Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Wednesday, January 13, 2010

Bus Jakarta-Palembang


"Kamu cari saya kesini kalau berani, dari Palembang naik bis jurusan km 13 trus turun di km 9" sahut pacar saya sambil menutup telepon setelah tanpa kabar selama hampir sebulan. Oh ya, panggil saja saya Erik, dan yg diatas pacar saya panggil saja Dini. Pertama kali ketemu di pertemuan antar rekan kerja bapa, sekitar akhir desember lah. Saat itu masih segar segarnya lulus SMA dan lagi sibuk ngurus masuk kuliah, sedang Dini baru lulus SMP
Ngantuk-ngatuknya nguping orang2 tua pada bicara, tiba tiba muncul Dini bawain minuman ke ibunya, seerrr bagai kesetrum mata langsung seger dan dia sepertinya melihat perubahan diri saya.
"Dini, ini Erik" kata bapa saya sambil memperkenalkan diri saya "Rik, ini Dini anak pak Baskoro". Saya julurkan tangan dan astaga hangat sekali tangan mungil ini, tangannya yang hangat atau diriku yang dingin ketakutan. Kami langsung ngobrol berdua tanpa ada yang nyambung sama sekali, diriku yang baru lulus SMA dan Dini yang belum tau sama sekali. Tapi entah kenapa kami terus ngobrol berdua bahkan agak memisahkan diri dari ngoborolan orang2 "tua", waktu terasa cepat sekali berlalu tanpa terasa enggan rasanya buru-buru berpisah dengan bidadari didepan diriku.
Dini memang tidak terlalu cantik dengan postur tubuh yang biasa saja dan kulit agak gelap, tapi senyumnya manis sekali. Dengan memandangi wajahnya seolah masuk kedalam lautan yang sangat dalam tanpa ujung hingga kadang kadang nafas terasa sesak dan sulit bernafas. Misterius sekaligus mempersona.

Kami kemudian sepakat berpacaran walau sama sekali belum paham arti kata tersebut, bagi kami pacaran hanyalah sekadar membagi waktu berdua dan berbagi cerita. Pertemuan demi pertemuan diisi dengan saling bercerita panjang lebar tanpa ujung pangkal yang jelas. Walau terkesan tanpa makna setiap kali selalu diakhiri rasa enggan untuk berpisah jauh. "Dini cuman di Tangerang rik, naik motor palingan 30 menit nyampe" batinku meyakinkan diri.

Akhirnya suatu kali saya memberanikan diri menciumnya didepan rumahnya, walau hanya dipipi. Dia kelihatan kaget sekali dan langsung masuk kerumah tanpa keluar lagi. Saya kebingungan dan akhirnya pulang ketika Dini tidak keluar lagi sampai larut malam. Kemudian tiba tiba Dini menghilang tanpa ngomong apapun, kata ibunya dia pergi ke tempat neneknya di Palembang. Ini semua salah saya, Dini masih terlalu kecil, ah...tapi kenapa nga bilang apa apa langsung menghilang begitu saja...seribu pikiran berkecamuk di benakku...


