Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Friday, November 20, 2009

Selamat Ulang Tahun Fei



"Jangan lupa, tugasnya harus dikumpulkan sebelum akhir bulan ini!"
"Ya buu"

Aku merapikan bukuku, siap-siap untuk pulang kerumah. Aku melirik jam tanganku. Jam 12. Seharusnya masih ada waktu untuk mampir dulu ke kinokuniya.

"Fei, bisa bantu ibu nggak?" sahut Bu Amelia.

Aku menengok kearahnya. Ia menepuk-nepuk tumpukan LKS dimeja gurunya, sambil menyeringai lebar. Sudah kuduga, seharusnya aku pulang lebih cepat.

"Kamu udah beres ngerjainnya, kan? Sebagai siswa yang terus-terusan dapet ranking satu, seharusnya kamu tahu dong jawabannya?"

Kemana lembar jawaban LKS yang seharusnya semua guru punya, bu?

"Baik, bu" Kataku tanpa ekspresi. Aku meletakkan tas di mejaku, dan berjalan kearah meja Bu Amelia ketika Intan berlari dari belakangku dan menepuk pundakku.

"Met ultah, Fei! Nanti main kerumah Intan, ya! Ada hadiah buat Fei" Katanya sambil berlari menjauh.

Aku hanya menghela nafas. Hanya sepupuku, Intan, yang ingat hari ulang tahunku. Keluargaku berhenti merayakan hari ulang tahunku beberapa tahun lalu. Mungkin mereka lupa, tapi itu bukan masalah bagiku.

"Hoo... Hari ini kamu ulang tahun, Fei? Yang keberapa?" Tanya Bu Amelia, sambil menyandarkan pantatnya ke meja dan memeluk lengannya dibawah dadanya, sehingga dadanya terangkat dan sedikit terekspos. Aku mengalihkan pandanganku kearah lain.
"Yang ke 15, bu."
"15? Hmm, masih muda, ya." Bu Amelia menaikkan wajahnya. Ia menjilat bibirnya.
"Umh" kataku singkat. Aku segera berjalan ke meja guru dan duduk dikursi, seperti biasa.

Ah, ya. Ngomong-ngomong, namaku Fei. Umur 15 tahun, siswa SMA. Tinggiku 164cm dan beratku tidak lebih dari 60kg, tapi kurasa itu bukan hal penting yang kalian ingin tahu.

Btw, aku masih perjaka. Sampai sore ini.

Aku merenggangkan tangan dan kakiku, melirik jam didinding. Jam 4:30. Waktu benar-benar berlalu dengan cepat. Aku harus cepat pulang dan mandi, Intan mungkin sedang menungguku.

Aku membereskan LKS-LKS tersebut, mengambil tasku dan membawanya ke ruang guru. Kemudian aku mengetuk pintu kantor bu Amelia, namun tidak ada jawaban. Ketika aku mau membuka pintu, tampaknya dikunci. Aku kembali mengetuk pintu.

"Sebentar!!"

Ternyata Bu Amelia ada didalam. Ngapain, sih? Tidur?

Ia segera membukakan kunci pintunya.

"O-oh, Fei. Ibu kira siapa. Udah beres periksanya?"
"Ya" Kataku, sambil nyelonong masuk. Aku meletakkan LKS di mejanya.

Ibu Amelia tidak berkata apa-apa, jadi aku memanggilnya.

"Bu? Ibu? Fei dah beres ya? Boleh pulang kan sekarang?" Kataku sambil berjalan keluar.
"Tunggu, Fei. Ibu mau ngobrol dulu sama kamu" Katanya sambil menghalangi pintu. Aku melihat jamku, 4:43 sore. Mungkin 20 menit bicara nggak akan membunuh.
"Oke." Kataku, sambil meletakkan tas dan duduk di sofa.
"Ada apa, bu?"

Ibu Amelia terdiam. Jarang sekali dia seperti ini, padahal biasanya ngomong sudah seperti bebek.

"Ada masalah?" Aku mencoba menerka.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tahun lalu kamu dapat hadiah apa?" Ujarnya.

Aku berpikir sejenak.

"Umm.. Jam tangan dan buku?" Jawabku. Tak susah mengingat hadiah yang diberikan, sebab temanku tak banyak dan keluargaku tak memberi hadiah untukku.
"Cuma segitu?"
"Umh."
"Kalau ibu ngasih hadiah, kamu mau nerima nggak?"

Tentu saja. Hal gratis is always welcome.

"Tentu saja, bu. Memangnya ibu mau ngasih apa?"

Ibu Amelia berjalan mundur perlahan, sambil melihat kesudut atas matanya. Ia menutup pintu dan menguncinya dari belakang.

"Pelajaran tambahan."

Gah! Pelajaran tambahan? Udah jam 5, bu!

"Umm... Mungkin lain kali, bu? Dan bukannya nilai-nilai saya udah cukup bagus?" Kataku protes, membela diri.
"Maksud ibu..."

