya lebih cepat lagi. Kejantanannya tanpa henti menghentak-hentak seluruh bagian dalam kewanitaanku dan menggosok-gosok seluruh dinding kemaluanku dengan keliarannya, hentakannya semakin lama semakin cepat membuat aku semakin gila mengeliat-geliat. Tubuh kami semakin diselimuti peluh-peluh kenikmatan.

Setiap kali kejantanan Dito menerobos menguak kewanitaanku dan saat Dito menariknya, seluruh tubuhku dilanda kegelian, kegatalan dan entah rasa apalagi. Akhirnya aku merasakan satu desakan keras di rongga kewanitaanku aku menjerit dan mengerang kesetanan membuat tubuhku mengejang dan memuntahkan cairan birahi membasahi kejantanan Dito dan lorong kewanitaanku, sungguh sebuah kenikmatan puncak yang tak terkira. Seteleh itu entah berapa kali lagi tubuhku mengejang dan mengeluarkan magma birahi, dan rasanya aku tidak ingin berhenti merasakan kenikmatan ini.

Hingga akhirnya Dito semakin mempercepat gerakannya dan kurasakan kejantanannya membesar ia kemudian menekan keras kemaluannya hingga seluruhnya terbenam dalam rongga kenikmatanku disertai erangan-erangan liarnya, kurasakan semburan-semburan hangat keluar dari kemaluannya, diikuti oleh semburan-semburan cairan kenikmatan dari kewanitaanku membuat tubuhku seakan melayang-layang. Dan kamipun lemas dalam kenikmatan yang belum pernah aku rasakan seumur hidup.

Dihari-hari berikutnya aku tidak sabar untuk segera bertemu dan menikmati kembali kejantanan Dito, ia begitu banyak mengajarkan aku variasi dalam bersetubuh, oral sex misalnya. Awalnya aku merasa jengah tapi begitu aku merasakan lidahku menjalar-jalar dibatang kemaluannya yang keras ada sensasi sexual yang lain terlebih ketika aku mencium dan mulai menghisap kepala kemaluannya, Dito yang tergetar akibat hisapanku membuat birahiku memuncak. Saat seluruh kemaluannya berada dalam mulut aku betul2 seperti kerasukan mengulum-ngulum, menghisap-hisap dengan sangat bernafsu, dan sesekali kurasakan kejantanan Dito seakan ingin menerobos ketenggorokanku, begitu cairan birahinya menyembur-nyembur, disertai erangan-erangan liar Dito serta merasakan cairan hangat itu mengalir di tenggorokanku aku merasakan sesuatu yang luar biasa, tidak henti2nya aku hisap cairan2 tersisa seakan-akan tidak ingin setetespun terlewatkan, aku sungguh sangat menyukainya.
Suatu hari sepulang dari kafe dimobil dalam perjalanan pulang membayangkan apa yang akan dilakukan Dito dirumah membuatku aEsonaEt-mungkin akibat alkohol, Akupun mulai meraba-raba miliknya, setelah mengeras kukeluarkan dari balik celananya dan mulai kujilati dan mengulumnya dengan rakus. Tanpa terasa kamipun sampai, dengan tergesa-gesa kami melanjutkan lagi permainan panas didalam mobil ke dalam rumah. Kami berpelukan dan saling melumat dengan gairah yg membludak, puting susuku tak terlepas dari lumatannya dan tangan kirinya menjalar kedalam rok, mulai meremas2 dan memasukan jarinya kedalam lubang kenikmatanku. Tapi kali ini Dito tidak hanya memasukan jari tengah-seperti biasanya- ia memasukan juga jari manisnya dan disusul dengan jari kelingkingnya, dengan tiga jarinya Dito mengaduk-aduk kemaluanku, permainan baru ini membuat seluruh tubuhku menegang merasakan nikmat yang luar biasa.
Tubuhku yang sudah tidak tertutup sehelai benangpun direbahkannya ditempat tidur dan ia melanjutkan permainan aEstiga jarinyaaEt plus lidahnya yang menjilat-jilat dan menghisap-hisap klitorisku membuat kesadaranku seakan-akan hilang, tubuhku mengelepar-lepar tak tentu arah. Dito kemudian membalik tubuhku pada posisi tengkurap dan membuka kaki kananku, aEstiga jarinyaaEt masih didalam kewanitaanku Ia menambah sentuhan birahinya dengan menggigit-gigit punggungku..aahh..sungguh luar biasa..Setelah puas, Dito mulai naik kepunggung dan dapat kurasakan kejantannya memasuki kewanitaanku.
Dito tidak langsung menengelamkannya, Ia membiarkan aEskepalanya bermain-mainaEt dulu membuat aEsmilikkuaEt semakin basah, ditambah lagi dengan remasan tangannya di kedua bukit kenikmatanku, serta pagutan-pagutannya dileher membuat birahiku memuncak ingin rasanya Ia segera meneggelamkan kemaluannya. Tapi kembali Dito memberikan kejutan, ia mencabut kejantanannya, memegangnya dan mengarahkannya ke lubang anusku, dengan tangan Dito menekan kejantannya yang basah oleh cairan kenikmatan sehingga ujungnya memasuki anusku, belum lagi hilang rasa kagetku Dito kembali mencabut dan memindahkannya aEskepalanyaaEt ke lubang kewanitaanku. Berkali-kali ia memindahkan aEskepalanyaaEt di kedua lubangku dan tanpa terasa kalau kemudian sudah bukan kepalanya lagi yang masuk ke anusku tapi sudah hampir seluruhnya menguak dan menerobos anusku..dan saat ia menenggelamkan seluruhnya menimbulkan sensasi sexual yg dahsyat dan semakin bertambah saat Dito mulai menarik dan mendorongnya secara perlahan..aakkhh..dapat kurasakan bagaimana kejantanannya memberikan kenikmatan dalam anusku.
Dito tidak berhenti hanya sampai disitu ia kemudian memasukan jari2nya yg nakal kedalam lubang kenikmatanku..aEtoohh..Ditoo..aEt jeritku melepas birahi yang membludak saat ia melakukan aEsdouble attackaEt ..aEt***** mee..***** me hard honey..***** my ass harder..harder..aEt aku meracau tidak karuan, membuat Dito semakin bernafsu dan semakin liar melakukan double attack-nya dan..kembali tubuhku bergetar keras merasakan dorongan magma birahi yang akan meledak..aEt..aagghh Ditoo tekann..aku keluaarraEt jeritku, dan kurasakan lahar birahiku menyembur keras berbarengan semburan Dito, kamipun terkulai lemas dalam kenikmatan.

