Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, August 31, 2010

Cara Posting Cerita X Seru

Beberapa waktu terakhir ada cukup banyak pertanyaan dari anggota x seru yang menanyakan bagaimana cara agar mereka dapat ikut mengirim cerita keblog. Maka dalam kesempatan kali ini dee akan coba memberi tahu cara agar temen-temen dapat berkontribusi diBlog kita ini.

Sebenarnya caranya cukup simple yakni dengan pergi ke email kita (yahoo, gmail, atau yang lainnya). Kemudian kita mulai untuk menulis email baru!!

Nah pada alamat tujuan kita isikan alamat

ceritaxseru3.posting@blogger.com


dan Kolom judul akan menjadi judul posting kita (Jadi isi judul email dengan judul cerita kita).

Ctt :

* Apabila saat posting kamu ingin menyisipkan gambar, maka kita dapat memasukannya lewat attach file/lampirkan file.
* Filesize Max 10 Mb.

Fantasi liarku

seandainya aku bisa sekolah, kuliah or apalah yang tidak disibukan dengan hanya mengurus anak, walaupun ku sangat menikmatinya... tapi ada keinginan lain dalam diriku yang belum terpenuhi... kuingin lebih bersosialisasi dengan banyak orang kenalan ama lelaki lain dan bercinta dengannya uccghhhhh sungguh nikmat sensasi itu mungkin.
och apa yang terjadi dengan diriku... ini pasti karena guru olah raga(panggil saja budi) smu sebelah rumah, pikirku? tiap kali ku sehabis berhubungan dengan suamiku.
apalagi dengan celana training kebesarannya budi yang sering lewat depan rumah bukan sering tapi setiap pagi pasti joging lewat depan rumah dengan senyum manis seperti itu ditunjang badan yang atletis dan ouch yan tuhan kelaminnya yang bergoyang tiap dia berlari kecil... sebesar pisang ambon mungkin tapi apa dia tidak pernah pakai cd sehingga terlihat sekali goyangannya ouch seandanyai pisang itu masuk ke memekku...
kebetulan hari minggu dan budi pasti sebentar lagi lewat ku ambil kursi malasku ku tarik di bawah pohon mangga yang rindang di taman rumah menunggu budi lewat, dan benar saja tidak lama kemudian budi menyapa selamat pagi mbak... pagi dan seperti biasa dia hanya tersenyum dan berlalu, sedangkan aku menahan nafsu didalam dada, dengan bulir keringat membasahi kening dan kaos yang basah dan juga pisang ambon yang menggelantung dan bergoyang kanan kiri ouch sungguh mnyiksa batinku budi... tanpa terasa ku melenguh dan meremas-remas payudaraku oucghhh budi sungguh nikmat dientot olehmu ouchhh mulailah fantasiku diiringi remasan tanganku di dada dan jariku yang menggosok clitorisku ouchhhhhhh...
"(kujadi murid budi di sebuah smu terkenal)selamat pagi P.budi pagi kok kamu kagak masuk kelas erni tanya, P. budi kepadaku yang sedang duduk di bangku depan kelas.
eghmm ini pak perutku sakit, pak mau ke Ruang kesehatan namun belum dibuka... pak
ouchh sini lewat kantor bapak aja, bis alangsung ke ruang kesehatan kok. kebetulan petugas piket kesehatan tadi ketemu bapak di depan mau beli persediaan obat.
baik pak sambil meringis ku berjalan mengikuti P. budi, melewati meja kerja p. rudi yang tertata rapi dan menuju pintu di pojok dan memasuki ruang kesehatan.
sudach tutup aja pintunya... kamu rebahan aja di matras sebelah kumencoba mencarikan minyak gosok atau obat untuk perutmu..
baik pak terima kasih? jawabku
oh iya er apa kamu sedang datang bulan... sehingga perutmu sakit atau karena diare..
mungkin mau dapet pak, jawabku..
ouchhhh sambil mengangguk-angguk pak budi mengambilkan obat pelancar menstruasi... coba minum ini er
kuambil obat dari tangan pak budi. dan segera meminumnya dengan segelas teh hangat yang diambilkan dari meja kerjanya... terima kasih pak.
kagak usah sungkan er ini emang tugasku, jawab pak budi yang membuatku berdesis lirih sungguh baik orang ini.
oh iya coba kamu miring er ku kan usapkan minyak gosok di punggung dan pinggangmu untuk mengurangi ketegangan otot perut bagian bawahmu sehingga mengurangi rasa sakitnya...
dengan ragu-ragu akhirnya kumiring juga karena sedikit paksaan dari belaian halus pak budi yang membuatku luluh dengan miring bahkan bisa dianggap tengkurap posisiku saat itu dengan mengenakan rok abu-abu dan baju seragam putih, yang saat itu aku memakai daleman bra warna hitam yang menutupi payudaraku dengan cup 34B, sungguh membuat ragu untuk tengkurap apalagi dengan perlahan tangan pak budi membelai halus kulit punggungku dan pelan2 menarik keatas baju seragamku yang membuat berdesis dan dengan perlahan pak budi mengoles dengan sedikit memijat punggungku dengan telapak tangannya yang kokoh yang sudah berlabur dengan minyak gosok membuat hangat terasa punggungku dan menyebar rasa nyaman dan hangatnya keseluruh tubuhku tapi membuat juga memberi rasa listrik ribuan volt pada payudara dan memekku sehingga membuat keduanya berkedut-kedut ouchhhh aku melenguh tanpa sadar menikmati pijatan atau bisa dianggap belaian tangan pak rudi pada punggungku, ough pak desisku lirih...
knp, sakit er tanya pak budi sambil terus meratakan minyak gosok di seluruh punggungku tidak terkecuali di balik tali braku.
ouch eghmm tidak pak cuman enak pak.
ohhh syukurlah kalau gitu, apa sudach berkurang sakit perutmu er?
heegh pak agak mendingan sekarang, sungguh nikmat pak pijitanmu sungguh nikmat kalaupun bapak mau mijat tubuhku seluruhnya dengan senang hati ku kan telentang telanjang di hadapanmu pak bisikku dalam hati...
tiba-tiba terdengar bunyi tik... achh rupanya pakbudi melepas ikatanbra hitamku dari belakang, ku hanya mendesis tidak menolak perlakuan pak budi terhadapku bahkan ku kangkangkan kaki ku ketika tangan pak budi hinggap di betisku dan terus mengelus keatas sam[ai sebatas paha bawahku terus berputar-putar di balik lututku menggelitik pahaku dengan sedikit menyingkap rok seragamku ouchhhh kugigit bibir bawahku menahan segala guncangan jiwa dan perasaaan erotis yang sedang meletup di sekitar puting payudaraku juga karena memekku telah basah oleh pelumasku ouchhhhh pak budi... dengan pelan kusebut namanya... yang membuat pak budi bertany..
ada apa er, enaknya di gosok bapak gini... sambil tangan kanan pak budi lebih naik keatas menyusuri paha menyelinap masuk ke dalam rokku dan terus naik sampai ke pangkal paha dan akhirnya, akhirnya meremas-remas pantatku ouchhhhhh pak budi nikmat sangat pak oughhhhh rengekku sambil kutekan merapat bantal juga pahaku tuk mencari pegangan atas guncangan gairah panas ini pak budi arrrghh... tangan kiri pak budi tidak mau tinggal diam dari belakang karena waktu itu aku masih tengkurap di selipkan jari tangan kirinya masuk lewat samping, kedepan mengusap-ngusap pinggiran payudaraku dan mencoba mengusap lebih kedepan tapi tidak bisa karena ku tengkurap namun pak budi tidak kehilanghangan akal di ciumnya tengkukku dan tangan kirinya menarik keatas baju putihku dan menggelitik ketiakku sehingga ku kegelian serta mengangkat badanku... sehingga dengan cepat telapak tangan kiri pak budi bis amasuk di balik bra ku lalu ketika kujatuh kan kembali badanku maka payudaraku sudah tepat di genggaman telapak tangan kiri pak budi yang membuatku langsung merintih kegelian namun nikmat karena di remas-remas payudaraku serta dipelintir putingku yang sudch mengeras kencang... ouch pak budi aaarghhh nikmat pak ouchhhh
tangan kanan pak budi yang semula diam, mulai aktif lagi dengan mulai menyusup di balik cdku ouchhh pak budi aaqrghhh tanpa kusangka pak budi menarik paksa cdku ouchhh dan lebih anehnya kumengangkat pantatku sehingga lebih muda bagi pak budi untuk melepas dan membuang ke belakang cdku ouchhh pakkkk... arrghhhhhhh jemari tangan pak budi pun mulai menggeranyangi memekku yang telah basah kuyup oleh lendir pelumas nikmatku... ouchhh pak budi merasakan jemari pak budi yang merayap dan meremas nikmat ke dua titik rangsangku di puting payudara serta di clitoris ouch pak budi arrrghhhhchh ku tidak bisa mengontrol diriku lagi ouch pak budi acch pak budi arrrghhhhh pak nggak kuat pak ... arrghhhh pak budi kenapa aku pak arrghhhtubuhku melengkung bagai busur anak panah tubuh menegang mataku terpejam erat bibirku tertutup rapat dan berteriak
aaaaaaaaaaahhhh... ku mengejat-ngejat kuat yang disertai melelehnya cairan maniku banyak membasahi matras ruang kesehatan ouchhhh lama ku mengejang, terasa tulang belulangku terlepas dari badanku dan terasa badanku ringan terbang kelangit ke tujuh ouchhhhhhhh aku mengelami orgasme ouch inikah orgasme itu arrrghhhh... ku tersadar ketika tangan pak budi membalikkan badanku telentang dengan baju yang sudah berantakan setengah terangkat keatas memperlihatkan payudaraku yang putih dan merah putingku yang membuat pak budi langsung merunduk dan mengecup putingku serta meremas-remas dadaku arrrghhhbagai tersengat aliran listrik lagi ku terpekik arrghh tapi ini jauh lebih lebih nikmat daripada tersengat listrik namun sama panasnya dan gelinya arrghh pak budi aaaaaahhhhhh ouchhh pak nikmat pak... tangan pak budi menangkap tanganku dan membawanya ke selangkangannya serta menggosok-gosokkannya ke arah pisang ambonnya achhh aku tersentak kaget melihat pak budi sudah melorot celananya dan menggenggamkan kelaminnya ke tanganku oughhhh aaarrrghhh penhis pak budi... pak barang bapak kok besar sekali pak aaarghhh pak eghmmm aouch jangan di gigit putingku pak aaarghhh... aduchhbadanku di tarik ke bawah, turun dari ranjang dan di suruh jongkok di hadapan penhis pak budi aarghhh pak bapak mau ngapain....
tenang aja er enak kok, kamu pernah makan conello kan? coba rasakan pisang bapak ini mirip kok rasanya. sambil di sodorkan dan di gesek-geseknye penhis pak budi ke bibirku, namun kututup rapat mulutku ehhhmmm pak aku kagak mau eghmmm pak... jangan pak. tapi pak budi langsung memencet hidungku keras dan lama sehingga terpaksa ku buka mulutku untuk bernafas aaargh aeghmmmm eghm pak ouchhhhhh pakeghmmmmm... tiba2 pak budi mendorong masuk seluruh penhisnya yangmembuatku tersedak karena batangnya begitu besar dan panjang sampai masuk ke tenggorokanku... aeghmm pakbud eghm eghm areghhhh namun pak budi malah menarik mendorong kelamin pusakanya di mulut ku hingga ku terbatuk2 hampir muntah baru di tarik keluar penhisnya ku langsung lemas dan terbatuk menghirup udara dalam-dalam ughhhhhhh pak budi nakal membuat wajahku merah padam dan memeluk kaki kokoh pak budi menyembunyikan wajhku di bawah penhisnya yang tegak perkasa urghhhhh afghhbesar sekali pikirku. tiba-tiba diangkatnya tubuhku dengan ringan dan di dudukan di tepi matras yang ranjangnya setinggi pinggang pak budi, di kangkangkannya kakiku yang membuat memekku terbuka lebar lalu pak budi merunduk dan pak budi apa yang bapak akan lakukan pak jangan pak arghhhhhbelum sempat ku menghindar tiba-tiba terasa lidahnya basah menempel memekku dan tanganya memeluk erat pahaku juga membuka bibir memekku membuka jalan lidah pak budi bisa menjilati clithorisku pouchhh pak arrrghh ouch efgmm kuhanya bisa menggeliatkan tubuh atasku dan membuatku telentang diranjang dan mengerang-ngerang bagaicacing kepanasan mengelepar seperti ikan di atas aspal jalan raya panas arrgh pak oughhhh nikmatnya pakkkkk arghhhh belum selesai terkjutku tiba-tiba terasa ada benda keras dan panas yang mencoba membelah memekku arrghhhhh pak jangan pak arrghhhkuhanya bisa berteriak dan menggeliat-nggeliat keras disaat pak budi mencoba mencoblos memekku dengan pisang ambonnya aarghhhhh apa ouchhhh jangan pak ntar sobek pak milik erni pak arrghhhhh pak budi oughhhh pak budi arrghhhh arrghhhh eghmmmm pakk... tanpa bisa melwan pak budi kuhanya pasrah menerima rangsangannya karena tenaga pak budi yang athletis dan kuat mencengkeram tubuh mungilku aaargh pak budiii arghhhhhhh tubuhku mengejang lagi namun kali ini lebih dahsyat dan... dan arrrghhhh kumelayang jauh keangkasa bermasamaan masuknya penhis pak budi seluruhnya seakan masuk sampai rahimku merobek, memenuhi seluruh rongga uterusku ufghhh arrrghhhhhhhhhh pak budi aku arrrghhhh orgsmmm lagi lagi dan arrrghhhhhh...."bersamaan dengan itu mama... mama dimana kamu teriak suamiku yang langsung menyadarkan aku dari lamunanku di yang lagi rebahan di bawah pohon mangga dan ku menyahut lirih ada di dapan pa? kesini aja pa...sambil kubuka mataku pelan-pelan ku tarik tanganku dari balik celana pendekku dan kulihat jari-jariku penuh dengan lendir pelumasku dan terasa sedikit perih memekku aarghh eghmm... kujilati jari-jariku kubersihkan dari lendir maniku sendiri eghm nikmat....ma... mama hayo lagi ngapain sich... tanya suamiku?accrgh nggak kok pa, mama nggak -ngapa2in kok cuman nyantai di bawah pohon aja...mama masa' main kok sendirisan papa kagak diajak sich sambil menduduki tubuhku suamiku bergelanyut manja di pelukanku... acch papa. malu achh kalau dilihat tetangga...mainnya di kamar aja ya pa?langsung digendong masuk kamar aku...dann arghhhh tahu sendiri kan aku lagi nagapain kalian semua...hehehehe
End

