Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Friday, November 5, 2010

Cerita Pengalaman Pertama dengan Tante Lin

Sebelumnya, perkenalkan namaku Frans, usia ku 21 tahun, dan ini adalah
pertama kalinya aku mengirim cerita di sini, sebagai sharing untuk
teman-teman. Aku adalah seorang warga keturunan, saat ini aku sedang
kuliah di sebuah PTS di Jakarta. Tinggi

badanku 180 cm, berat badan ku 67 kg. Aku adalah anak pertama dari dua
bersaudara. Mohon maaf jika bahasanya ada yang tidak tepat, karena aku
belum berpengalaman dalam bercerita, dan kosakataku dalam berbahasa juga
kurang, tapi semoga teman-teman masih mengerti maksud dari cerita dewasa
ini. Jika ada saran atau kritik tolong email saya.
Pengalaman ini kualami baru 2 bulan yang lalu, dan ini merupakan pertama
kalinya aku melakukan hubungan badan dengan seorang wanita. Tepatnya
dengan seorang tante, panggil saja namanya tante Lin, dia seorang janda
yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur tante Lin
sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil. Dia
sebenarnya sering sekali datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah
rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan
anak dari kakaknya. Namanya Fandri, dia juga sedang kuliah dan tinggal
di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami
lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

Perkenalanku dengan tante Lin, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta,
karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku
diajak makan siang bersama oleh Fandri, dan katanya ada tantenya yang
datang ke Jakarta bersama anaknya. Fandri berjanji untuk bertemu
tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu
selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya.
Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat
lain lagi. Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi,
cantik dan seksi. Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang
terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang
langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu
tinggi, mungkin sekitar 160cm. Dadanya yang montok, besar dan kencang,
mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat
dengan kancing bagian atas yg dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu
terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar
dari pakaiannya. Pantatnya yg bulat dan kecil itu, terlihat begitu
padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian,
keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat
seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat
seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali
pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja,
aku sangat pengen meremas-remas dada dan bokongnya itu, tangan ku sudah
gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

Setelah itu kami saling berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu
lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami
berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena tante Lin orangnya gaul,
jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar
pulang ke kos oleh tante Lin. Sayang sekali aku tidak menanyakan no
hpnya. Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena tante lin
sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi
semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante lin sering
telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi tante
Lin lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat
dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya
basa-basi saja.

Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi
benar-benar akrab dengan tante Lin.. dan tante Lin mengajaku untuk
menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi tante Lin tetap memaksa
seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya
pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.
Malam itu, aku dan tante Lin duduk-duduk di lantai teras rumahnya di
lantai paling atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang
tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah
tidur.

Karena aku dan tante Lin sudah akrab, maka aku memberanikan diri
bertanya-tanya sesuatu yang "nakal".
"tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin
tidur.. hehe..", candaku pada tante Lin..
sebelumnya tante Lin tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa
kecil, tapi akhirnya, "Nakal juga kamu ya.."
"emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. ",
lanjutnya dengan sedikit mengeluh.
"hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..", candaku lagi.
"haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah
tante yang kecewa..", tanyanya, sambil memancingku.
"iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama
posisi-posisi nya..", candaku dengan sedikit menantang.
"yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..", ajaknya dan mengubah
topik. Dan kami pun masuk kedalam.
Tante Lin memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya,
ternyata tante Lin masih berdiri di sana. Kami saling bertatapan, cukup
lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan
berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba tante Lin memegang
kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar,
kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.

Tante Lin langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku,
kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba
tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

"Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..", setelah itu
langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang
memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat
seluruh rambutku. Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan
kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku
membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku
baru sadar bahwa nafsu seks tante Lin ternyata besar sekali, dapat
kulihat dari caranya, bagaimana tante Lin ingin melumat lidahku. Ketika
lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit
dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami
seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.
Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus
menikmati tubuh tante Lin sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku
yang tertahan selama ini pada tante Lin.

"emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..", suaranya mendesah.
Ketika sekali-sekali tante lin mengigit bibir bawahku, aku gigit pula
bibir atasnya. Begitu juga ketika tante Lin mengigit bibir atasku, maka
aku menggigi bibir bawahnya.
Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai
akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya
kedua pantatnya yang bulat itu.

"ahhh….", teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu,
sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin
merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu
empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.
Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku
kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu
dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba, "aaahh..", suara itu
yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan
jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku
bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya
itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya
memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli
jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya
mengejang kegelian.

Setelah cukup lama kami berciuman, tante Lin melepaskan bibirku, lalu
dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan
yang begitu menakjubkan ketika tante Lin mengangkat kedua tangannya,
dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang,
ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami
benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian
tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k tante Lin itu telah
dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih segar.
Adikku sudah mencapai 80%.

"dicukur tante..?", tanyaku, tante Lin hanya membalas dengan senyuman
dan tidak berkata apa-apa.

Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami
semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental,
begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela
mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air
ludah kenikmatan bersama-sama tante Lin. Tiba-tiba tante Lin menyedot
semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan
mata dan senyuman yang nakal, tante Lin mengeluarkan air ludah itu,
membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya,
lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke
pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih
licin. Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah,
tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya,
lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah
bercampur dengan keringat tante Lin.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh tante Lin sedikit
kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,
"besar banget tante..", kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi
aku tahu kalau dia tertawa gembira.