***********************************

Tiga jam sudah berlalu sejak bus yang saya tumpangi meninggalkan Jakarta. Tanpa saya sadari perut terasa lapar dan saya lalu mengeluarkan bekal roti di tas ransel kecilku. Sambil makan saya melihat ke luar jalan, pohon rindang seakan berlomba saling mendahului berlarian di pinggiran jalan, dari kejauhan tampak orang lalu lalang. Lalu tiba tiba pemadangan berubah jadi kota kecil, sepertinya menjelang Merak atau, entahlah pikiran ku seakan kosong, lelah entah harus berpikir apa lagi, ataupun kenapa saya sampai nekad naik bus ke tempat yang belum pernah sama sekali saya kenal.
Sambil mengikuti penumpang lain saya pun turus bus sambil menuju ke tempat perlabuhan feri, ratusan penumpang berjejalan entah dari mana saja seakan tumpah sekaligus di antrian panjang yang penuh sesak. Takut terpisah dari rombongan sesama bus yang saya tumpangi, saya pun mencoba konsentrasi berusaha mengingat wajah mereka, sambil mencari jalan melalui lautan manusia yang sama sama berusaha naik keatas feri.
"Mas, sebelah sini" tiba tiba panggil seorang wanita yang tidak fasih di ingatan saya, " rombongan kita disini mas" lanjutnya. "Memangnya kita satu bus mbak?" tanya saya."Ya ampun, saya dari tadi duduknya sebelah mas, masa nga ingat? saya lihat sih dari tadi melamun terus, apa masalah apa sih sampai orang yang duduk disebelah aja nga ingat?"sahutnya lagi. Aku langsung sadar dan berusaha memastikan wajah didepan saya. "Oh iya, maaf, agak pusing dikit", jawab saya sambil menjulurkan tangan ," Erik" . "Linda", balasnya, " emang ada masalah apasih sampai bengong gitu seharian?, masalah cewe yah " godanya sambil tersenyum.
Linda memang terlihat agak tua dari saya, dilihat dari wajahnya sekitar 25an, postur tubuh agak tinggi dah wajah yang putih cerah. Astaga masa dari tadi ada wanita secantik ini duduk disamping saya, sambil membatin.
Sambil menawarkan minuman kaleng Linda terus saja bicara, bercerita tentang dirinya, tentang karirnya sebagai sekretaris di salah satu media cetak di Jakarta, tentang macetnya jalan, tentang apa saja, sementara saya terus saja diam sambil memandangi wajahnya yang "menawan". Ternyata dia ke Palembang dalam rangka melarikan diri dari pacarnya, dia belum siap untuk nikah sementara sang pria sudah pengen ngelamar ke ortunya. Aneh batinku, saya ke Palembang untuk menemui pacarku yang "kabur" karena.. (... entah karena apa....) sementara didepanku ada lagi cewe lain yang menghilang menghindari nikah. Apa semua wanita di dunia ini emang suka kabur, batinku.
Dari ceritanya ternyata dia agak menyesal bertemu dengan pacarnya, terlalu egois katanya, selalu mau menang sendiri tanpa menghiraukan kepuasan orang lain. Saya mengangguk tanpa memahami sedikitpun apa yang dimaksudnya. Jangan jangan Dini juga sama saja kabur karena saye egois menciumnya tanpa minta ijin lebih dulu, yah...andai waktu itu minta ijin dulu....
Tanpa terasa feri pun tiba di pelabuhan Bakauheuni, dan penumpangpun kembali antri turun kapal. "Sini mas" tarik Linda, "jangan bengong terus, kalo sampai ketinggalan bus bisa berabe", saya jawab dengan anggukan pelan sambil berusaha konsentrasi. "okay ini dia, naik yuk" sahutnya yang langsung saya ikutin dari belakang. Terlihat pantatnya yang padat berisi dah indah,.. lebih tepatnya bukan terlihat tetapi terasa karena tanpa sengaja wajah saya menabrak dari belakang. Sejenak tercium aroma yang agak asing tapi menyenangkan, entah kenapa wajah saya terus menempel sampai akhirnya terlepas kerena sama sama sudah naik ke bus. Sambil membimbing saya ke kursi kami wajahnya kelihatan agak merah terkadang melirik agak aneh balik ke saya.