Monday, August 30, 2010

Pembantuku yg beruntung

Kisah ini terjadi saat aku dan suamiku pindah ke suatu daerah di Sumatera Selatan. Sebagai pengusaha yang sukses, suamiku membuka sebuah perkebunan di daerah itu. Sedang kedua anak kami kutitipkan di tempat neneknya di Padang.
Di kota ini aku tinggal dan sengaja ikut suami. Sebagai pengusaha, ia ingin kudampingi sehingga tidak merepotkannya untuk pulang pergi ke Padang menemuiku. Anakku yang pertama berumur 6 tahun dan yang kedua berumur 5 tahun. Sekali sebulan aku pulang menemui kedua anakku.
Di rumahku kini aku tinggal dengan dua orang pembantu. Yang satu perempuan, sementara satunya lagi seorang laki-laki yang bertugas menjaga rumah sekaligus membersihkan mobil dan taman di rumahku ini.
Laki-laki itu namanya Oding. Ia dipekerjakan oleh suamiku karena di daerahku ini amat sering terjadi perampokan. Masyarakatnya pun masih terbelakang. Pak Oding sangat disegani oleh masyarakat desa ini. Umurnya 52 tahun. Badannya sangat kekar. Hanya kakinya yang pincang sebelah akibat berkelahi dengan perampok beberapa tahun yang lalu. Para perampok itu berhasil dikalahkannya. Hanya saja satu kakinya pun menderita kelumpuhan akibat bacokan.
Setiap minggu, suamiku pergi ke perkebunan selama 1-2 hari dan bermalam di base campnya. jadi aku terpaksa tinggal sendirian di rumah ini bersama kedua pembantuku. Letak rumahku di desa ini jauh dari pemukiman penduduk lainnya. Tidak heran jika malam hari amat sepi dari kebisingan.
Saat ini umurku menginjak 29 tahun dan suamiku 31 tahun. Kami dulunya kuliah bersama-sama. Suamiku memilih jadi pengusaha dan aku disarankannya menjadi ibu rumah tangga, karena segala kebutuhan hidupku telah tercukupi olehnya. Suamiku amat pengertian dan mencintaiku. Hampir dua kali seminggu kami selalu melakukan hubungan suami istri yang sering membuatku puas dan orgasme. Ini membuatku tambah mencintainya. Meskipun telah memiliki dua orang anak namun kami tetap mesra dan hangat.
Suatu saat suamiku sedang ke Jakarta untuk beberapa hari. Terpaksalah aku tinggal dan ditemani kedua pembantuku. Saat itu aku merasakan ada yang lain pada diri pembantuku yang laki-laki. Pak Oding sering mencuri pandang terhadapku. Sebagai majikannya, aku anggap bisa saja namun lama-kelamaan aku merasa jengah juga.
Aku maklum, sebab sebagai laki-laki normal, Pak Oding tentu juga memiliki nafsu dan keinginan, namun aku tidak mungkin berselingkuh dengan pembantuku. Aku tidak mau mengkhianati suamiku.
Suatu saat, ketika aku mau ke pasar dengan menyetir mobilku, Pak Oding mencuri pandang ke arah dadaku, yang saat itu agak rendah belahannya. Bulu kudukku agak merinding melihat matanya yang melotot memandang dadaku.
Suamiku, karena kesibukannya, kini jarang sekali memberiku nafkah batin. Sebagai wanita normal, aku sebetulnya menginginkannya. Pada malam hari, suamiku mulai selalu pulang dalam keadaan capai dan terburu-buru.
Suatu hari, suamiku kembali ke perkebunan. Diperlukan waktu 4 jam untuk pergi ke sana. Hari itu cuaca hujan disertai guntur, namun suamiku tetap pergi karena ada yang perlu ia atur dengan para petani di perkebunan.
Malam itu, aku tidur sendiri di kamarku yang cukup luas. Aku tak bisa tidur. Gairahku menghentak-hentak. Aku menjadi pusing dan mencoba keluar kamar untuk minum, dengan harapan akan dapat menurunkan gairahku.
Di ruang belakang, aku mendengar suara televisi hidup. Aku pun pergi ke situ. Rupanya Pak Oding belum tidur dan masih nonton. Sedangkan pembantuku yang wanita tadi siang pulang ke kampungnya karena ada keperluan. Jadi di rumah itu sekarang yang ada hanya aku dan Pak Oding.
Lalu kusapa dia, “Oooo, Pak Oding belum tidur ya?”
“Belum, Bu… Acaranya bagus, nih,” katanya lagi, sambil tiduran di lantai.
Lalu aku ikut duduk juga di lantai yang beralaskan permadani itu untuk nonton. Saat itu aku mengenakan kimono tidur.
“Bu, Bapak pulangnya kapan? Udah malam kok belum juga pulang?” kata Pak Oding.
“Besok, Pak,” kataku, “Ada urusan penting di perkebunan.”
“Oooo…” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Lalu ia berkata, “Kasian juga Ibu tinggal sendirian. Malam lagi… Apa ndak takut, Bu?”
“Oooo….. Nggak lah, Pak… Kan ada Bapak…. yang menjaga,” jawabku.
Dueeeerrrrrrrrrrrr!!!!!!… Terdengar bunyi petir yang diiringi hujan dan angin badai. Aku agak takut juga, namun tidak kuperlihatkan. Terbayang olehku kalau-kalau Oding memperkosaku saat ini.. Ihhhh ngeri, pikirku. Lalu aku beranjak ke kamarku…
“Kemana, Bu?” Tanya pak Oding.
“Saya tidur dulu…” Jawabku.
“Awas lho, Bu… Ada hantunya…!” katanya.
“Husyyyyy… Bapak ini koq nakutin saya?” kataku.
“Bukan begitu, Bu. Kan Ibu dengar sendiri bunyi itu,” katanya lagi.
Aku diam dan coba mendengarkannya… Memang ada suara gemerisik, namun tak jelas apakah karena hujan atau bukan. Aku merasa takut dan minta Pak Oding menemaniku…
“Pak… tidur di kamarku aja.. tapi dilantainya ya?” kataku.
“Baiklah, Bu….” Jawabnya sambil berdiri dan mematikan televisi. Pak Oding berjalan tertatih-tatih, karena kakinya memang pincang. Ia pun masuk kekamarku dan aku berikan sebuah bantal kepadanya. Aku tidur diatas ranjang yang besar dan kosong.
Mataku tak mau terpejam. Oding pun aku lihat belum tidur. Lalu kami bercerita tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaanya sampai ke keluarganya di kampung.
“Bu… malam ini apa nggak kedinginan,” tanyanya.
Aku pikir ini pertanyaan yang kurang ajar dari seorang pembantu kepada majikannya.
“Nggak,” kataku singkat.
“Pak Oding Gimana? Mau selimut?” tawarku.
“Tidak usah, Bu,” tolaknya.
Aku turun dari ranjangku dan duduk di lantai dekat Oding.
“Mataku tak mau tidur, Pak”
“Masih takut, Bu?” tanyanya sambil duduk juga dekatku.
Lalu tangannya melingkar di bahuku. Aku kaget dan menepiskannya.
“Jangan, Pak. Saya kan istri Bapak, majikan kamu?” kataku.
“Maaf, Bu,” katanya lagi sambil menjauhkan dirinya dariku.
Namun entah kenapa di malam yang dingin dan suasana yang redup itu, tanpa kusadari, aku akhirnya pasrah dalam pelukan Pak Oding yang adalah pembantuku.
Aku tahu ia sudah lama berminat pada diriku. Aku yang sedang dilanda kesepian akhirnya tergoda juga untuk berhubungan intim dengan Pak Oding. Apalagi suasana saat itu sangat mendukung.
Beberapa saat setelah kutolak, malah aku yang lalu merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Saat itu Pak Oding agak kaget namun ia dengan cepat dapat menangkapnya. Ia pun kembali melingkarkan tangannya di bahuku. Kali ini aku tak menolak. Beberapa waktu kemudian, kurebahkan kepalaku di bahunya yang bidang.
Tampak jelas bahwa Pak Oding sangat senang mendapatkan kenyataan itu. Tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung mengerti lampu hijau yang kuisyaratkan padanya. Tangannya pun lalu mulai berani bergerilya ke sekujur tubuhku yang dibalut kimono sutra. Akhirnya aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya saat ia lepaskan satu per satu kimono tidurku hingga aku tak berpakaian sehelai benang pun.
Di malam itu aku pasrahkan setiap rongga tubuhku yang putih mulus ini untuk dicumbui pembantuku yang sudah tua ini. Malam itu pun aku terima keperkasaan permainan yang disuguhkan Pak Oding kepada tubuhku. Dengan sukarela, malam itu aku disenggamai oleh Oding. Aku pun menikmati setiap hentakan kelamin Pak Oding yang bergerak-gerak di dalam kemaluanku.
Buah dadaku pun tidak luput dari jamahan tangan kasarnya. Malam yang dingin itu, membuat kami bersama-sama sampai di pendakian birahi. Tubuhku dan tubuh pak Oding sama-sama basah oleh keringat dan saling bercampur.
Aku tidak berpikir tentang kekayaan dan wajah laki-laki yang menggauliku malam itu. Yang aku pikirkan adalah kepuasan ragawi yang diberikan pembantuku. Meskipun kakinya cacat namun ia amat perkasa mengaduk-aduk vaginaku.
Ada juga terbersit rasa penyesalan di dadaku karena telah mengkhianati suamiku dan menyeleweng dengan pembantuku yang sudah tua ini. Sampai menjelang pagi Pak Oding tidak henti-hentinya terus mengaduk-aduk kemaluanku dengan penisnya yang panjang dan besar.
Semenjak kejadian itu, aku jadi terperangkap oleh permainan seks yang diberikan Pak Oding. Dengan suatu kode saja, ia akan tahu arti dan keinginanku. Di ranjang yang biasanya aku tiduri dengan suamiku ini, aku serahkan kehormatanku sebagai istri kepada Pak Oding bulat-bulat. Sampai saat ini aku masih selalu menjalaninya bersama dengan Oding saat suamiku ke Jakarta atau ke perkebunan.
TAMAT

