Enam bulan sejak kepergian Ngatinah, hidupku terasa sepi. Bahkan kopi yang kubuat sendiri, terasa sangat kecut hari ini. Angin panas di depan rumah seakan hendak masuk dan membakar daging-daging tua ini. Ah Ngatinah, seandainya kau masih ada, tentu hidup tak sesepi ini. Anak-anak yang sudah di negeri jiran, justru tak pernah mengingat kita, selain menunjukkan eksistensi mereka dengan selembar
No comments:
Post a Comment