Kubaringkan badanya ke ranjang, tante Lin dibawah dan aku diatas
menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting
susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai
memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

"aaahh..", desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit
memaksa aku mencoba "memakan" dadanya sebanyak mungkin. Aku ingin
"menelan" semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua
itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

"ssshhh..aahhh..aah..aah..", desahannya semakin membuat nafsuku
menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya,
menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan
tante Lin tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.

Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku
mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit
kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya,
naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu
basah oleh ludahku.

"aaaaaaaaahhhh………..", suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat
tante Lin menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak
akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat
pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan
kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya
terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya,
menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya
dapat kulihat dengan jelas. Tangan kiriku memegang perutnya, dengan
badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan
jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya,
kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk
dilobang vaginanya.

"aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…", kata tante Lin sambil
memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan vaginanya.
"jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…"

Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh
tante Lin seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta
kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.

"aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..", kata tante Lin, sembari tubuhnya
mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak
dari dalam vaginanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke
dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak
begitu sedap.

"haah.. hah.. hah..hah..", suaranya kecapekan, disertai keringat yang
bercucuran dan tubuhnya mulai melemas. Tangannya pun jatuh terkulai
keranjang, tante Lin terlihat seperti orang yang sudah KO.

"Jilatin franss… jilatin yaa.. sampe bersih…", kata tante Lin
dengan manja.. Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan
manja tante Lin, akhirnya kulakukan juga. Padahal penisku saja belum
kumasukan kedalam vaginanya, tapi tante Lin sudah kecapekan. Tapi aku
juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku
sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku
belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.
"hahh.. franss.. jari kamu bener-bener nakal..", katanya
terengah-engah.
"sini frans..", panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal
tubuhku, dan kubiarkan juga penisku terjepit diantara tubuh kami. Aku
dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah
kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga
melingkat dan melipat di punggungku. Tanganku memegang pinggangnya,
meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya
yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh
keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat
penisku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja
kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur,
kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.
"frans, tante suka banget cara lu ngobokin vagina tante..", kata tante
Lin memjuaku.
"jadi gimana.. tante puas ga..", tanyaku.
"puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..", katanya sambil
memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.
"tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..", lanjutnya menggoda.
Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan
mulainya ronde kedua.
"hhmmppp… hmmppp.. hemmmpp…", desahannya menjukkan bahwa tante Lin masih
bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali
didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.
Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina tante Lin sudah kembali.
Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Lin mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku
dibawah dan tante Lin diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu,
perlahan-lahan tante Lin menegakkan badannya. Tante Lin pun melakukan
hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku,
perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus
turun dengan cepat sampai membasahi penisku yang berada terjepit
diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, tante Lin memundurkan tubuhnya,
lalu membungkuk, sambil memegang penisku, tante Lin menumpahkan sisa air
ludah itu ke penisku.
"wow.. lumayan juga punya kamu yaa…", katanya dengan bernafsu, sambil
memegang erat penisku.
"tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu
kecapekan..", setelah itu, tante Lin mulai mengecup kepala penisku.
Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang
digenggamnya dengan kuat buah pelirku.
"Aaah…", kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, tante
Lin dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai
keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat
pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana tante Lin menjilati
penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasanya geli
sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat
batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.
Sekarang giliran buah pelirku ikut di"makan"nya, dimasukkan kedalam
mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat
didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante
Lin. "aaahh..", teriakku kecil, menahan sakit.
Penisku sudah basah sekali oleh air ludah tante Lin, nafsunya seperti
sudah tidak tertahan lagi. Penisku teraa panas gara-gara bergesekan
dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti
dengan tangannya. Sesekali kepala penisku ditarik dengan kuat oleh
giginya. Geli sekali.
Cukup lama tante Lin bermain-main dengan penisku, kira-kira hampir
setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.
"aaaaa.. tanteeeee…", teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, tante Lin makin mempercepat gerakan mulut dan
tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt..
crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Lin tidak mengeluarkan penisku dari
mulutnya, dengan nafsu tante Lin menjilati semua spermaku, tidak
dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semuanya ditelan tanpa sisa,
bahkan penisku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai tante
Lin terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

"aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..", kata tante
Lin.
"ha ha.. sekarang kita satu sama..", lanjutnya dengan gembira, sambil
menindih badanku.
Kami berpelukan diranjang, saling meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang
mulus, sedangkan tante Lin mengelus-elus perut dan dadaku. Kami saling
bertatapan dan saling memuji.
"enak sekali tante.. tante jago banget..", kataku, menikmati bagaimana
enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.
"kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…",
balasnya nakal.
Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat tante
Lin, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.
Tak banyak bicara, tante Lin mengecup dahiku.
"kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget
rasanya..", katanya.
"iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..", balasku.
Tampak tante Lin tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku
masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau
memaksa tante Lin yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, saling menghangatkan.
Kupeluk erat-erat tubuh tante Lin seperti sedang memeluk bantal, aku
masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Lin
mengelus-elus pahaku.
Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.
Mulai dari keesokan harinya, aku merasa tante Lin menjadi semakin sayang
padaku. Ia memenuhi semua kebutuhan dan keperluanku. Dalam 2 bulan
terakhir ini, kami telah melakukan hubungan sex lagi sekitar 10 kali dan
kami lakukan setiap ada kesempatan. Pernah kami lakukan ketika didalam
mobil, dikamar mandi, dikamar anaknya bahkan sempat diatas ranjangnya,
ranjang tempat dimana tante Lin dan almarhum suaminya tidur.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?