Sunday, August 29, 2010

Wasti Anak Pembantuku

Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan mengocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya. Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus mengocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya. Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian kocokannya berhasil membuatku berejakulasi. Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu.

"Huffhh pinterr kamu Was... besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?" kataku memberi pujian ketika permainan usai.

Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng...



Dony, begitu nama panggilanku. Tumbuh sebagai laki-laki aku boleh dibilang sempurna baik dalam hal ketampanan maupun kejantanan dengan tubuhku yang tinggi tegap dan atletis. Dalam kehidupan aku juga serba berkecukupan karena aku adalah juga anak angkat kesayangan seorang pejabat sebuah departemen pemerintahan yang kaya raya.

Saat ini aku kuliah di kota Bandung, disitu aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku. Oom Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali orang tuaku. Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap. Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di belakang hari. Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota. Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-"iseng"-ku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.

Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih akrab dipanggil dengan Wasti. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya. Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya. Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat. Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.

Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya. Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia. Kuingat waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya. Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi. Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi.

"Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu?" bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.

Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.

"Ta... tapi.. nggak apa-apa ya Mass...?" kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.

Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia. "Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..." jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang.

Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman mengocok, ini diikuti Wasti mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki. Layap-layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Wasti merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya.

Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan mengocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya. Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus mengocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya. Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian kocokannya berhasil membuatku berejakulasi. Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu.

"Huffhh pinterr kamu Was... besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?" kataku memberi pujian ketika permainan usai.

Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku. Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Wasti betul-betul seorang gadis yang mulus kecantikannya. Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal belakangan, Wasti pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.

Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Wasti praktis hidup sebagai janda sendirian. Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian. Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku.

Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang, dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku. Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony, sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu. Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.

"Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?" katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu.

"Ya enggak dong, kamu disana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu. Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga," kataku sambil tersenyum menggoda.

"Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?"

"Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain," kataku tambah menggoda lebih jauh.

Di sini Wasti langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku. Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk dicucikannya.

Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku, usahaku pun semakin bertambah ramai. Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Wasti. Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini. Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.

Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia. Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku. Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh. Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.

"Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini?" tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.

"Apa tuh kira-kira Mas?"

"Mas kepengen begini..." kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku.

Wasti langsung ketawa geli mendengarnya. "Hik, hik, hik... Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih?"

"Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur?"

"Hmmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya?"

"Orangnya ya kamu Was."

"Nggg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..." Wasti kontan tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.

"Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!" kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.

"Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?"

"Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?" Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.

Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya. Segera aku pun bersiap-siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.
"Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?"

"Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was," kataku membesarkan hatinya.

"Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..."

"Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya. Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..." jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.

Wasti tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa tanganku bermain disitu. Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku. Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu. Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi.

"Lho kenapa nggak diterusin?"

"Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti nggak kebagian."

"Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti?"

"Masak nggak mau keluar Mas?"

"Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya?"

Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Wasti sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia disitu. Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela. Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.

"Maass... botolnya kerasa udah keras bener..." katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya.

"Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini," jawabku singkat.

Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini. Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku. Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Wasti selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan kujilat-jilati. Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya. Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya. Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli-geli senang.

"Ssh ahngg... geli Masss..." suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah.

Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya. Menggosok-gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya. Ada satu yang istimewa dan menyenangkan itu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan. Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.

"Ihhh... Mas ini mau ngeliat apa sih...?" Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.

"Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?"

"Hngg.. punyaku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas...?"

"Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..."

"Aaah Mas Dony menghibur aja. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..."

"Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..."

"Nggg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya... Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta, kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas Mas..." timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa.

Melihat ini buru-buru aku menghibur. "Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas bikinin buat kamu." Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu.

"Adduh Mass, Wasti nggak mau gitu..!" Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku.

Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil. Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu birahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati.

"Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..." kataku untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini.

Wasti cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya. Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku. Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya.

Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku. Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-nikmatnya tanpa perlu terburu-buru. Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum. Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan batang.

"Ssshh Waaas.. enak sekali memekmu... sempitt rasanyaa..." Baru dua tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.

Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya.

"Adduu Waass... pinterr kammu ngocokknyaa... tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn... ssh mmm..." Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya.
Cairan mani terkumpul disitu tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja. Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat. Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat. Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.

"Ayyo Wass... Mass keluarinn yaaa...?"

"Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..."

"Hhaaghh..! dduhhss... adduhh Wass... Mass kelluarr... sshhgh.. ahhgh... hghhh.. aaah ... aaahshg duuuh... hoh... hnggg hmmm..." Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku.

Bukan main! Semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir. Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi. Luar biasa, jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali. Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.

"Was... kamu kok enak sekali sih... Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu..."

"Enak nggak main sama Wasti, Mas?" masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ.

"Hmmsshh eenaak bener deh... Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya."

Wasti tertawa senang. "Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..." katanya sambil membalas mengecupi bibirku.

Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony. Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku. Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami. Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti. Alasannya karena Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Wasti tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh. Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Wasti yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Wasti gelisah dan kurang enak air mukanya.

"Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas nawarin temen-temen lain aja..." katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu.

"Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada disini kok, emang kamu kenapa...? Lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang ngomongin," kataku menawarkan. Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony.

"Nggak gitu Mas, tapi...." disini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu-malu takut.

Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti ber-"iseng". Permintaan ini berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti merasa tidak bisa menolak lagi. Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku. Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega. Memang, baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki wajar kalau sesekali kepengen ber-"iseng" di luaran. Cuma saja bagi Wasti dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja.

"Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!" nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku.

"Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau 'ngiseng' begini di luaran. Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini."

Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap. Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ.

Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku. Wasti yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.

"Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau?" tanyaku mendesak terus.

"Kesannya... aaaaa... maluu aku Maaass....!" Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.

Seperti yang sudah dibayangkan Wasti, baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Disitu sambil mengambil tangan Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-"iseng"-nya waktu itu. Wasti meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung. Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja batang itu naik menegang.

"Ihhhng... cepet bener bangunnya Bapak punya..." katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.

"Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?" jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup mengusapi tengah selangkangannya.

"Mmm... tapi mesti dilicinin dulu Pak..." lagi-lagi Wasti tidak menjawab langsung, hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.

Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan ber-"iseng"-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.
"Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk!" kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.

Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya. Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan majikan besarnya ini Wasti merasa kikuk sekali. Lebih-lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Wasti jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka.

Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan "Oom Senang"-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan besar ini sulit hilang, sehingga Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja genit. Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi.
Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony. Disedot-sedot bagian puncaknya sambil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran. Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu. Semakin Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti. Menangkap bahwa Wasti mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang. Ini diikuti Wasti tapi belom Oom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk.

"Tapi... lho, lhoo, lhooo..?!" Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya.

Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony. "Ssshhmmm.. enakk Waass.. sempit sekali punyakmuu hhhshh..." baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya.

Wasti jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan. Biar saja, mumpung suasana kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti ****** sedang dalam siklus birahinya. Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini. Dan melihat ini Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom Rony semalam.

"Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak? Kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?" tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Wasti memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku.

"Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas.." jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku.

"Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan."

Wasti hanya mengangguk tersipu-sipu menyetujui permintaanku. Memang, permainan anus ini dipelajarinya dariku, jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku. Tanpa menunggu lagi dia pun segera mengencangkan batang kemaluanku. Dengan tekniknya yang terlatih dia pun mengerjai batangku. Mula-mula dikocoki pelan dengan genggaman tangannya sampai setengah menegang, setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang mengulum dan mengisap, baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk siap kusetubuhi. Kalau sudah sampai disini permainan asyik pun berlangsung sebagaimana yang sering kami lakukan berdua. Yaitu seperti keinginanku, mula-mula kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba ejakulasiku, barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku disitu.

Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai "gendak" peliharaannya. Kedengarannya enak buat Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu. Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa Wasti bersedia tapi hanya selagi suaminya masih belum pulang saja. Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya. Akan tetapi sekalipun suaminya sudah ada, hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati. Pasalnya Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya bisa terjamin dimana Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan. Ini dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu.

Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja. Dengan berlaku seolah betul-betul akan dipijati tapi diam-diam berhubungan badan, cara begitu malah aman tidak akan dicurigai siapapun. Oom Rony menimbang-nimbang ternyata usul Wasti benar dan begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi. Awalnya waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan sebelah, Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan Oom Rony, dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu. Ardi pun mengangguk dan mengambil alih tugas itu.

"Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus. Kamu cepet aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng," begitu jawab Ardi.

Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri, dia bisa lega untuk menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan. Singkatnya begitu Oom Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya, disini mau tak mau perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang-terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri, tapi perasaan ini mulai terlupa ketika sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya. Terus terang, kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya laki-laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan seleranya. Tapi untungnya selain uangnya cukup royal, juga cara bermain seksnya bisa juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya. Cara merangsang mulutnya yang rakus diikuti menjilat-jilat rata sekujur tubuhnya mula-mula memang kurang "sreg" bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas. Agak jijik rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya. Tapi kalau sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam birahinya. Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas.

"Aahss Paakk.. jangan digigit keras-keras.. sakitt..." merintih Wasti tapi dengan muka geli senang, menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit.

Oom Rony sadar lagi, buru-buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus, tapi biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti. Wasti sering kewalahan, biarpun sudah merengek-rengek dia dengan menggeliat-geliat meronta-ronta menolaki kepala botak Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini. Tambah bertubi-tubi dia menyerbu Wasti. Mau tak mau Wasti mengalah, sudah hafal dia kalau belum puas membuat mengenyoti gemas di bagian susunya, belum berpindah Oom Rony dari situ. Tapi kalau sudah bergeser ke bawah, caranya pun serupa juga. Tidak hanya di atas, yang di bawah inipun dia sama rakusnya. Malah lebih lagi. Sebab tidak perduli kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai, dia tetap bernafsu sekali menghisap dan menjilat-jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di selangkangan Wasti.