Ia berjalan mendekatiku, duduk disebelahku, dan membelai pipiku.

"Kamu sudah pernah merasakan seks?"

Saat itu, pikiranku mulai kalut. Hal-hal tak terduga mulai terpikirkan. Aku berusaha mengingat tanggal hari ini, apakah 1 April? Atau ada kamera tersembunyi? Candid Camera?

"I-Ibu?"

Ibu Amelia mengambil handphone dari sakunya, dan menelpon seseorang.

"Halo, Tama? Sayang? Aku bakal pulang telat lagi, nih. Iya, ada meeting lagi. Maaf ya. Makanan ada dikulkas, panasin aja. Bye sayang. Mwah. Luv u too, sayang."

Ia menutup telponnya dan melemparnya ke sofa dibelakangnya.

Tiba-tiba bibir Ibu Amelia sudah ada didekat bibirku, dan ia mulai mengulumnya. Tidak pernah kuduga, first kissku kulakukan dengan guruku sendiri. Ia menghisap lidahku dan memain-mainkannya, dan akupun melakukan hal yang sama.

"Mmh, kamu cepet belajarnya ya, Fei" kata Ibu Amelia. Air ludah kami tertarik dan jatuh didagu kami. Ia kemudian membuka baju seragamku, dan menjilat-jilat putingku. Penisku menjadi semakin besar dan keras, dan Ibu Amelia menyadarinya.

"Hm, nakal ya kamu. Mau nyobain memek ibu?"

Aku tertegun. Me.. Memek? Kata itu kasar sekali, bu.

Ibu Amelia kemudian berlutut didepanku, membuka resleting celanaku. Penisku terlihat olehnya. Ibu Amelia menjilat bibirnya, seolah ia melihat makanan didepannya. Ia mulai menjilat-jilat penisku. Aku hanya bisa diam dan memejamkan mata. Harus aku akui, aku beberapa kali berfantasi dengan Ibu Amelia, tapi aku tidak pernah menyangka fantasi itu menjadi kenyataan. Bahkan di ulang tahunku.

Penisku mengeluarkan cairan bening. Tiba-tiba Bu Amelia menghisap penisku dengan keras. Aku terhenyak dan mendorong pinggulku kedepan, memaksa penisku masuk ke tenggorokan Bu Amelia.

Ia segera mencabut penisku dan terbatuk-batuk.

"F-Fei! Santai ah!" Katanya
"M--Maaf, bu! Ha-Habisnya enak, sih" Kataku malu-malu. Bu Amelia tersenyum dan melepas baju dan branya.

Dadanya sangat montok dan putih. Mungkin ukuran 36D.

Ia mulai menjepit penisku dengan dadanya dan mulai memijat-mijatnya. Wajah Bu Amelia yang benar-benar seksi dan cantik membuatku benar-benar terangsang.

Kemudian iapun menaik-turunkan dadanya, membuatku semakin lupa diri.

"Mmh.. Enak, Fei? Hm?" Katanya dengan nada menggoda. Aku hanya bisa mengelus-elus punggung bu Amelia.

Tak lama, nafasku mulai berat dan penisku mulai menegang. Aku berusaha menahannya sekuat mungkin, namun spermaku muncrat dileher dan sedikit diwajah Bu Amelia.

"Kya!" Teriak Bu Amelia spontan, terkejut.
"Ma-maafin Fei, bu!!!"
"Nakal kamu." Katanya singkat, sambil tersenyum nakal. Ia mengusap-usap lehernya, dan melumuti tangannya yang penuh dengan spermaku.
"Yummy" katanya nakal. Penisku melemah, tapi masih tegang. Bu Amelia tersenyum melihat penisku yang masih berdiri tegak.

Ia kemudian berdiri membelakangiku, dan melepas celana dan celana dalamnya. Bokongnya tidak kalah indah dari dadanya. Ia membuang celananya ke kursinya, dan ia duduk sambil melebarkan pahanya ke arahku.

"Jilat."
"E..Eh?"
"Memek gue. Jilat."

A-aah, image ibu sudah hancur dimata saya.

Akupun maju, mendekatkan wajahku ke vaginanya. Baunya khas sekali, sepertinya Bu Amelia menjaga kewanitaannya dengan baik.

Aku mulai menjilat-jilat kewanitaan bu Amelia. Aku melirik kearah wajahnya, namun ia terlihat bosan.

"Ck." Katanya sambil memutar bola matanya keatas.
"Jilat disini!" Ia menaikkan kepalaku sedikit, ke bagian atas kemaluannya.
"Isep!" Perintahnya. Aku menghisapnya pelan, lalu keras, lalu pelan lagi secara berirama. Bu Amelia terlihat terangsang. Ia memejamkan matanya, dan mengatupkan giginya.