"Gantian mas saya duduk dekat jendela mas ditengah " sambil masuk ke kursi dekat jendela sementara saya duduk disampingnya. Kemudian saya menoleh kedepan dan belakang, ternayata kami duduk di kursi paling belakang pas di depan toilet bus sementara kursi depan dan sebelah samping terlihat kosong, "Pantes saya nga ingat apa apa memang nga ada orang lain" batin saya lagi."Mikirin apa mas, hayo, bengong lagi deh. Tapi kayanya bengongnya lain kaya tadi" cecarnya sambil tersenyum manis. Saya hanya menunduk tanpa bepikiran apapun.
Bus kemudian melaju meninggalkan pelabuhan dan langit diluarpun terasa makin gelap. Entah kenapa pikiran kembali kalut, namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini disertai rasa takut dan was was. "Aduh udah mau gelap nih " ujarnya seakan memahami isi hati saya, "sebenarnya naik bus paling bahaya kalau sudah gelap gini, mana busnya nga nyalain lampu, untung mas yang duduk disebelah saya" katanya tersenyum sambil menyenggol bahu saya. Entah kenapa di cahaya yang remang remang ini wajahnya terlihat cantik sekali, badan saya langsung panas seolah mau demam tinggi.
Dari senderan kursi depan lalu Linda mengeluarkan selimut yang kelihatannya sudah disediakan, mengingat busnya memang full ac dan agak dingin. Kemudian digelarnya menutupi kami berdua sambil seolah menggigil. Lalu tiba tiba tangannya meraih tanganku "dingin yah" katanya sambil melihat kewajahku. Tatapannya terlihat aneh, seakan melekat diwajahku, ini memebuatku tambah grogi ditambah lagi tidak terlihat tanda akan melepaskan tangan atau matanya. Kemudian dia akhirnya berusaha merebahkan diri ke kursi sambil mengatur senderan, setelah kelihatan agak nyaman kembali wajahnya kembali menatapku, sejenak mengganti setelan kursi saya supaya sama sama bisa menyandar.
"Rik, saya memang lebih tua dari kamu, dan ngak sepantasnya panggil kamu mas. Tapi bisa nga kamu untuk sekarang ini saja seolah kamu lebih tua dari saya. Saya lagi kesepian butuh tempat untuk melepas beban dihati. Maukan?, " tanyanya setengah berbisik kemudian membaringkan kepalanya dibahuku.
Jantungku seakan mau meledak rasanya, kepala jadi pusing dan seluruh badan seperti dipanggang diapi, sedang dianya terus menempel manja selayaknya seorang anak kecil pada ayahnya."Kok tegang amat, yang rileks dong, nga bisa tidur kalau gini" sambil membelai dada saya, yang membuat diriku jadi tambah serba salah. Seakan tau keadaaan saya dia pun tersenyum dan tiba tiba mencium perlahan pipiku, saya serasa mau pingsan tanpa tau musti melakukan apa,"rileks" katanya lagi sambil kemudia membelai rambut saya.
Selimutpun agak dinaikkan sampai ke dagu, kemudian kepalaku ditariknya kebawah kemudian mulailah dia menciumku. Mulai dari wajah, mata, hidung, dahi, sampai akhirnya dilumatlah bibir saya. Tangannya pun tidak tinggal diam, dari dagu perlahan ke leher balik lagi ke pipi terus dibelainya, sayapun menjadi agak tenang tanpa tau harus berbuat apa. Ciuman diteruskannya semenit lima menit, sepertinya sudah satu jam, tanpa lelah terus mencium bibir dah wajah saya, tanpa saya sadari ternayata tangannya yang sebelah sedang memegang bajunya sendiri, sambil dimasukkan dan terus membelai, dari dada, turun ke perut, kemudian ditariknya tanganku dan dibimbingnya masuk ke bajunya yang entah kapan sudah setengah dibuka. Terasa bulu yang sangat halus di perutnya, seakan menari di sela jariku, kemudian dinaikkan ke dadanya, lalu tanganku dilepasnya ternayata dia berusaha membuka penutup dadanya tanpa berhenti mencium terus mencium bibirku.