Wasti sendiri memang senang dirangsang begini, cuma lagi-lagi kalau terasa geli menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony, akibatnya sama, gigitan-gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya. Malah lebih bertubi-tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu kemaluannya agar lebih merangsang langganannya. Jadi kalau bisa digabungkan suara-suara yang sedang terjadi, maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai-pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony.

"He.. hehngg.. aahsss diapain gittu... gellii iihhh.." merengek-rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok-nyodok pendek di pintu lubang kemaluannya, atau juga kalau gigitan-gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas. Kepala botak Oom Rony yang menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola, kadang didekap, diusap-usap kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat.

Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima, dia juga pintar memberi "asyik" pada lawan mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan langganannya itu. Sebentar kemudian bertukar permainan dengan Wasti sekarang yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony. Dengan pengalamannya yang banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya. Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang, menghisap-hisap kepala bulatnya, melocoknya sekaligus dan mengenyot-ngenyot kantung zakarnya membuat batang kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang. Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama. Kembali Wasti mulai merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai, kali ini disogok-sogok batang kemaluan Oom Rony. Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak "sreg" tapi Oom Rony cukup menyenangkan Wasti. Memang tidak besar tapi batang kemaluan lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di kepuasannya. Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu. Terbukti mimik mukanya berseri cerah memainkan kocokan lubang kemaluannya mengimbangi tarik tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya.

Seirama dengan bunyi "mencicit" putaran roda mesin cetak yang seolah kurang pelumasan di bangunan sebelah, di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony. Keduanya justru kebanyakan dilumas karena semakin lancar saja beradunya kedua kemaluan terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai akhir permainan.
"Hshh.. ayyo Was... Bapakk keluarr..." di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba di ejakulasinya.

"Ayyo Pakk.. sama-sama... hhoghh.. dduhh..." Wasti cepat menyahut, dia pun segera menyusuli dengan orgasmenya.

Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan secara bersamaan. Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti, begitu juga Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini.

Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya. Sudah dua kali aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol-ngobrol, tapi pada kali ketiga aku datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah, saat itulah kesempatan baik ini ingin dimanfaatkan Wasti. Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil, Wasti menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu dengan tidak sabaran lagi. Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung ditubruk pelukan rindunya.

"Duh Mas Dony... Was kangen banget deh, Mas nggak kangen ya sama aku?" katanya membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku.

"Sama aja Was, tapi kan nggak enak masa dateng-dateng lalu minta gitu sama kamu. Lama nggak perginya Mas Ardi?"

"Dia lagi ngurus ke kantor pajak, pasti lama pulangnya kok..."

Sebentar pembicaraan terputus sampai disini karena kami memuasi diri dulu dengan saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu. Disitu rupanya kami sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja melepas penutup badannya, ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang bulat di pelukanku. Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas menggegelegak. Hmmm... kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan rangsanganku. Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran, dia segera menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga membalas membantu membukai bajuku. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik menuntut, sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di babak utama.

"Ayo Mass.. buka juga ininya..." berdesis suaranya sambil tangannya ingin melorot celanaku, tampak dia seperti ingin terburu-buru.

Kuturuti permintaannya sebentar kemudian kami sudah sama2 telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu yang tentu saja naik dengan cepat. Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah, sebelah tangannya yang terjulur ke bawah sudah langsung beraksi meremas-remas gemas jendulan batanganku. Diserang begini ganti aku juga membalas. Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar kemaluannya, mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang terangkat-angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan batanganku. Lama-lama tidak tahan, Wastipun tidak membuang-buang waktu untuk merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku, dilocoknya beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya. Setelah terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya.

Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya, sementara Wasti menyambut dengan juga melocok menarik-narik batang kemaluanku. Saling merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi. Merasa cukup, kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya, Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung.

"Nggak di tempat tidur aja Mas...?" tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih.

"Di sini dulu, sekali-sekali kita main berdiri kan bisa juga?" begitu jawabku menentukan keputusanku.

Meskipun agak kurang "sreg" tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja ketika setelah kusandarkan ke dinding, kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar mengusapi kemaluannya, menggaruki klitorisnya.

Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung jariku merasakan licin basah liang kemaluannya. Batang kemaluan yang sudah dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menempel ketat di lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini, hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam. Sinar matanya makin sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang kemaluanku. Kedua lutut kutekuk agak merendah, dari situ kutekan membor ke depan ujung batangku sampai terasa menyusup masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti, ini karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar-lebar pahanya.

"Ahngg Mass Doonyy.." keluar erang senangnya sambil menyebut namaku.

Seperti biasa dia selalu terlihat repot jika dimasuki batangku, tegang serius mukanya sambil sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini. Begitupun pelan-pelan tenggelam juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam habis seluruh panjangnya. Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku. Lepas dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat senggama tanpa perduli suasana sekitar lagi. Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk tarik ke luar masuk, sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul mengocokkan lubang kemaluannya. Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah, kali ini untuk melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi senggama berdiri ini. Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah enaknya permainan.

Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam kelebihan rasanya. Terbukti baru disogok-sogok beberapa saat saja dia sudah tegang serius mukanya, tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

"Wiihhss... Mas Donny kangen aku kontolmu Mass... ssshh mantepp rasanya..." komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti anak kecil baru diberi mainan. Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar air mata bahagianya.

Tidak kusahut kata-katanya tapi dengan gemas-gemas sayang aku menindih untuk mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya. Inipun masih pelan saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami. Pinggulnya dimainkan membuat lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan. Air muka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing-masing hanyut meresapi jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan keintiman kami. Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo, sambil tetap meresapi asyik yang sama pada gelut dua kemaluan kami.

"Enak nggak Was rasanya punya Mas...?" bisikku menguji di tengah kesibukanku, sekedar ingin tahu komentarnya.

"Hsh iya ennak sekalli Mass... ****** Mas Donny palingg ennak dari semuanya... hhssh wihh kerras sekalli.. ennaakk.. adduuuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh... Mass Donyy ennaak sekalii Maaas..."

Wasti kuhapal memang tipe spontan terbuka, dipancing sedikit saja langsung keluar suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya. Jelas menyenangkan mendapat partner bercinta seperti ini, segera kutenggelamkan juga perasaanku menyatu dalam asyik senggama sepenuh perasaan dengannya. Makin lama gelut kami makin berlomba hangat tanda bahwa masing-masing mulai menuju ke puncak permainan, sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat.

"Hhrrh.. hghh.. nghhorrh.. ssshghh.. hoorrhgh.. hhhhng.. hngnhfffgh.. ngmmgh..." suara tenggorokan kami saling menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam senggama ini.

Mengejut-ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti diperas-peras oleh pijatan dinding kemaluannya. Sampai terbalik kedua bola mata kami saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu sentakan-sentakan ekstasinya melemah. Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda kenikmatan berlalu, aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan-kecupan lembut seputar wajahnya.

"Hhahhmmhh.. Mas Ddony... assyiknyaaa... keturutan kangenku sama Mas..." kembali terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra.

"Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was," kataku jujur membalas perasaan hatinya.

"Bener?" tanyanya menguji dengan nada manja. Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku, di situ baru dia berhenti dan membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya. Aku lega dan puas tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan kerinduannya denganku.

Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura-pura minta dipijat oleh Wasti. Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang sibuk mencetak di bangunan sebelah, dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah induk. Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka. Wasti menoleh dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di ruang tamu. Timbul niat isengku menggoda, kurapati dia yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, langsung memeluk dari belakang mencumbui dia. Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan Wasti menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.
"Mas Dony ini nggodain aku aja, paling-paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain, sekarang kayak sudah kepengen lagi...?"

"Lha memang kepengen kok, sama kamu kan belum?" jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.

Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.

"Heh Mas Dony! Ngawur ah, ini kan masih di dapur... nanti aja di kamar Mas... kalau di sini nanti ada yang liat gimana?" Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya.

"Kasih sebentar aja kan bisa Was, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada yang datang..." kataku meminta sambil menenangkan dirinya.

Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca dimana kami bisa melihat keadaan bangunan percetakan di sebelah.

"Ahhs Maaass..!" Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.

Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi tidak tega juga, langsung melunak suaranya berbisik. "Wih, wih Masss... kok cepet banget sih keras bangunnya...?"

"Makanya itu.. Mas Dony masukin ya?"

"Iya tapi aku belum basah Mas..."

"Nanti Mas basahin sebentar..."

"Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran..."

Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu. Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.

Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyusupkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.

"Keras sekali rasanya Mas...?" komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum kepadaku di belakangnya.

Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.

"Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya..." jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.

Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan, sedang Wasti memutar-mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar memberi bagiku saja, tapi tidak bisa dicegah, dia pun dilanda nikmat senggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.

Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.

"Aahs yyohh Wass... Mass sudah mau samppe..."

"Iya Mass... sama-samaa... sshhhah-hhgh.. dduhh... oohgsshh... hrrh.. hheehh.. Wass.. ayyoo.. dduuh Maass... aaddusssh.. hrhh..."

Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk. Ternyata memang Ardi yang datang. Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.

End

Saturday, August 28, 2010

Nikmatanya tidur dengan pembantu dan baby sitter

Hai nama saya andi, Saya mengucapkan terima kasih yang mereply dan membaca kisah sex saya dengan paini (baca cerita paini, si pembantu pemuas nafsu). Sesuai dengan janji saya, saya akan menceritakan kisah sex saya dengan ina, baby sitter paman saya yang ada di Ibukota.

Ina ini mukanya cantik sekali, rupanya menurut saya telah mengalahkan pembantu saya, paini. Tetapi, kalau masalah badan, Paini tetap nomor satu.
Sejak saya memerawani paini, dia menjadi lebih care dengan dirinya seperti mencukur bulu kakinya, memakai body lotion, menggunkan cutex, meminum jamu perapet vagina biar liangnya tetap memuasaka aku, menggunakan bedak untuk vaginanya, pintar berdandan, bahkan yang tadinya risih
dengan payudaranya sekarang dia merasa bangga dengan payudaranya, sekarang dia menggunakan gel untuk mengencangakan dan membesarkan payudaranya serta menggunakan penyangga dada agar pertumbuhan dadanya terarah dan biar tambah kenyal.

Rupanya cara ini terbukti, Dari Cupnya B, sudah berubah menjadi C, sehingga ukuran Branya sekarang 36C, serta tambah kenyal (sangat-sangat kenyal) sekali bila saya meremasnya, dan apabila melewati jalan berbatu atau polisi tidur, para pria tidak lagi melihatnya karena payudaranya terlihat seperti batu tidak bergoyang karena menggunakan penyangga payudara dan sikapnya berubah, dari yang Ndeso, sekarang ia percaya diri. Dia juga tidak menggunakan Bra lagi karena saya larang dan seluruh CDnya saya suruh buang dan saya belikan G string Dia sudah mempunyai keahlian tarian erotis yang ia pelajari dari Video porno yang saya sering pinjam dari teman saya. wah, sangat membanggakan. tetapi dia tetap santun dengan kedua orang tuaku serta tetap sayang dengan adikku, kalau ada orang tuaku, dia selalu menggunakan baju yang tebal agar tidak ketahuan tidak menggunakan bra dan apabila kedua ortuku pergi dalam waktu yang lama, dia menggunaka pakaian seksi yang belikan (lebih cocoknya colongan) pakaian ketak, tipis, belahan dadanya kelihatan minim-minim seperti tanktop, rok mini atau lainya. serta biasanya saya diberi tarian erotis olehnya serta Ngesex senganya.