Aku tidak menyesali memberikan aEstigaaEt keperawananku (kegadisan, mulut dan anus) kepada Dito bahkan menikmatinya walau tidak ada janji-janji manis, hanya gairah dan birahi yang diberikannya. Dito telah memberikan aEspengalamanaEt yang luar biasa dalam hidupku.

Wednesday, December 26, 2012

Cerita PRT - Pemerkosaan Nikmat

Kisahku mungkin biasa saja, yakni tentang prt (pembantu rumah tangga) yang diperkosa majikannya. Memang tidak ada yang istimewa kalau cuma kejadian semacam itu, namun yang membuat kisahku unik adalah karena aku tidak hanya diperkosa majikanku sekali. Namun, setiap kali ganti majikan hingga tiga kali aku selalu mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aku akan menceritakan kisahku itu setiap majikan dalam satu cerita.

Begini kisahku dengan majikan pertama yang kubaca lowongannya di koran. Dia mencari prt untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aku wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan rumah tangga. Untungnya aku menguasai semuanya sehingga tidak menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus aku bebas makan, minum serta berobat kalau sakit.

Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.

Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.

"Tolong siapkan air panas, Yem," suruhnya suatu petang, "Aku kurang enak badan." Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.

"Sepatunya dilepas ya, pak," kataku sambil menjangkau sepatunya.

"Heeh," sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.

"Tubuh bapak panas sekali ya?" tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. "Bapak masuk angin, mau saya keroki?" tawarku sebagaimana aku sering lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.

"Keroki bagaimana, Yem?" Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.

"Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau," katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.

"Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi," saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, "Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yang berkeringat ini." Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.

"Bapak mau makan dulu?" tanyaku.

"Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?" jawabnya dengan logat daerah, "Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur."

Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.

"Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem," katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.

"Maaf, pak," akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.

"Sekarang dadanya, pak," kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah penisnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap malu.

"Ups, maaf Yem," katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.

"Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?"

"Bbb..belum, pak," jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih SD.

"Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he.." guraunya. Aku tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.

"Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?"
"Saya pingin kerja dulu, pak."
"Kau tak ingin kawin?"
"Ingin sih pak, tapi nanti saja."
"Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha.." Wajahku pasti merah panas.
"Sudah selesai, pak," kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.
"Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat," pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.

"Perutnya juga, Yem," pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil berbisik, "Terus gosok sampai bawah, Yem," dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.

"Jangan, pak," tolakku halus.
"Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja.." Ia menggenggamkan penisnya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.

"Jangan, pak.. jangan.." protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.

"Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?" pintanya dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.

"Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh.." Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku kaget, "Jangan pak!" sambil berkelit dan menghentikan kocokan.

"Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi.." Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.

Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.
"Sudah ya, pak," pintaku.
"Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar.."
"Keluar apanya, pak?" tanyaku polos.
"Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah.."

Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.

"Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh.." Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi mencuci tangan.

"Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi.." katanya padaku. Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..

"Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat," kataku sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.

Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke penisnya.

"Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar.." Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.

Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dengan tubuh bugilnya.

"Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?" pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.
"Jangan pak," tolakku halus.
"Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat.." rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.
"Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak.." rengekku.
"Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi.." bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.
"Woow, tubuhmu bagus, Yem," pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.

"Malu ah, Pak kalau diliatin terus," kataku manja sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.

"Ugh.. aduuh.. nikmat sekali," aku bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.

"Jangan buka CD saya, pak," tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar mendesak-desak syahwatku.

Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.

Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati seputar vaginaku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.

"Pak, jangan pak! Jangan!" Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku merasa memekku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.

Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, menebar air mani!

Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali ke desa dengan hati masygul.
Sungguh Puaskah Istri Anda ?