Lembut sekali, lebih lembut dan empuk lagi, tanpa diperintah tanganku bertindak sendiri membelai memeras pelan, memuntir, sejak kapan tanganku bisa begini, boro boro megang liat aja belum pernah kaya apa yang disebut "tete". Dari sebelah kiri berganti kekanan terus ke perut, perlahan seperti melukis diatas mentega, lembut, halus dan hangat sekali.
Nafasnya semakin cepat, mungkin secepat diriku, tapi aku lebih mikirin dadanya yang terus saya belai dengan perlahan dan lembut sekali, sesekali memuntir putingnya, kemudia dengan satu tarikan ditariknya kepalaku ke dadanya dan terpampanglah pemandangan indah di wajahku. Kayanya semasa bayi aku pernah menyusu di ibuku tapi perasaannya lain sekali, dan memang saya tidak ingat sekali bagaimana rasanya waktu bayi dulu. Penasaran kemudian saya cium dadanya perlahan, kemudian saya cium lagi belahan dadanya, ke putingnya "isap" bisiknya, lalu seakan jadi bayi lagi saya rengut putingnya dengan lahap, saya isap jilat, sambil terus membelai yang sebelahnya lagi, sesekali lidahku mempermainkan putingnya, memutar mendorong, apa waktu kecil lidah saya ada seperti begini batinku.
Sambil terus menghisap, menjilati, memuntir, saya lihat tangannya sudah beralih ke roknya, yang merumbai. Dinaikkannya roknya sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna putih, agak gelap memang dibawah selimut, tapi cukup terang kelihatan warna putihnya,dimasukkannya jari kedalam celana dalammya, sambil menggigit bibir karena takut terderngar penumpang lain. Tanpa melepaskan dadanya, terus saya perhatikan tangannya yang sudah masuk lebih dalam lagi sambil terlihat jarinya berusaha gerak namun karena posisinya agak susah lalu di tariknya lagi. Kemudian dilepaskan mulutku dari dadanya kemudian di tatapnya lekat sambil dicium pelan. "bentaryah netenya"
Agak sedikit membungkuk dilepasnya celana dalamnya kemudian diraih talipinggangku, dibukanya dengan perlahan tanpa suara perlahan sekali. Kembali dia memandang dan menciumku, lalu tangannya dimasukkan kecelana dalamku, ditariknya kembali, ternyata didalamnya agak "basah" lalu dilap tangannya ke roknya dan kembali dimasukkan. Perlahan di belai belai terus dikeluarkan lagi kai ini aku disuruh agak berdiri lalu di pelorotinlah celanaku sampai kelutut, kemudian celana dalamku.
Belum hilang rasa kagetku tiba tiba rasa dingin menjalar ke tubuhku, seakan akan "basah" saya lihat kedalam selimut ternyata kemaluanku sedang dihisap olehnya. Agak geli rasanya kemudian rasa dinginpun hilang diusir panas yang lebih tinggi dari pertama tadi. Pikiranku serasa diawang awang, seluruh badanku serasa bergetar lembut, sambil terus dijilatin diciumin pangkal dan ujung kemaluanku sementara tangannya membelai ke bijinya, dilahapnya sambil terus dihisap seakan ada sesuatu didalamnya yang ingin dikeluarkan, kemudian dinaikkan dan diturunkan, isapan dan jilatan dan entah apa lagi yang pasti aku hampir berteriak dan akhirnya ujung selimut saya gigit keras menahannya.
Pikiranku melayang tanpa terkendali, segala macam pikiran dan benak seolah berkecamuk jadi satu, anehnya tidak ada satupun yang menyangkut ke pacarku bahkan namanyapun tak teringat, tidak...tidak bisa di ingat sama sekali.... dalam kepalaku hanya ada Linda...Linda...Linda...Lindaaa.....ah..... Kemudian tiba tiba bus berhenti dan lampu dinyalakan. Serentak kami langsung bangun dan berusaha merapikan baju, kemudian bertingkah seolah terganggu tidurnya.