Tidak hanya paini berubah, sayapun begitu, kehidupan saya menjadi teratur dan teroganisir. saya rajin menggunakan senam kegel agar bisa tahan lama. sekatang kita fokus lagi ke ina, dia adalah orang sunda, terlihat dari logatnya apabila dia berbicara. dia sudah kerja di rumah paman saya 1 tahun. usianya 17 tahun. usia muda dan tentunya nikmat untuk ditiduri juga. tingginya lebih tinggi sedikit dibandingkan paini. payudaranya juga proporsional dengan tubuhnya dan dia sangat cantik, cuman dia lebih gelap daripada paini(karena rajin pake body lotion). ya kulitnya indonesian banget lah. mukanya sayu dan bibir yang pink tanpa lipstik dan selalu basah karena suka digigit olehnya. kalau saya melihat dia sedang gigit bibirnya membuat saya jadi berfantasi mencium bibirnya atau di anal olehnya ohhhh. tapi jujur, pantat ina lebih bulat dan besar daibandingkan paini.

Saya baru mengenalnya ketika pamanya beserta istrinya datang jauh-jauh kerumahku hanya untuk silaturahmi dengan seorang gadis berseragam putih yang sedang menggendong anak dari paman saya. Paman saya adalah orang arab yang punya usaha restoran di jakarta, paman saya ini punya bujet tinggi. tetapi dia alim dan rendah diri. sebut saja namanya pak amad. ketika saya melihat dirinya, dia langsung menundukan kepalanya dan langsung bermain dengan bayi itu dan menginap selama 3 hari. saya punya feeling bahwa gadis ini pemalu berat.

rupanya feeling saya ini benar, ketika saya berusaha mendekati dirinya, dia langsung menjauh dan ketika saya bertanya namanyanya. dia mengucap dengan kata yang sangat simpel "ina" dengan lirih dan langsung menjauhiku. Apa dia takut dengan saya?. kemudian saya menugasi paini untuk "menginterogasi" dia. Tapi kalau paini. dia bicara dengan lancar. tentunya paini memberikan pertanyaan terselubung untuk mengetahuinya.
Rupanya dia memang malu ke saya. selama di rumah saya, dia tidur bersama paini di kamar pembantu dan saya nguping di balik pintu yang ditutup oleh paini.

"ina, kok kamu tadi diajak bicara sama mas andi kok takut sih?, mas andi nggak gigit kok"
"hihihi, kamu bisa aja deh"
"trus kenapa toh?"
"saya malu sama mas andi"
"kok malu sama mas andi?"
"nggak tau, kalo saya dekat denganya, saya jadi "ndredeg" (nervous) nggak tau kenapa"
"Ooo gitu to, kamu naksir sama mas andi ya?"
"enggak sih, lagipula dia apa mau sama gadis desa kayak saya ini"
"Eee jangan gitu dong"
"ni, kamu kan udah lama tinggal disini kan?"
"iya, kirakira udah 3 tahunan lah"
"berarti kamu tau sifatnya mas andi dong"
"iya, emang kenapa?"
"mas andi tuh sifatnya gimana?"
"baik hati, tidak sombong, wah pokoknya teratur deh, eh tapi kok kita bicarain mas andi sih?, kamu naksir ya"
"nggak, nggak sama sekali"
"yang benerrr?"
"iya"
"haah(menguap) aku ngantuk ,aku bobo duluan ya, kamu nggak bobo?"
"nggak, nanti aja. aku mau ngasih minum ke majikanmu. met bobo ya"
kemudian saya lari kedapur dan paini tentunya juga ke dapur karena saya suruh juga kedapur. kemudian saya suruh dia berbalik badan dan saya peluk dia dari belakang sambil kedua tangan saya meremas payudaranya. spontan penis saya naik dan saya gesekan ke pantatnya
"gimana tadi interogasinya say?"
"oh iya mas rupanya....."
"(saya potong ucapanya) iya tadi aku nguping"
"tadi mas nguping to sshhh?" katanya sambil mendesah
"iya, makasih ya kamu muji saya"saya berkata sambil bibir saya mengecup lehernya
"ah, saya kan cuma berkata apa ada nya sshhh geli mas" katanya sambil mendesah
"tapi kamukan ngasih positif ke ina"
"tapi kan memang begitu ahhh"
"kamu juga pinter paini, kamu itu cantik, seksi ,montok terus bikin mas puas lagi" tangan kananku yang berpindah dari payudarnya menggerayap di balik celananya yang sudah basah dan bibir saya dari leher ke kuping
"ah mas juga pintar puasin paini geli mass"
"paini, kalau kamu bicara sama ina, kamu laporan ke saya ya, tapi kalau cuma tentang masalah perbantuan nggak usah lapor"
"iya mas, emang kenapa sih mas nyari informasi tentang ina sih?"
"mas tertarik aja sama ina"
"mas juga mau tidurin ina ya?", wajahnya penuh cemburu
"kok kamu tahu sih" kataku sambil meraba vaginanya
kemudian wajahnya yang mendesah itu berubah menjadi cemberut"
"mas, aku nggak rela kalo mas tidur sama ina, emang mas udah bosan sama paini ya?
"nggak, mas nggak pernah bosan sama paini, kamu itukan cantik, seksi, liat deh susu kamu, mas lebih demen susu kamu yang besar dan montok. liat ina, susunya kan nggak kayak kamu punya, trus kan kamu punya tarian 'maut' tapi liat ina, mungkin goyang ngebor aja nggak bisa"
"terus kenapa?"
"mas cuma pengin sesuatu yang baru, biar mas punya semangat baru aja, nanti kalo mas tidur sama ina, kamu tetep mas kasih kok, namanya threesome"
"janji ya mas"
"mas janji deh"
"omong-omong trisam itu apa mas?"
"three some itu kita main sex 3 orang, bisa 1 laki-laki dengan2 2 orang"
"tapi mas kan cuma punya satu burung, trus satunya lagi ngapain dong?"
"ya gantian dong painiku sayang"
kemudian saya mengeluarkan HP dari kantong saya menggunakan tangan kiri saya dan saya cari film porno dalam HP saya, sejak memori hp saya di upgrade 2GB, bertambah pula film porno saya sehingga rada kesulitan mencari film three some,tapi akhirnya ketemu juga dan langsung saya putarkan, ketika saya putar saya terdengan suara teriakan. kemudia saya panik dan langsung mengecilkan volume, untung semua sudah tidur, kalo ketahuan, paini bisa dipecat dan saya bisa dimarahi ortu saya
"kayak begini lo paini"
kemudian dia melihat video tersebut. kelihatanya dia serius sekali melihat film yang saya berikan. film itu berdurasi 1.5 menit, karena sudah tidak ada lagi pembicaraan, saya lebih keras meremas payudaranya dan memijit clitnya
"mas, aku nggak bisa jilat memek kaya di film itu lo mas aduh ngilu mas(saking kerasnya saya meremas payudaranya)"kemudian saya ruangi tekanan meremas payudaranya
"makanya kamu harus belajar, biar bisa kayak di film itu"
"tapi mas, saya kan nggak lesbi"
"nggak, mas nggak nyuruh kamu jadi lesbi, tapi kamu harus tau gimana cara mas andi muasin kamu, dan kamu harus praktekan ke ina, lagipula mas nggak suka cewek lesbi"
"Oooo gitu toh, mas, aku udah mau keluar nih argghh"
"ya udah, keluarin aja"
kemudian cairan kental itu akhirnya keluar juga akhirnya. kemudian tanganku yang yang sudah dipenuhi maninya saya cuci di di wastafel
"mas, makasih ya sudah nyenengin paini"
"mas juga seneng kok"
"mas, pak amad sudah tidur belum?"
"sudah, eh kamu paini, aku masih ngaceng nih, kamu tolong kocokin sama ngemut burung saya ini"
"iya mas"
kemudian saya duduk dikursi di ruang makan. kemudian paini mulai mengocok alat kejantanan saya. aduhh sungguh enaknya hidup punya pembantu kayak dia ini nggak nyesel dulu ibu saya membawanya dari desa dengan susah payah melewati jalan tidak beraspal, berbatu, penuhtanjakan ke pegunungan, bahkan sampai masuk ke sawah karena jalanya curam. kocokan mautnya memberi sensasi luar biasa. desahan-desahan lirih saya keluar begitu saja. mungkin sudah ratusan kata "ahhh", "ohhh" , "yess" saya lontarakan. itu baru kocokanyanya apalagi emutanya. serasa saya tidak perlu jauh-jauh ke surga untuk mencari bidadari karena bidadari itu sedang jonkok dihadapan saya sambil menjilat dan mengemut penis saya "ahh paini kamu ahh pintar sekali ahh yess ohh" desahanku berulang ulang "sedot lebih keras lagi" dan tangan-tang kecilnya memainkan burungku.

emutan saktinya memang sungguh enak. giginya tidak pernah mengenai burungku karena dia adalah pengemut profrsional. two thumbs up deh. kemudian beberapa menit kemudian akhirnya mani saya keluar dan paini langsung menelan maniku saking nikmatnya. kemudian saya langsung menaikan celanaku dan saya cium mulutnya itu.
"paini, saya bisa minta tolong nggak?"
"apa sih yang nggak saya lakukan mas?"
"saya minta tolong kamu diam-diam bawa tasnya si ina"
"saya usahain deh"
kemudian sekitar lima menitan saya menunggu, kemudian paini kembali dengan membawa tas merah jinjing. kemudian kami berdua melihat isi tas ina. isinya softex, 3 bh CD, 2 bh dan 1 celana jeans dan 1 T-shirt lengan pendek. berarti dia benar-benar menyiapkan dengan benar. kemudian saya berpikir menghilangkan 1 buah bhnya dan 1 CD supaya dia tidak memakai bh dan CD di hari ke 2 & 3 agar mengerti bentuk payudaranya.