Tak lama, tiba-tiba badan bu Amelia mengejang, dan ia menekan kepalaku ke kewanitaannya. Aku bisa merasakan sedikit cairan memasuki hidungku, namun aku menikmatinya.

Aku bangkit dan menatap wajah bu Amelia. Ia terlihat lemas dan tak berdaya, dan menatap kearah lain. Kami terdiam untuk beberapa saat.

"Kamu menikmatinya, Fei?" tanya bu Amelia.
"Y-Ya, bu?"
"Kamu menikmati hadiah ulang tahunmu tahun ini?"
"Ya. Makasih, bu"

Ia bangun dan mendorongku ke sofa hingga aku terlentang. Ia kemudian menarik celanaku dan celana dalamku, dan kembali menghisapnya.

"Kamu bakalan suka ini." Katanya, sambil menatapku dari sudut atas matanya.

Ia merangkak diatasku, dan kami kembali berciuman. Lidah kami saling bertautan, menghasilkan bunyi-bunyi yang biasa kudengar di film porno. Hari sudah semakin gelap, namun kami tidak begitu peduli. Aku meraba dadanya dan meremasnya.

"Au! Jangan terlalu keras, Fei." Katanya sambil menciumku. Rambutnya yang panjang dan lurus tergerai, membuat ruang bagi wajah kami yang semakin mendekat.

Ia kemudian mundur.

"Kamu siap Fei?"
"U-umh"

Ia menarik penisku, dan memasukkannya ke vaginanya.

"A--ah, kontol lo masuk memek gue, Fei..." gumamnya. Ia kemudian bergerak maju mundur. Tangannya bertopang di dadaku, dan aku meremas-remas halus dadanya.

Aku benar-benar merasakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Aku bagaikan terbang. Wangi tubuh bu Amelia membuatku lebih tak bisa mengontrol diri.

"Bu--Bu Amelia... Aaahh!!"
"Ffei.. Fei.. Enak kann? L-Lebih enak dari onani kann?"
"Y.. Ya, bu..."
"Aaahn... Ibu suka banget kontol kamu, Fei... Gede... Tahan lama..."
"Mmmh"
"Kamu seneng keperjakaan kamu ibu renggut ha? Seneng?"
"Ya bu"
"Kamu seneng ngentot sama ibu?"
"Ya bu"
"Hhh... Kamu seneng ibu entot kayak gini? Hhaa?" Bu Amelia mempercepat gerakan pinggulnya.
"Y--Ya, bu"

Ibu Amelia menunduk untuk menciumku. Ia kemudian menjilat bibirku dan menggigit pelan telingaku. Tanganku aku gunakan untuk meremas bokong bu Amelia.

"Memek ibu enak kan Fei?"
"Y.. Ya, bu"
"Bilang, memek ibu enak!"
"Me-Memek ibu enak"
"Mmmh, nggak sopan kamu!" kata Bu Amelia sambil menggertakkan giginya.
"Perlu ibu hukum kamu!"

Ia sekarang tidak bergerak maju mundur, tapi naik turun dengan intens. Aku sudah tidak tahan lagi, aku akan ejakulasi.

"B--Bu, Fei mau k-keluar..."
"Mmmh... Jangan dulu..."
"Buu"
"Jangan dulu!!"

Tapi telat, aku mengeluarkan spermaku didalam vagina Bu Amelia, dan sesaat setelah itu, vagina Bu Amelia juga berdenyut-denyut, membuatku menggelinjing keenakan.

"Nnnnghhhh!!" gumam Bu Amelia, sebelum roboh dan tertidur diatas dadaku. Aku merasa sangat lemas, dan sangat mengantuk. Namun, aku yakin sebelum aku tertidur, aku mendengar bisikan Bu Amelia;

"Selamat Ulang Tahun, Fei."

***

Lagu ringtone Phoenix Wright membangunkanku, namun aku tidak sempat mengangkatnya. Kepalaku terasa pusing. Selimut menutupi tubuhku. Dimana ini?

Aku berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Aku kemudian duduk, dan menyalakan lampu di HPku. Jam 10.37 malam. Yap, masih di ruang guru, dan masih telanjang. Aku keluar dari selimut, dan menyalakan lampu kamar. Bajuku dilipat dengan rapi di meja guru, dan secarik kertas dengan tulisan tangan bu Amelia yang tertulis dengan sangat rapi tergeletak disana.

"Happy Birthday, Fei! Semoga kamu suka hadiah dari ibu!"
"PS: Btw kalo ibu hamil, kamu tanggung jawab ya!

Aku memakai baju dan celanaku, memasukkan kertas itu ke saku baju dan mengambil tasku. Aku mematikan lampu dan mengunci pintu ruang kantor bu Amelia sebelum aku menutupnya.

Aku kembali melihat HPku.

8 Missed Call, 3 Text Message. Intan.

No comments:

Post a Comment

Sungguh Puaskah Istri Anda ?