Ternyata bus berhenti di sebuah rumah makan disamping jalan."Kita istirahat satu jam, yang mau ke kemar kecil silahkan, yang mau makan juga silahkan" teriak sang supir disertai gerakan para penumpang yang hampir serentak bergerak turus dari bus, sementara saya dan Linda seperti baru melihat hantu dan kemudian "kruuukkk,,,,," suara perut ku dan Linda berbunyi nyaring sekali. Sambil melirik kami kemudian bangun dan merapikan diri. "Ayo makan" tarik Linda, dan kami pun turun mengikuti penumpang lainnya.
Linda memesan nasi rendang dan minuman buat kami berdua, tak lama kemudian pelayanpun datang dan tanpa bicara panjang kamipun melahap makanan sambil sesekali menari napas panjang, seperti orang yang kelaparan seusai maraton. Sesekali Linda melirik dan tersenyum, akupun tersenyum tanpa berhenti makan. Pertama kali dalam hidupku nasi yang saya makan seolah tak habis habisnya dan buru buru sekali saya lahap seakan tidak ingin lama lama makan. "Pelan pelan mas, waktu masih banyak kok, lagian kayanya nga enak kalo nga bisa santai makannya" katanya sambil tersenyum. Namun ucapan maupun senyumnya seakan tanpa arti sama sekali hanya menambah keinginanku untuk menghabiskan makan secepatnya. Akhirnya habis juga dan saya hirup es teh manis pesanan Linda dengan perasaan puas seperti orang yang barusan selesai tugas maha penting, kemudian saya liat ke dia sambil tersenyum.
Di rumah makan yang terang ini betapa saya lebih kagum melihat wajahnya yang ternyata cantik sekali, tanpa cacat, halus dan sempurna sekali, diapun tertawa kecil terseyum dan kembali menyendokkan nasi kedalam mulutnya yang manis. Waktu berjalan pelan sekali, setiap suapan dan gerakan mengunyah terlihat dalam gerak lambat, setiap desah napasnya, kerdipan matanya, seperti sedang melihat orkestra, semuanya terlihat sangat serasi dan indah sekali. Mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan wanita secantik ini, biar umurnya lebih tua 5 tahun dariku ...tidak,,..jangankan 5, 10 tahun lebih tuapun rasanya sepadan denganku, aku harus bisa mendapatkannya, persetan dengan pacarku yang entah namanya apa, yang demi dia saya sampai menyeberang pulau, saat ini jangankan nama, wajahnyapun tak terlintas dibenakku, yang ada hanya makhluk ciptaan Tuhan yang super cantik dihadapanku saat ini. "Sruutttt" suaranya minum dari sedotan memabangunkanku dari khalayanku. Saling membalas senyum kamipun berpegangan tangan, tangannya dan tanganku saling meremas.
Setelah membayar kamipun bergerak naik kembali keatas bus, lalu keberanikan diriku berbisik padanya "Lin, jujur kamu nga masalah saya lebih muda darimu?", "kenapa?" tanya dia memandangku kaget. "Saya harus jujur, saya jatuh cinta padamu, untuk pertama kalinya dalam hidupku saya jatuh cinta, memang saya ada pacar, tapi saya tidak pernah tau apa artinya cinta, dan mungkin saat ini pun saya tidak tau apa sebenarnya cinta itu. Yang saya tau saat ini aku tidak ingin jauh darimu, ingin selalu berdua denganmu, dan untuk pertama kali dalam hidupku aku menemukan arti dalam keberadaanku. Saya memang masih muda dan masih kurang pengalaman, tapi saya pasti bisa belajar dan berusaha, bukan buat kesuksesan atau kepuasan diriku, tapi untuk membahagiakanmu. Aku ingin hidup demi senyummu, saya tidak perlu yang lain dari dirimu, hanya kebahagiaanmu dan senyumanmu yang ingin kuberikan,..". Linda terbengong, mulutnya menganga besar seolah kaget kemana perginya bocah yang baru bermesraan dengannya dibus, " Rik, kamu nga tau wanita seperti apa saya, jangan terlalu cepat ambil keputusan sepenting itu dalam hidupmu,..." . " Saya tidak sedang melamarmu Linda kalau itu maksudmu, seperti yang saya bilang tadi, saya hanya ingin dekat denganmu, memberi kebahagiaan padamu, saya memang masih terlalu mudah untuk menikah ataupun memahami arti kata itu, yang saya ingin hanyalah dekat denganmu, bisa setiap hari melihat wajahmu, ingin kujaga senyummu agar tetap diwajahmu. "... "Sa..ya.. tidak tau harus bilang apa rik, saya pikirkan dulu. Sebaiknya jangan terburu buru begitu, kasih saya waktu ." sahutnya sambil masuk ke tempat duduknya, dan akupun kembali duduk disampingnya.
Ketika bus kembali bergerak, diapun kembali berbicara "Rik, saya tidak tau apa yang aku inginkan, terus terang selama ini laki laki yang saya temui, mereka hanya memikirkan dirinya masing masing, bertindak baik padaku hanya untuk kepuasan diri mereka, ketika kamu tanyakan apa yang aku inginkan, saya tidak tau harus bilang apa.." ."Kalau begitu, jangan bilang apa apa, saya juga tidak tau haru berbuat apa, bahkan kalau boleh bilang, yang saya tau, tidak ada sama sekali. Tapi aku ingin cari tau, ingin belajar, dan kalau kamu memang nga tau juga, bagaimana kalau kita sama sama cari tau, sama sama belajar, walau saya masih muda dan kurang tau, tapi saya ingin tau, ingin belajar, aku ingin tau arti sesungguhnya kata cinta, dan aku ingin mencarinya bersamamu. Jangan pikirkan diri saya, pikirkanlah dirimu. Kalau kamu ingin bahagia, ingin cinta, tapi tidak tau artinya, maukah kamu mencari tau, dan belajar bersama denganku. Saya tidak tau apa yang akan terjadi dengan masa depan kita berdua, tapi saya ingin berusaha, ingin tau dan ingin belajar." Lindapun terdiam dan terlihat merenung, .................

*********************************

"Dini..." nama itu tiba tiba terngiang di kepalaku, setelah sekian tahun akhirnya terlintas juga nama itu. Andai saat itu aku tidak naik bus ke Palembang ....
" HAYOOO!!!!, lagi menghayal apa lagi, udah punya cucu masih menghayal terus, nga sembuh sembuh penyakitnya." sahut sebuah suara yang selama ini menemani hidupku."Engga Nek, kakek cuman bayangin andai dulu tidak naik bus itu", ujarku sambil melihat wajahnya, senyumnya, walau kini penuh keriput demikian juga diriku, namun dimataku tidak ada berubah sama sekali, masih ceria, cantik, dan bahagia seperti tiga puluh tahun yang lalu. Kuraih tangannya dan kubimbing ke dadaku, "Nek, udah ketemu belum arti kata cinta?" tanyaku " entar cucumu kalo nanya itu kamu mau jawab apa?" . "Cinta? untuk tau artinya cinta dibutuhkan usaha, harus terus belajar, ingin tau, antara satu sama lain. Apa arti sesungguhnya, saya tidak tau, yang pasti, saya bahagia, karena ada orang yang ingin berusaha, ingin tau dan ingin belajar bersama ..."



************************************************** *********

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?