kemudian saya mengambil BH putih berendanya dan saya suruh paini untuk kemudian kembali dan bh yang wangi tersebut saya sembunyikan di bawah springbed tempat tidurku dan langsung tidur.
kemudian paginya benar. Pada pagi hari setelah mandi saya mau memakai baju putih abu-abu saya untuk mempersiapkan sekolah. kemudian setelah mengancing baju ada ketukan pintu. kemudian saya suruh masuk dan kemudian paini dengan pakaian baju ungu longgar dengan celana pendek datang masuk ke kamarku
"mas andi sesuai dengan printahnya tadi malem saya mau nglapor "
"mau nglapor apaan"
"tadi sesudah ina mandi terus pas mau pake baju pas buka tas dia ngomong ke saya katanya bhnya sama CD ilang satu"
"terus dia ngomong apa"
"ni, kok perasaan kutangku ama CD kok ada yang ilang ya?"
"trus kamu bilang apa"
"trus saya bilang munkin ketinggalan di tas tapi dia malah ngeyel udah ngecek sebelum berangkat"
"terus?"
"eh dia malah nuduh aku nyolong bhnya"
"trus saya marah sambil nunjukin susu saya sambil bilang 'enak aja kalo ngomong, ngomong tuh ati-atiya saya tuh gak pake bh dan CD kamu!, lagipula bh kecilmu dan CD kumalmu saya itu apa muat di susuku dan pinggangku nih liat nih'trus ina minta maaf ke saya dan saya maafin"
melihat dia yang terbawa emosi menyeritakan sampe memamerkan kan susunya otomatis membuat penis saya naik lagi. kemudian dia minta maaf karena terbawa emosi sehingga memamerkan payudaranya dan CDnya . kemudian saya melihat ke jam dinding "wah, rupanya masih ada waktu lebar nih"

kemudian saya langung melepas handuk saya.
"paini, paini..... kamu ini bikin saya panas lagi, padahal kamu itu udah ngemut penis saya tadi malam. kamu bikin saya kesal"
"maaf mas, saya lupa"
"saya maafin kamu tapi....., kamu tahu kan?"
"iya mas"
kemudian dia mendekat padaku
"paini, sudah lama saya nggak rasa'in pantat kamu. mungkin perih tapi dengan ini saya maafin kamu"
"mas, kenapa nggak lewat depan aja?"
"udah kamu nurut aja, kamu mau dimaafin gak?"
"i..iya mas" katanya sedikit takut
"makanya kamu nurut aja, saya kan nggak pernah bikin kamu kecewa, masa enak mulu, tapi sekali ini aja rasain sakit sebentar nggak mau sih!"
"iya mas, saya nurut saja"
kemudian dia dalam kondisi pasrah dia menuju ke tempat tidur dan telungkup. kemudian saya berdiri diatasanya dan saya berkata,"bikin dirimu

seenak munkin, cuma 15 menit kok, tahan sakitnya"
"iya mas, yang penting mas senang"
kemudian saya mulai memasukan penis saya pertama dan kemudian berulang ulang. semakin lama semakin cepat, "ah,ah,ah,ah" desahanku ketika menyoblos pantat besarnya itu. kedua tangan saya memukul-mukul pantatnya "tas tos tas to" bunyi tanganku memukul pantatnya yang sudah memerah
itu. dan saya mendengar suara rintihan kesakitan "auw-auw mas aw pelan mas" suarannya lirih. tetapi suara itu malah membuatku semakin bersemangat dan beberapa menit kemudian akhirnya saya menegluarka mani di pantat semoknya itu.
"sudah paini, aku sudah keluar sekarang berbaliklah"
kemudian dia berbalik. saya melihat mukanya hidungnya merah dan meihat matanya berlinangan. kemudian saya mencium kedua matanya
"sudah paini, jangan nangis lagi, sayakan jarang menikmati yang kayak begini, saya tidak rela melakukan kayak begini setiap hari. karena saya sayang kamu. saya mungkin cuma melakukan ini 1-2 kali setahun karena saya tidak suka menyiksa kamu. udah jangan nangis lagi"
"iya mas saya ngerti kok. Lagipula ini saya salah mas kenapa menyiksa mas dengan memamerkan tetek dan CD saya"
"udah-udah, sekarang kamu jilat penis saya biar bersih
"iya mas" kemudian senyumnya mengembang lagi
kemudian dia mulai membersihkan penis saya yang mengekerut itu sampai bersih. kemudian saya menggunakan CD dan celana saya. pada saat saya keluar rumah dan naik angkot saya merasa bersalah dan saya berpikir "nanti juga penisku turun sendiri, nggak usah nyiksa paini, ah mungkin kelewat nafsu aja kali"
kemudian saya sekolah seperti biasa. dan biasanya perempuan di sekolahku ingin menrik perhatianku. tetapi saya tidak tertarik. sejak saya biasa ******* dengan paini sifat saya menggoda wanita berubah menjadi cuek, mungkin, karena jarang digoda lagi, dia malah jadi caper. ada yang ngedip mata, memberi senyuman. saya cuekin semua, tapi malah ada sebagian wanita anggap kecuekan saya itu keren. malh digila-gilai saya.

setelah itu saya pulang. rupanya paman beserta keluarga termasuk ina ke pariwisata terkenal di tempatku dan kebetulan saya les di bimbel terkemuka sampai magrib. kemudian setelah itu saya langsung pulang. rupanya mereka sudah pulang semuanya. ina yang sudah mandi pada waktu itu kelihatan dia menggunakan T-shirt lengan pendek ketat dan rok terusan. tapi saya bingung. kok dia masih menggunakan BH dan CD?. kemudian saya menemui paini.
"paini, kok si ina masih pake BH dan CD sih, kamu pinjemin ya"
"nggak kok mas, mungkin dia pake BH dan CD bekas"
"kalo gitu, paini, kamu bikin dia melepaskan BH dan CD-nya, caranya gini, bilang aja kalo pake CD dan BH bekas bikin susumu nanti jamuran terus gatel-gatel dan nanti memek kamu gatel-gatel nanti jamuran susah diilangin"
"iya mas"
kemudian saya nguping lagi ucapan mereka
"ina, kamu pake CD ama BH bekas ya?"
"kok kamu tahu"
saya takut paini tidak bisa membalasnya, tapi rupanya di pintar juga
"kan tadi pagi kamu ngomong sendiri ke saya, eh nanti jamuran lo"
"ah, yang bener kalo ngomong"
"iya betulan, temanku aja yang pake CD dan BH bekas terus susunya ada panunya sampe digaruk berdarah terus memeknya juga kalo kencing perih rasanya"
"yang bener"
"iya bener, kalo nggak percaya, besok palingan kamu juga ngrasain nasibnya sama dengan temanku"
"iya deh aku copot"
kemudian ina mencopot bajunya terlebih dahulu dan baru kedua pakaian dalamnya. sayangnya saya tidak memasang one way mirror seperti dikamar mandinya. kenapa tidak mengintip dari kamar mandi?, karena waktunya tidak pas. selalu telat. kemudians setalah itu kelihatanya dia maukeluar kasih susu anaknya pak amad.

kemudian saya menyuruh paini untuk akrab denganya sampai besok karena waktu-waktunya kemarin sangat padat dan saya juga lupa mengingat ini.
saya menyuruh ini agar ina percaya dengan paini. kalau sudah ada kepercayaan maka membuat mudah untuk tidur denganya. dan akhirnya kepercyaan itu tumbuh antara mereka karena mereka sudah mengorol yang mendalam (seperti pacar). kemudian saya memanggil paini untuk melanjutkan rencana saya yang kedua

"paini, sekarang kamu kasih minum, ini obat tidurnya biar bisa saya jamah karena pakaian dalamnya copot. jadi nanti tinggal saya buka roknya dan angkat bajunya. kemarin saya ingin melakukan tapi ina ini tidurnya lasak(suka bergerak). saya takut nanti ketahuan rencana saya. kemudian ketika membuat minuman, anaknya pak Ahmad menangis keras. kemudian ina yang ada di kamar pembantu langsung lari ke ruang keluarga. Anak itu

menangis terus, dicek, popoknya tidak basah, kemudian ina ke dapur. Dia melihat kami dengan wajah bingung. mungkin karena tidak berani nanya saking malunya, dia langsung menggotong termos, botol susu dan toples susu bayi. kemudian saya melihat dia membuat susu di dekat keranjang bayi, kemudian dia memberikan susu itu tapi bayinya tidak mau. kemudian pak amad dan bu amad datang. mereka juga panik melihat bayinya menagis terus. kemudian oertu saya beserta ina pergi ke dokter anak. kemudian setelah sepulang dari dokter anak, diketahui lagi sakit, oleh maka karena itu mereka bertiga, pak dan bu amad serta ina mereka lembur. kalau begini, saya ga' bisa trheesome yah gagal total, saya tidak berhasil menidurinya. Tapi, rupanya segala kekecewaan tersebut terganti pada esok harinya yang tidak kuduga. Seusai pulang sekolah, dimana pak amad rupanya meninggalkan undangan ultah yang akan dirayakan satu minggu lagi. kemudian saya lihat ke kalendar. wah rupanya hari sabtu,

tanggal merah lagi, rupanya ada hari besar nasional. kemudian saya bersorak gembira. Kemudian ketika ortu datang, mereka membaca undangan tersebut. dan saya yakin pasti aku juga diajak. "Di, kamu mau ikut nggak ke rumah paman amad?", "mau" itu langsung keluar di mulutku dengan cepat dan saya beritahu paini, rupanya dia juga senang. Sebelum kami sekeluarga berangkat. Saya dan paini mengatur strategi menjebak ina. dan akhirnya setelah sepulang sekolah kami sekeluarga termasuk paini pergi menggunakan mobil. mobil yang kami gunakan adalah mobil MPV yang sanggup memuat 7 orang. ortu kami duduk di depan, saya dan adik saya duduk di tengah dan paini duduk dibelakang. baru beberapa kilo, adik saya langsung pelor dan dia tidur memanjang dan akhirnya saya migrasi ke belakang. pada saat dibelakang, tangan-tangan jail saya merayap ke badanya. alunan radio mampu menyamarkan desahan, desahan kecil paini, tapi saking konsentrasi ortu saya nyetir, mereka tidak tahu apa yang saya lakukan. saya mentyuruh paini sejak awal untuk menggunakan rok selutut dan tidak menggunakan CD agar mudah merabanya dan menutupnya ketika kami berhenti di pom bensin. saya apabila tidak mendengarkan radio maka tidur, apa bila tidak tidur, maka tangan jail saya merayap lagi. saya suka mengelus pahanya yang mulus itu dan usil memasukan jari saya keclitnya. terhitung paini sudah 8 kali mengalami orgasme karena saya raba vaginanya selama 12 jam perjalanan. dan setelah menunggu sekitar 12 jam, akhirnya kami sampai ke rumahnya. rumahnya besar sekali.
bisa 300m2 rumahnya. sangat berbeda dengan rumah saya. rumah ini sudah berastitekstur modern. terhitung 3 mobil mewah berjajar di rumahnya. ketika kami sudah berada di depan rumahnya. Ina, gadis itu mendorong pagar tersebut. senyum saya mengambang melihat gadis itu. kemudian kami disambut oleh pak dan bu amad. kemudian saya mulai menjalankan propaganda saya. Karena paini dan ina sudah akrab, maka menjalankan propaganda yang saya lakukan. setelah malam hari, saya mulai menyuruh paini menjalankan propaganda tersebut. saya menyuruh paini berbicara intim dan saru untuk diperbincangakan. setelah bincang panas, paini melapor kepada saya, dia melaporkan yang dia bincangkan dan seperti ini:(basa-basi dulu)
"in, kamu udah punya pacar belum?"
"udah, tukang sayur di depan"
"kamu sama tukang sayur itu ngapain aja"
"rahasia dong"
"ayo dong kita kan sama-sama pembantu"
"kita ciuman mulut trus mas karno pernah juga megang susuku"
"gimana rasanya?"
"duh, mulutnya bau, abis itu dipegang sakit diteken keras-keras"
"hahaha emang enak, eh aku mo nanya nih. boleh nggak?"
"boleh, emang nanya apa?"
"kamu pernah begituan belum?"
"begituan?"
"sex, hubungan suami istri"
"belum, tapi pernah baca"
"baca?"
"iya, ceritanya begini, ketika saya sedang membersihkan perpustakaan saya liat pak amad serius baca novelnya, hampir setelah makan atau pulang kerja pak amad selalu baca novel ini. kemudian saya penasaran. setelah pak amad pergi kerja diam-diam saya baca novel ini, di depannya ada tulisan nick carternya kemudian saya baca di kamar saya. ketika saya membaca, entah kenapa tetek saya jadi tegang paini, terus puting saya jadi keras. kalo saya tarik ya mbak, rasanya uenak banget mbak, tapi kenapa memek saya jadi basah mbak terus pengen pipis terus"
"itu namanya terangsang mbak"
"terangsang, apaan tuh?"
"wah susah neranginya in, pokoknya itu artinya kamu sudah siap untuk ditiduri"
"kok kamu tau sih, emang pernah ngalamin ya?"
"iya, bahkan sampai puncaknya malahan, rasanya enak banget mbak sumpah"
"wah kayak apaan sih?"
"kamu mau tau rasanya?"
"iya mbak, mau banget"
"kalo gitu, yuk kita bugil bareng-bareng!"
"nggak salah nih?"
"udah, tenang aja, kita kan sama perempuan, ngapain takut!"
"iyaya, yuk!"
kemudian mereka bugil bersama. kemudian ina disuruh paini tidur. kemudian disuruh untuk menutup mata. kemudian paini mulai memegang payudara ina, kemudian paini memuntir-muntir payudara ina. ina kemudian menggelinjang-menggelinjang kegelian
"humph paini ahh geli kamua dapat ilmu dari mana sih?"
"dari mas andi"
"ha! kamu tidur sama mas andi!" dia yang tidur langsung duduk
"iya, emang kenapa?"
"rasanya gimana?"
"aduh mas andi udah ganteng, gagah, berotot lagi wah jangan tanya deh!"
"emang kamu diapain aja sama mas andi?"
"wah, susah neranginya, pokoknya mas andi itu muasin aku banget in, yang gampang ya dipratekin"
"iya deh"
kemudian ina tidur kembali. kemudian paini meremas-remas payudara ina. kemudian diemut-umut payudara kanan "hmph enak paini terus ahhhh"
kemudian payudara ina satunya lagi. kemudian paini mulai meraba raba vagina ina. "dhuh geli paini" kemudian paini mulai mencari clit ina.

"ahh paini terus paini ahh" ina menggelinjang keenakan. kemudian beberapa menit kemudian mani keluar dari vaginanya "crot...crot" vaginanya

basah karena maninya
"gimana ina uenak kan?"
"iya enak besok-besok banget lagi dong....."
"nggak ah males"
"kok males, padahal tadi saya keluar pertama kali loo, saya kan moo lagi.....plis"
"nggak, jangan sama saya!, saya tadi cuma mengenalkan"
"plis, padahal tadi enak banget lo ni"
"jangan minta sama saya tapi minta....."
"sama siapa'
"sama majikan saya, mas andi"
"saya malu mbak sama dia, diakan ganteng,gagah, dia apa mau sama saya"
"ya saya usaha'in ya malem-malem besok"
"tapi paini....."
"alah nggak ada tapi-tapian, dia juga yang ngenalin aku ini kok"
kemudian paini keluar dari kamar pembantu itu dan melapor pada saya. dan saya sudah siap bertempur dengan 2 orang sekaligus. besoknya saya

dan keluarga kami merayakan pesta ulang tahun di restoranya. ah, malasnya acara kayak begini. kemudian saya meliat ina yang berada pojok

sana. dan saya mendekatinya.
"in, katanya paini kamu mau tau rasanya sex itu ya.....?"
"i...iya mas. nggak boleh ya mas", katanya. wah dia tidak menghindariku. ini adalah kesempatan emas
"boleh kok, saya malah merasa senang"
"yang bener mas"
"iya, saya seneng banget"
"makasih ya mass"
"nanti malem ya, kamu pake yang bagus ya"

ini adalah acara paling malas saya ikuti. dan akhirnya kami pulang sore hari. hari itu hari yang melelahkan. kedua orang tua saya dan adikku sangat semangat mengikuti acara ini, saya yakin energinya betul-betul terkuras. begitu juga dengan pak amad dan ibu amad yang sangat terkuras karena jadi panitianya. padahal masih jam 19.30 tapi semua pada bobo. ini kesempatan saya. kemudian saya mengambil obat kuat terkenal dan meminum 2 tablet sekaligus. wah rasanya minum ini saya jadi fire. kemudian saya mantapkan kakiku ke kamar pembantu. kemudian saya mengetok pintu di depan. kemudian ina keluar dengan daster pendek bewarna merah muda. tentu paini sudah saya suruh keluar dan saya suruh mengintip dari celah pintu yang memang saya sengaja tidak memnutupnya sampai full supaya paini mengintip

"kamu cantik deh ina"
"ah mas bisa aja"
kemudian saya langsung melumat bibir merahnya, cukup lama, saya yakin dia sangat menikmatinya. kemudian saya mengigit kecil kupingnya dan membuang napas di lupang kupingnya "Hmph mas geli" ucpanya. kemudian saya turun ke lehernya. ahhhh wangi parfumnya membuat saya jadi tambah horny. saya jilat lehernya dan gigit kecil sampai tanda merah di lehernya. dia mendesah kegelian "mas geli mas jangan mass". tapi kata itu

membuat saya bersemangat. kemudian dari lehernya saya turun ke pundak kananya nya yang mulus saya gigit-gigit kecil pundaknya dan tali dasternya sama tali bra-nya saya gigit sampai turun kebawah dan tangan kiri saya memijat mijat kecil pundaknya dan mulai menurunkan tidali daster dan BHnya. kemudian saya turunkan sedikit demi sedikit bajunya dan akhirnya kedua payudaranya yang belum matang tapi proporsiorna dengan kemolekan tubuhnya yang sintal itu. kemudian sekejap dia langsung menutup kedua gunungnya yang padat itu
"lo kok ditutup sih in?"
"malu mas"
"kok malu, susumu kan bagus"
"malu mas susu saya diliatin mas, ini pertama kali susu saya diliat sama laki-laki"
"udah ina, nggak usah malu-malu, lagipula kan cuma saya yang ngeliat"
kata bohong itu keluar begitu saja dari mulut saya. padahal paini yang ngintip celah itu rupanya sudah panas. kemudian saya cium lagi mulutnya yang merekah itu dan kedua tangan saya meremas-remas payudaranya. kemudian kedua tangan saya saya pusatkan ke putingnya. saya puntir puntir kedua putingnya.

kemudian putingnya saya cubit dan saya putar-putar toketnya saya. kemudian kepala saya saya taruh di tengah payudaranya kemudian saya suruh ina untuk memegang payudaranya dan kepala saya dijepit oleh payudaranya. ohhh enaknya seperti kepala saya dipijat-pijat. kemudian mulai kepala saya menekan payudaranya kirinya dan saya mulai menjilat payudaranya. kemudian saya memasukan seluruh payudarnya ke mulut saya. "dhuh mas ngilu mas" katanya. kemudian saya emut dan gigit-gigit kecil puting kanan kerasnya(seperti orang bilang,

dahulukan yang kanan baru yang kiri). "mas enak mas ahhh geli mas achhh" desahanya dan sebaliknya. kemudian saya membuka celananya. terlihat sebuah CD biru muda yang berenda sudah basah dan sepasang paha putih yang kontras. kemudian saya lepaskan CDnya. rupanya tidak ada perlawanan sama sekali. kemudian tertampaklah sebuah tempik yang sudah berlendir dengan jembut lebat. rupanya dia tidak pernah mencukurinya. kemudian saya raba dan hidungku saya gesekan di celah vaginaya yang pink itu. "mas enak mas udah masukin aja ahhh udah enggak tahan mass" katanya yang sudah penuh nafsu. tetapi tentu saja tidak saya langsung masukan dengan penis saya. saya masih ingin membuatnya orgasme dulu agar vaginanya basah. kemudian, saya membuat bibir saya menjadi "O" dan mulai menyedot vaginanya. tidak lupa lidah saya juga menjulur mencari itilnya. "mas enak mass ach mas ouw....."desahanya berulang ulang tak tahan menerima kenikmatan yang dialaminya. kemudian setelah beberapa menit kemudian,
"mas mau pipis nih..."
"udah keluarin aja"
"tapi masak saya keluar di mulut mas?"
"udh nggak papa"
keliatan dia menahan orgasmenya karena dia tidak mau mengeluarkan maninya di depan muka saya. saya jadi makin bersemangat, saya semakin

menguatkan kekuatan sedotanku. semakin tidak kuat dia menahan dan akhirnya setelah bergelut dengan vaginanya akhirnya dia keluar juga, maninya sangat kental, lebih kental dari susu kental manis. tapi entah kenapa dia malah mengelap mukaku dengan BH-nya
"maaf mas saya pipis di muka mas", katanya sambil mengelapku
"ah nggak papa, ini namanya orgasme"
"Oooo"
"ina, kamu udah siap belum?"
"siap ngapain mas?"
"udah siap mas masukin burung mas ke memek mas"
"ina siap aja kalo mas mau", katanya sambil malu-malu
"tapi, nanti ini rada perih, kamu tahan ya..."
"iya mas...."
"ina, tolong kamu copot baju saya"
kemudian dia grogi ketika mencopot baju saya dan paling grogi pas membuka celana jeans saya. ketika dia menyentuh kancing celana saya. dia diam sejenak. kemudian saya memegang kedua tanganya dan menuntunya dia membuka kancingku. mukanya merah menyala. begitu juga membuka resliting celanaku. dan dia menyemnggol kontholku. rupanya dia tambah grogi. kemudian celana jeans saya akhirnya copot juga. dan tertampanglah saya dengan CD putih yang terkenal "anti nyelip" dengan bulu yang lebat di paha dan betisku. tangannya yang masih saya pegang saya gesekan dengan burung saya yang sudah "njendol" di dalam kolor yang minta jatah. pada awalnya, dia menggunakan punggung tanganya karena masih malu. tapi lama kelamaan, dia mulai berani berani mengelus penisku. dan ketika tanganku melepasnya, dia mulai berani mengelus-elus penis ku. kemudian saya suruh melepaskan kolorku. kemudian dia mulai berani melepaskan kolor ku. terlihat dia takjub meliat burungku. setelah itu saya suruh jongkok
"in, kamu tolong kocokin dan emut burung saya ya"
"carnya gimana mas?"
"dengan cara kamu pegang burung saya terus kamu urut ke depan kebelakang?"
"kalo ngemutnya gimana mas?"
"caranya kamu masukan burungku ke mulutmu, tapi jangan kena gigi, kayak ngemut permen lolipop"
kemudian dia mulai memasukan burungku ke mulutnya, dia rupanya tidak pandai mengocok dan mengemut penisku, sesekali dia mengenai giginya yang membuat rada sakit dan kocokanya juga tidak teratur seperti pertama kali paini mengocok burungku. mungkin karena paini sering menyuci dan memeras baju tidak seperti ina yang sudah terbiasa dengan mesin cuci di rumah ini. tetapi rasa itu tertutupi oleh nikmatnya emutan ina yang sensual. "ah enak ina terus ahh yess" desahanku. setelah berselang beberapa menit kemudian saya akhirnya mengeluarkan mani juga. penis saya tidak mengkerut karena pengaruh obat kuat yang saya minum. tidak seperti paini, dia langsung ngacir ketika saya menegluarkan mani di mulutnya. dia langsung batuk-batuk dan kemudian saya membantu mengelapnya dengan BHnya. terlihat nomor bhnya 34B.
"mas, kok udah keluar nggak bilang-bilang sih?"
"maaf mas lupa, sini saya bersihin"
kemudian saya membersihkan mukanya yang tercecer oleh maniku, kemudian, saya langsung menciumnya dan menyuruhnya untuk berbaring. "in, mas masukin ya, ditahan perihnya, nanti juga hilang. kemudian saya langsung memasukan penis saya ke liang ina dengan posisi misonnaris, ah,

susahnya, sangat kecil lubangnya, mungkin sebesar kelingking. saya perlahan lahan maju mundur dan disetiap masukan saya tambah 0.5 cm supaya tidak perih, dan akhirnya saya berhasil menyentuh selaput daranya. "in, tahanya, abis ini enak saja yang kau dapat", ucapan ini saya berikan kepada ina yang hidungnya sudah memerah. kemudian saya menekan dengan keras. "ahhhh" ina teriak kecil yang untuk tidak membuat orang tidak bangun. kemudian saya mulai mengenjot paini dalam tempo cepat, maju..mundur..maju..mundur, ini yang saya lakukan, yang tadinya ina menahan sakit sekarang dia mulai mendesis keenakan "ah mas enak mas ohhh" desisanya yang membuat pemainan kami semakin cepat. susah loo cari orang kayak begini, yang vaginanya rapet sekali. kontholku betul dipijat oleh vaginanya, "awesome!", tanpa sadar mulut saya keluar seperti ini dan akhirnya ina akhirnya ingin di klimaksnya,
"mas andi, aku mau keluar ya"
"udah keluarin aja"
memang senam kegel mampu membuatku bertahan lama, obat kuat ini hanya berfungsi untuk membuat saya ngaceng meskipun mani saya keluar, tapi kalau masalah tahan lama itu karena latihan kegel saya alami(makanya, senam kegel dong). kemudian ina keluar dan setelah beberapa menit setelah keluar maninya ina saya pun keluar. "croot-croot" mani hangat saya telah bergabung dengan maninya plus darah keperawananya telah bergabung di vaginanya. kemudian kami melakukan french kiss kami saling membersihkan mani yang tercecer di burung saya (masih ngaceng) dan vaginanya menggunakan branya. saya melihat dia kelelahan padahal saya masih fit 100%, kemudian saya dengan cepat membuka pintu. alangkah kagetnya saya dan ina melihat paini yang menurunkan rok dan CDnya dan memasukan ujung botol kecap kosong ke vaginanya dan terlihat putingnya meneymbul di balik baju longgarnya, terlihat botol kecap itu sudah terisi 1/4 cairan maninya
"paini, ngapain kamu onani pake botol kecap?, kamu juga mau ya?"
"abis kelamaan nunggu mas sih"
kemudian paini langsung melepas baju dan roknya dengan sigap dan ia langsung mencium mulutku dengan ganas(mungkin sudah high voltage) dan setelah itu saya menyuruh paini untuk berbentuk seperti ****** dan menjilat tempiknya ina. kemudian semua itu terjadi. saya yang sedang doggy

style dan paini juga melakukan cunninglus dengan ina, kami bertiga bisa dibilang simbiosis mutualisme, dimana saling menguntungkan. kami bertiga berdesah "aahhh ouw yess achhh" selama kami ber threesome dan yang desahanya paling keras yaitu si ina, ia sangat menikmati suguhan yang diberi kan paini, dan yang pertama kali menacapai klimaks rupanya si ina, dia langsung mengeluarkan cairan di mulut paini, dan paini langsung menelannya begitu saja. Kemudian ina yang yang sudah mencapai klimaks saya suruh untuk meremas dan mengemut payudara paini.
kemuadian ina langsung memegang payudara paini dan meremasnya, serta dia ngemut payudaranya paini. paini yang mendapatkan kenikmatan sekaligus itu akhirnya meraung keenakan. desahanya yang lirih itu bertambah keras. "terus mas akhhh enak in lebih kencang ahhh mas lenih cepat ahhhh". kemudian beberapa menit kemudian akhirnya paini klimaks jua, dia menegeluarkan carian sangat banyak sampai berjatuhan di kasur.

tapi saya masih menahan klimaks. paini yang saat itu kelelahan berat masih saya genjot. "mas akh udah capek mas akh jangan dilanjutin akh akh" kalau tidak salah, sampai 7 menitan saya masih genjot paini yang capek berat, malahan dia malah klimaks untuk kedua kalinya. kemudian saya akhirnya klimaks juga, "croot....." mani itu keluar sangat banyak dibandingkan klimaks-klimaks sebelumnya. dan saya juga kelelahan berat. setelah itu saya menyuruh ina untuk berbalik badan dan saya ingin melakukan anal sex, tapi untuk menyamarkan sakitnya saya suruh paini untuk memainkan vagina ina. kemudian saya mulai menyoblos pantat ina. aduh enaknya pantanya lebih besar dari paini dan lubang duburnya lebih kecil. ah enak, sudah pulauhan maju mundur, dan sesekali saya penis saya sayabiarkan di dalam terus pantat ina saya tekan untuk menjepit penis saya. ohh asyiknya maknyuss rasanya. tetapi yang saya dengar dari mulut ina bukanya rintiha kesakitan tapi desahan karena rasa perih nya ditutupi oleh kenikmatan lidah paini, sampai beberapa menit kemudian saya mencapai tahap klimaks juga. crut crut crut maniku keluar dari penisku di dalam pantatnya. ketika kutanya "in, kamu sakit nggak?", kemudian jawabnya,"perih tapi enak mas" .tapi masalahnya penis saya masih ngaceng (saran buat pembaca, makanya minum obat kuat sesuai sengan dosis berlaku, saya melakukan ini karena kalo ceweknya dua minumnya dobel, eh, malah jadi begini). kemudian saya meminta paini dan ina untuk oral bersama. kemudian mereka berdua jongkok di hadapan saya dan mulai mengemut penis saya. aduh enaknya diemut kanan dan kiri, lebih merata. dan untuk kali ini, kedua buah zakarku dimainkan oleh merka berdua.

saya senang mereka berdua menghisap juniorku ini. mereka berdua terlihat seperti haus sex dimana mereka tidak ngesex denganku 3 tahun lebih. mereaka seperti berebutan aku. aduh enaknya sampai aku menggelinjang dan beberapa menit kemudian akhirnya saya orgasme juga. dan mani itu terbang seperti air mancur dan mengenai rambut dan anggota tubuh dua orang tersebut. tapi, belum mengkeret juga burungku akhirnya saya menyuruh lagi kedua orang tersebut dan saya suruh menjepit penis dengan payudara mereka. mau tau rasanya dijepit 4 payudaranya?. wah, uenak tenan rek!. rasanya 2 kali lipat dibandingkan dijepit 2 payudara. "ah enak sekarang kalian berdua jepit sambil digoyangin ke atas dan kebawah. waduh. tambah enak. desahanku menjadi-jadi "ahhhh..... uhhhhh..... terus lebih kencang". dan beberapa menit kemudian akhirnya ngencret juga. tapi cairan yang keluar sangat sedikit (munkin sudah habis) begitu pula dengan penisku sudah mengekret yang artinya efek obat itu habis. setelah itu kami bertiga kelelahan berat. kemudian saya meminta untuk kepala saya untuk dijepit oleh payudara montok mereka. ohh nikmatnya untuk mengurangi kelelahan. dan kemudian saya mencium mereka berdua. karena kelelahan kami bertiga memutuskan untuk tidur dan kami berpakaian yang terkena mani kita bertiga. kemudian paini dan ina membereskan kamar tidur yang penuh mani tersebut. baru melangkah 10 langakh, burung saya ngaceng lagi yang entah sperma masih ada atau tidak karena ada ide busuk yang bersarang di otak saya. kemudian saya balik ke tempat pembantu lagi.
"loh, kok mas andi balik lagi?", tanya paini
"paini, ina, gimana kalo kita mandi bareng?"
"yang bener dong?" kata ina
"iya, kan kita ini penuh mani, bagaimana kalo kita bersih-bersih dulu, nanti kalo kering bener susah lo ngebersihinya"
"ya udah yuk"
kemudian mereka membawa peralatan mandi mereka dan mereka berdua bersama saya diam-diam ke kamar saya. setiap kamar tidur di sini ada kamar mandinya sendiri. kemudian kita bertiga masuk ke kamar mandi. ketika mereka berdua ingin melepas pakaian mereka saya larang.
"loh mas, katanya mandi, kok nggak boleh copot baju?", tanya paini
"buka bajunya nanti aja, kita main basah-basahan dulu"
kemudian saya mengambil selang shower dan kusetel air hangat saya siram mereka berdua. kemudian mereka lari-lari kecil kegirangan saat saya siram. terlihat puting paini dan ina dibali baju setelah saya siram air, kami berdua bermain seperti anak kecil, kemudian mereka berdua mengambil gayung dan mengambil air di kran dan mnyiramkan air ke saya . saya juga keliatan burung saya meneymbul di balik celana basah.

kemudian kami bertiga melepaskan pakaian kami dan memutar-mutarkan pakaian basah terebut. kemudian kami saling menyabuni satu sama dengan lain. terhitung di acara menybuni mereka berdua mengalami klimaks. saya dan ina yang penuh busa menyabuni paini. saya menyabuni kedua toket

gedenya sedangkan ina menggosok vaginanya dan tentu saja paini menggelinjang keenakan "esss ahh ohhh" sampai akhirnya klimaks. begitu pula juga ina. kali ini saya yang mengurusi vaginanya sedangkan toketnya saya serahkan ke paini. khusus ina, dia keluanya cepat sekali. kalau saya?, tidak, saya belakangan saja. dan kami juga membilas bersama. setelah itu kami sikat gigi bersama dan saya minta minta paini dan ina yang mulutnya penuh busa saya suruh untuk sikat gigi menggunakan penis saya. dan mereka berdua langung menuruti apa yang saya katakan. mereka memijat-mijat penisku ini dengan teratur, abis itu, ada dingin-dinginya lagi karena pake mint odolnya. ini tidak berlangsung lama. setelah mencapai klimaks, penisku langsung mengkerut, tapi hanya setetes mani yang keluar dari penis ku ini, encer lagi. ini menandakan udah betul-betul empty nih penisku. setelah itu kami saling mengeringkan badan bersama-sama. setelah itu kita berpakaian dan mereka kembali ke kamarnya. sebelum ke kamaranya, ina saya cegat.
"in, kamu seneng gak hari ini"
"seneng banget mas"
"nanti, kalo mas ke sini, kita main lagi yuk!"
"iya mas, pasti saya kangen sama mas"
setelah itu kami berciuman dan langsung tidur. pagi harinya saya kembali ke kota saya dan sebelum saya pulang saya berpesan agar dia selalu minum jamu rapet, memakai body lotion, dan menrawat payudaranya agar tidak turun. kemudian kami langsung berangkat ke kota saya dengan naik mobil dan tentunya tangan saya merayap lagi.
Sejak itu jika saya berkunjung kerumah Pak Amad atau sebaliknya kami sering bersenggama. tapi sejak itu, jika kami ke rumah pak amad, kami jarang membawa paini sehingga tidak bisa ber-threesome tetapi jika pak amad sekeluarga ke rumah kami, pak amad selalu membawa ina dan kami ber threesome berkali-kali, tetapi keluarga pak amad jarag sekali ke rumah kami, tapi setidaknya saya sudah berhasil mereanggut keprawanannya ina dan budak sex saya bertambah 1 sehingga menjadi dua.
SELESAI

Demikian cerita saya dan apabila ada salah ketik saya minta maaf dan saya ucapkan terima kasih.
Sungguh Puaskah Istri Anda ?